Altman Z-Score Tinjauan Teoritis

21 perusahaan tidak diimbangi dengan total sumber dana perusahaan sehingga kemungkinan perusahaan mengalami masalah keuangan. Rumus untuk menghitung rasio ini adalah:

b. Net DebtTotal Source of Fund

Rasio ini menunjukkan perbandingan antara hutang bersih dengan total sumber dana perusahaan. Net Debt sering digunakan sebagai ukuran bagi para investor untuk mengetahui posisi hutang sebenarnya. Net Debt dihitung dengan rumus short term liabilities+long term liabilities – cash and cash equivalent . Rumus untuk menghitung rasio ini adalah:

2.1.5 Altman Z-Score

Z-Score dikembangkan pada tahun 1968 oleh Edward I. Altman , Asisten Profesor Keuangan di New York University, sebagai metode neraca kuantitatif menentukan kesehatan keuangan suatu perusahaan. Dalam penelitiannya yang pertama pada September 1986 dengan judul penelitian Financial Ratios, Discriminant Analysis And The Prediction Of Corporate Bankruptcy , beliau merupakan orang pertama yang menerapkan Multiple 22 Discriminant Analysis MDA. Analisa diskriminan ini merupakan suatu teknik statistik yang mengidentifikasikan beberapa jenis rasio keuangan yang dianggap memiliki nilai paling penting dalam mempengaruhi suatu kejadian, lalu mengembangkannya dalam suatu model dengan maksud untuk memudahkan menarik kesimpulan dari suatu kejadian. Model Altman Z-Score dapat mengklasifikasikan perusahaan ke dalam kelompok yang mempunyai kemungkinan yang tinggi untuk bangkrut atau kelompok perusahaan yang memiliki kemungkinan bangkrut yang rendah. Rumus Altman Z-Score mengalami beberapa perubahan, yaitu: 1. Untuk perusahaan manufaktur yang telah go public Z-Score = 1,2 X 1 + 1,4 X 2 + 3,3 X 3 + 0,6 X 4 + 0,999 X 5 Keterangan: Z = bankrupcy index X 1 = working capital total asset X 2 = retained earnings total asset X 3 = earning before interest and taxestotal asset X 4 = market value of equity book value of total debt X 5 = sales total asset 2. Untuk perusahaan pribadi Terdapat perubahan pada nilai X 4 di mana X 4 = book value of equity liabilities Z-Score = 0.717 X 1 + 0.847 X 2 + 3.107 X 3 + 0.420 X 4 + 0.998 X 5 23 3. Untuk perusahaan non-manufaktur Altman mengeliminasi variable X 5 salestotal asset karena rasio ini sangat bervariatif pada industri dengan ukuran asset yang berbeda- beda. Z-Score = 6.56 X 1 + 3.26 X 2 + 6.72 X 3 + 1.05 X 4 Berdasarkan hasil penelitian Altman, perusahaan dikelompokkan menjadi tiga kategori: a. Jika nilai Z 1.8 maka termasuk perusahaan yang bangkrut. b. Jika nilai 1.8 Z 2.99 maka termasuk grey area tidak dapat ditentukan apakah perusahaan sehat ataupun mengalami kebangkrutan. c. Jika nilai Z 2.99 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut. Dengan adanya model Altman Z-Score ini, tidak dipungkiri penelitian mengenai kebangkrutan sering dilakukan untuk menganalisis apakah model Altman Z-Score dapat diterapkan pada setiap perusahaan. Hasibuan 2010 melakukan penelitian dengan judul “Analisa Model Altman Z-Score untuk Memprediksi Gejala Financial Distress pada Perusahaan Tekstil dan Garment yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia ”, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Alltman Z-Score dapat diimplementasikan dalam mendeteksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan tekstil dan garment. Hasil penelitian yang sama ditemukan 24 oleh penelitian Saragih 2011 yang menggunakan objek penelitian perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Selain penelitian mengenai implementasi model Altman Z-Score pada masing-masing perusahaan, penelitian yang membandingkan Model Altman Z-Score dengan model kebangkrutan lainnya juga dilakukan. Darwis 2013 melakukan penelitian dengan membandingkan Model Altman Z- Score dengan Model Springate untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil perhitungan Model Altman Z-Score dengan Model Springate dan model mana yang lebih akurat dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan manufaktur makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2009-2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil analisis kebangkrutan Model Altman Z-Score dan Model Springate, dimana model Altman Z-Score lebih akurat daripada model Springate dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan.

2.1.6 Financial distress

Dokumen yang terkait

Pengaruh Likuiditas, Laba, Dan Arus Kas Dapat Memprediksi Kondisi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

22 132 110

Pengaruh Rasio Keuangan dengan Model Altman Z-Score dan Arus Kas Operasi terhadap Prediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan Group Bakrie yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

2 28 88

PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS MENGGUNAKAN LABA DAN ARUS KAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

12 49 50

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 4 17

PREDIKSI RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PROPERTY YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

1 3 87

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Pengaruh Rasio Arus Kas terhadap Prediksi Kondisi Financial Distress pada Perusahaan Sektor Industri Dasar dan Kimia yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 8

Analisis Pengaruh Rasio Arus Kas terhadap Prediksi Kondisi Financial Distress pada Perusahaan Sektor Industri Dasar dan Kimia yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 2 12

Pengaruh Likuiditas, Laba, Dan Arus Kas Dapat Memprediksi Kondisi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 1 17

PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN SEKTOR TRANSPORTASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PADA TAHUN 2013-2017

0 0 22

ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP KONDISI FINANCIAL DISTRESS PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA - repository perpustakaan

0 0 15