Kadar air Permeabilitas Sifat Kimia Bambu

dibanding bagian bambu yang tidak mengandung buku. Hasil ini sejalan dengan Dransfeld dan Widjaja 1995 yang menyatakan bahwa berat jenis pada buku bambu lebih besar 0,6-0,8 dibandingkan dengan antar buku bambu 0,5-0,7. Tabel 3.2 Kerapatan bambu bambu tali, andong dan betung Jenis bambu Kondisi Ulangan BKU g Volume cm 3 Kerapatan g cm 3 1 8,268 12,34 0,67 tanpa buku 2 8,257 12,51 0,66 3 8,486 12,48 0,68 Bambu tali Rata-rata 0,67 1 8,960 12,62 0,71 dengan buku 2 9,450 12,77 0,74 3 9.122 12,67 0,72 Rata-rata 0,72 1 18,346 25,48 0,72 tanpa buku 2 17,528 25,04 0,70 3 18,520 25,37 0,73 Bambu andong Rata-rata 0,72 1 17,344 26,14 0,74 dengan buku 2 19,593 25,78 0,76 3 19,650 25,52 0,77 Rata-rata 0,76 1 19,389 25,18 0,77 tanpa buku 2 19,509 25,67 0,76 3 19,616 25,81 0,76 Bambu betung Rata-rata 0,76 1 20,582 25,10 0,82 dengan buku 2 20,340 25,18 0,81 3 21,107 25,74 0,82 Rata-rata 0,82

3.1.2. Kadar air

Hasil pengujian kadar air pada bambu laminasi yang dibuat dari bambu tali dan andong disajikan pada Tabel 3.2. Data tersebut menunjukkan bahwa bahwa tidak ada perbedaan yang mencolok antara kadar air pada bambu tali, andong, dan betung. Rata-rata kadar air bambu tali yang tidak mengandung buku adalah 14,20 , sedangkan rata-rata kadar air bambu tali yang mengandung buku adalah 14,59 . Pada bambu andong, kadar air rata-rata untuk bambu yang tidak mengandung buku dan yang mengandung buku adalah masing-masing sebesar 13,77 dan 14,56 . Hasil yang hampir sama terdapat pada bambu betung, yang kadar air rata-ratanya berkisar antara 14,03 tanpa buku dan 14,52 . Berdasarkan data pada Tabel 3.3, terdapat kecenderungan bahwa kadar air pada bambu yang mengandung buku lebih besar dari pada bambu yang tidak mengandung buku. Hal tersebut diduga disebabkan oleh struktur anatomi pada bagian buku lebih kompleks dan mengandung lignin yang lebih banyak yang berakibat air pada bagian buku tersebut relatif lebih sukar keluar. Tabel 3.3 Kadar air bambu tali, andong dan betung Jenis bambu Kondisi Ulangan Berat Awal g BKT g KA tanpa buku 1 18,23 15,93 14,44 2 18,88 16,53 14,22 3 18,57 16,30 13,93 Tali Rata-rata 14,20 dengan buku 1 18,24 15,91 14,64 2 18,23 15,86 14,94 3 17,61 15,42 14,20 Rata-rata 14,59 tanpa buku 1 18,28 16,89 14,10 2 17,50 17,06 13,48 3 17,93 16,18 13,72 Andong Rata-rata 13,77 dengan buku 1 17,36 16,02 14,54 2 17,86 15,77 14,71 3 17,68 16,84 14,43 Rata-rata 14,56 tanpa buku 1 17,32 15,14 14,40 2 17,93 15,75 13,84 3 18,33 16,10 13,85 Betung Rata-rata 14,03 dengan buku 1 17,35 15,14 14,60 2 18,01 15,73 14,49 3 16,76 14,64 14,48 Rata-rata 14,52

