Keteguhan rekat sejajar serat permukaan

cepat dengan adanya panas dan air serta sifat visco-elastisitasnya tidak baik, sehingga creep besar dan ketahan terhadap fatigue rendah. Jenis bambu juga akan berpengaruh terhadap kadar air, khususnya kadar air di bawah titik jenuh serat. Pada kondisi ini, tebal dan tipisnya dinding sel akan berpengaruh terhadap daya serap air. Bambu betung yang memiliki kerapatan paling besar diantara ketiga jenis bambu lainnya akan mempunyai dinding sel yang paling tebal sehingga berpotensi menyerap air dan kelembaban pada kondisi kadar air di bawah titik jenuh serat yang paling besar. Faktor perlakuan terutama lakban juga mempengaruhi tinggi rendahnya bambu lapis. Keberadaan lakban yang terbuat dari kertas akan berkontribusi terhadap penyerapan air dan kelembaban dalam bambu lapis, sehingga mudah dipahami bahwa perlakuan dengan menggunakan lakban kertas akan meningkatkan kadar air bambu lapis. Faktor lainnya yang menentukan tinggi rendahnya kadar air adalah faktor pengeringan dan lingkungan seperti yang dijelaskan oleh Bowyer et al 2003 yang menyatakan banyaknya air yang tetap tinggal di dalam dinding sel suatu produk akhir tergantung pada tingkat pengeringan selama pembuatan dan lingkungan tempat produk tersebut ditempatkan di kemudian hari. Secara keseluruhan, kadar air bambu lapis telah memenuhi standar SNI 01-5008.7-1999 dan JIS A 5980-2003 yang mensyaratkan kadar air masing-masing maksimal sebesar 14 dan 13 .

2. Sifat Mekanis Bambu Lapis

2.1. Keteguhan rekat sejajar serat permukaan

Nilai rataan keteguhan rekat sejajar serat permukaan bambu lapis berkisar antara 7,09 dan 30,16 kgfcm 2 . Nilai terendah terjadi pada bambu lapis kontrol yang berbahan baku bambu tali dengan menggunakan perekat PVAc, sedangkan nilai tertinggi terdapat pada bambu lapis yang berbahan baku bambu betung dengan menggunakan perekat PF dengan perlakuan berupa jahitan yang berjarak 5 cm. Data selengkapnya tentang keteguhan rekat sejajar serat permukaan bambu lapis sejajar serat disajikan pada Tabel 5.5. Berdasarkan Tabel 5.5 tersebut, nampak bahwa perlakuan berupa jahitan maupun pemberian lakban pada jarak 5 cm sampel uji berkode belakang J5 dan L5 dapat meningkatkan nilai keteguhan rekat sejajar serat permukaan bambu lapis. Analisis sidik ragam yang disajikan pada Tabel 5.6 menunjukkan bahwa perlakuan dan perekat dapat meningkatkan nilai keteguhan rekat sejajar serat permukaan bambu lapis, sedangkan faktor jenis bambu tidak menentukan nilai tersebut. Pada penelitian ini, perlakuan jahitan memberikan nilai keteguhan rekat yang lebih baik daripada pemberian lakban. Pemberian jahitan maupun lakban yang lebih rapat, ternyata memberikan nilai keteguhan rekat sejajar serat yang lebih baik dibanding pemberian perlakuan jahitan dan lakban yang lebih jarang. Dengan perkataan lain, dalam konteks peneltian ini, semakin kecil jarak jahitan maupun jarak lakban, akan memberikan nilai keteguhan rekat sejajar serat yang lebih tinggi. Meskipun perlakuan jahitan dan lakban dapat meningkatkan nilai keteguhan rekat bambu lapis, namun bahan penguat berupa jahitan mempunyai kecenderungan yang lebih baik dibandingkan dengan penguat berupa lakban. Hal tersebut disebabkan bahan penguat berupa jahitan berukuran lebih kecil daripada lakban, sehingga tidak akan menghalangi kontak antara permukaan lembaran yang direkat secara berarti. Tabel 5.5 Rata-rata keteguhan rekat sejajar serat bambu lapis berbahan baku bambu tali, andong, dan betung No. Perlakuan dan perekat Nilai rata- rata Tali Andong Betung 1 UF Kontrol 8,73 0,33 8,10 0,71 8,80 0,40 2 UF J5 24,40 1,71 25,20 0,71 25,12 2,94 3 UFJ10 17,27 0,91 18,25 0,81 17,42 1,40 4 UFJ15 15,35 0,95 16,12 2,32 16,02 2,37 5 UFL5 20,11 0,84 18,12 2,66 21,45 2,84 6 UFL10 16,20 1,48 17,15 2,02 17,21 1,93 7 UFL15 14,26 0,89 15,60 2,18 15,22 2,10 8 PF Kontrol 8,16 0,64 11,12 2,02 12,16 2,42 9 PFJ5 22.12 0.95 22.16 2.01 30.16 1.96 10 PFJ10 19,40 1,11 18,12 2,02 20,42 2,24 11 PFJ15 16,15 1,02 16,14 2,01 17,25 1,99 12 PFL5 22,16 0,63 21,40 2,64 24,14 2,12 13 PFL10 18,12 0,89 17,52 2,23 18,40 2,32 14 PFL15 16,18 1,09 16,20 1,89 16,81 2,02 15 PVAc Kontrol 7,09 0,60 9,20 0,92 8,16 0,10 16 PVAc J5 18,77 0,83 26,40 2,70 16,12 1,75 17 PVAc J10 15,22 0,82 14,20 1,74 15,14 2,17 18 PVAc J15 18,47 1,15 12,16 1,96 12,45 2,26 19 PVAc L5 12,60 0,96 18,20 2,96 11,60 2,140 20 PVAc L10 10,14 0,52 16,40 2,24 8,90 0,22 21 PAc L15 11,66 1,25 15,70 2,23 7,45 0,68 Keterangan : UF= Urea Formaldehida , PF =Phenol Formaldehida, PVAc = Poly Vinyl Acetate, J5 = jahit berjarak 5 cm, J10 = jahit berjarak 10 cm, J15 = jahit berjarak 15 cm, L5 = lakban berjarak 5 cm, L10 = lakban berjarak 10 cm, L15 = lakban berjarak 15 cm. Angka dalam kurung adalah simpangan baku. Berdasarkan data yang tercantum pada Tabel 5.7 tersebut, nilai keteguhan rekat sejajar serat umumnya telah memenuhi standar JIS A 5980- 2003 yang mensyaratkan keteguhan rekat bambu lapis sejajar serat permukaan sebesar 8,24 kgfcm 2 , kecuali untuk bambu lapis kontrol berbahan baku bambu tali dan andong yang dibuat dengan menggunakan perekat UF dan PVAc. Jika mengacu pada standar SNI 01-5008.7-1999, maka semua contoh uji bambu lapis yang dibuat telah memenuhi standar yang hanya mensyaratkan keteguhan rekat bambu lapis sebesar 7,0 kgfcm 2 . Tabel 5.6 Analisis sidik ragam keteguhan rekat sejajar serat permukaan bambu lapis Sumber DB JK KT F Sig. Perlakuan 6 3564,313895 594,052316 91,00 ,0001 Perekat 2 829,611331 414,805666 63,54 ,0001 Bambu 2 14,935531 7,467766 1,14 0,3218 tn PerlakuanPerekat 12 221,969543 18,497462 2,83 0,0018 PerlakuanBambu 12 94,240743 7,853396 1,20 0,2881 tn PerekatBambu PerlakuanPerekatBambu 4 24 278,358605 385,881876 69,589651 16,078412 10,66 2,46 ,0001 0,0007 Kesalahan percobaan 126 822,507067 6,527834 Total terkoreksi 188 6211,818592 Keterangan : DB = Derajat Bebas, JK =Jumlah Kuadrat , KT : Kuadrat Tengah =nyata : sangat nyata , tn : tidak nyata

2.2. Keteguhan rekat tegak lurus serat permukaan