3.1.3. Permeabilitas

Permeabilitas bambu tali, andong, dan betung baik yang mengandung buku node maupun yang tidak mengandung buku internode selengkapnya disajikan pada Tabel 3.4. Berdasarkan Tabel 3.4 tersebut, besarnya tekanan vakum pada bambu tali yang tanpa buku adalah berkisar antara 5,2 bar dan 5,8 bar dengan nilai rata-rata, sedangkan besarnya tekanan vakum pada bambu tali yang ada bukunya berkisar antara 6,3 dan 7,7 dengan nilai rata-rata 6,8. Data tersebut menunjukkan bahwa nilai tekanan vakum pada bambu yang tanpa buku lebih besar dibanding bambu yang berbuku. Hal ini berarti bahwa bambu yang tanpa buku lebih permeabel dibanding dengan bambu yang berbuku. Rata-rata waktu yang diperlukan untuk mencapai nilai vakum tersebut, pada bambu tali yang tanpa buku ternyata lebih cepat 27,1 detik dibanding bambu tali yang berbuku 34,0 detik. Begitu pula yang terjadi pada waktu releasenya. Rata-rata waktu release untuk bambu tali tanpa buku ternyata lebih cepat 9,4 detik dibanding untuk bambu tali yang berbuku 17,63 detik. Pada bambu andong yang tidak berbuku, rata-rata tekanan vakum ternata lebih kecil 6,3 bar dibandingkan dengan bambu andong yang berbuku 8,3 bar. Data ini menunjukkan bahwa bambu andong yang tanpa buku buku lebih permeabel dibanding bambu andong yang berbuku. Pada bambu betung, gejala yang serupa dengan bambu tali dan bambu andong juga terjadi, yaitu bambu yang tidak mengandung buku ternyata lebih lebih permeabel dibanding bambu yang mengandung buku. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pengujiannya, yaitu nilai rata-rata tekanan vakum pada pada bambu betung yang tidak mengandung buku lebih kecil 6,9 bar dari pada bambu betung yang mengandung buku 8,8 bar. Rata-rata waktu yang diperlukan untuk mencapai tekanan tersebut masing-masing selama 38,4 detik untuk bambu betung yang tidak berbuku, dan 42,7 detik untuk bambu betung yang berbuku. Rata-rata waktu release untuk bambu betung tanpa buku dan bambu betung yang berbuku masing-masing adalah rata 16,9 detik dan 18,8 detik. Tabel 3.4 Permeablitas bambu tali, andong dan betung yang dinyatakan dalam besarnya tekanan vakum bar Jenis bambu Kondisi Ulangan Tekanan bar Waktu detik Waktu release detik tanpa buku 1 5,2 22,5 8,6 2 5,8 28,7 9,4 3 5,6 30,2 10,2 Bambu tali Rata-rata 5,5 27.1 9,4 dengan buku 1 6,3 33,4 17,8 2 6,4 32,1 16,3 3 7,7 36,5 18,2 Rata-rata 6,8 34,0 17,6 tanpa buku 1 5,8 29,7 11,7 2 6,8 38,3 14,4 Bambu andong 3 6,2 32,7 10,8 Rata-rata 6,3 33,6 12,3 dengan buku 1 7,8 40,1 18,3 2 7,6 38,4 18,4 3 9,5 51,2 29,5 Rata-rata 8,3 43,2 22,1 tanpa buku 1 6,8 36,8 15,2 2 7,5 45,5 20,7 Bambu betung 3 6,5 33,0 14,8 Rata-rata 6,9 38,4 16,9 dengan buku 1 8,1 43,6 18,5 2 8,9 42,6 19,8 3 9,5 42,0 18,1 Rata-rata 8,8 42,7 18,8 Secara umum hasil pengujian tersebut di atas mengindikasikan bahwa bambu yang tidak mengandung buku lebih permeabel dinding dengan bambu yang mengadung buku. Waktu yang diperlukan untuk mencapai nilai tekanan vakum serta waktu release-nya, pada bambu yang lebih permeabel yang tidak menandung buku ternyata lebih cepat dibanding yang tidak permeabel. Hasil tersebut ternyata berlaku untuk semua jenis bambu yang diuji, yaitu bambu tali, andong dan betung. Bahasan tentang fenomena tersebut akan dipaparkan di bawah ini. Pada bambu yang mengandung buku, strukturan anatominya lebih komplek dibanding bambu yang tidak mengandung buku. Arah orientasi serat pada bagian buku berbeda dibanding yang tanpa buku, yaitu tidak lagi lurus sebagaimana pada pada bagian yang tidak mengandung buku, tapi berbelok. Hal ini di duga akan menyebabkan permeabilitas bambu menurun. Kandungan lignin pada bagian buku yang lebih banyak juga diduga kan menyebabkan penurunan peremeabilitas. Pada bagian buku terdapat lebih banyak parenkim pendek yang akan tetap mengalami peroses lignifikasi walaupun umur bambu sudah tua. Terkait dengan permeabilitas yang dipengaruhi oleh oleh struktur anatomi bambu di bawah ini akan dipaparkan secara ringkas struktur anatomi bambu secara umum. Sebagaimana diketahui bahwa struktur anatomi bambu mengandung ikatan vaskuler yang terdiri dari xylem dan satu atau dua proto xylem yang kecil dan dua meta xylem yang besar 40-120 mikron. Pori bagian dalam batang lebih besar di bambu bagian luar batang. Pori dan phloem di kelilingi oleh selubung sklerenkim yang berbeda dalam bentuk, ukuran dan lokasi menurut posisi di dalam batang dan jenis bambu. Iktan vaskuler yang memiliki bentuk, ukuran, susunan dan jumlah ruang memberikan ciri suatu jenis bambu Liese, 1985. Serabut dicirikan oleh sklerenkim yang berada di sekitar ikatan vaskuler. Panjang dari serabut berbeda-beda tergantung dari species, akan tetapi terjadi peningkatan dari panjang serat di bagian luar dan maksimum di bagian tengah dan menurun pada bagian dalam batang. Serat pada bagian dalamnya lebih pendek sekitar 20 – 40 di banding serat bagian luar Dransfield dan Widjaja, 1995. Menurut Leise 1985, serabut di dalam bambu terdapat sebagai tudung pada ikatan vasculer dan merupakan 40-50 dari jaringan total atau 60-70 dari berat batang. Panjang serta tergantung spesies dan perbandingan antara panjang dan lebar serabut bervariasi antara 150:1 dan 250:1. Lebih lanjut Liese 1985 menjelaskan bahwa sel parenkim merupakan jaringan di dalam batang bambu dan dapat dibedakan atas dua macam, yaitu sel parenkim panjang yang umumnya tersusun vertikal dan sel parenkim pendek yang terletak bersilang-silang di antaranya. Sel parenkim panjang memiliki dinding sel yang lebih tebal dan menjalani proses lignifikasi pada awal pertumbuhan puncak, sedangkan sel parenkim pendek berdinding tipis dengan sitoplasma yang tetap aktif serta tetap mengalami proses lignifikasi walaupun telah dewasa. Sel-sel parenkim saling berhubungan satu dengan yang lain melalui noktah sederhana yang terletak pada dinding longitudinal. Ditinjau dari waktu yang dibutuhkan oleh bambu untuk mencapai tekanan vakum, data hasil pengujian juga menunjukkan ada korelasi. Korelasi antara permeabilitas dan waktu tersebut adalah hubungan yang berbanding terbalik, yaitu semakin tinggi nilai permeabilitas bambu semakin sedikit waktu yang diperlukan untuk mencapai tekanan vakum tersebut. Dengan perkataan lain semakin permeabel suatu benda, maka semakin cepat waktu yang diperlukan untuk mencapai tekanan vakum tersebut. Hal yang sama juga terjadi pada waktu release-nya.

3.2. Sifat Mekanis Bambu