9.1. Arus Penerimaan
Arus penerimaan merupakan arus kas yang masuk dari suatu usaha. Usaha tapioka ini memiliki arus penerimaan yang terdiri atas tiga komponen, yakni:
penerimaan dari penjualan tapioka, penerimaan sampingan, dan nilai sisa. Harga jual bervariasi untuk tiap tipe tapioka. Harga jual tertinggi diperoleh
dari tapioka tipe A, sedangkan harga jual terendah diperoleh dari tapioka tipe C. Untuk hasil sampingan diperoleh dari penjualan onggok. Sama seperti tapioka,
harga jual onggok tertinggi diperoleh dari onggok tipe A dan terendah dari onggok tipe C.
Penerimaan penjualan tapioka dan onggok pada tahun pertama berbeda dengan tahun berikutnya, hal ini dikarenakan di tahun pertama perusahaan
belum berproduksi secara optimal. Penerimaan tahun pertama Skenario 1 hanya 50 persen dari tahun berikutnya, sedangkan untuk Skenario 2 sebesar 60 persen.
Perbedaan ini dikarenakan pada skenario Skenario 2 perusahaan memulai lebih awal produksinya karena pada skenario ini perusahaan tidak perlu mencari
tenaga kerja kupas.
9.1.1. Penerimaan Penjualan
Kesegaran bahan baku ubi kayu yang digunakan berpengaruh kepada kualitas akhir tapioka yang dihasilkan. Umumnya kesegaran bahan baku ubi kayu
yang belum dikupas lebih baik jika dibandingkan dengan bahan baku ubi kayu yang sudah dikupas. Ini tentu saja mempengaruhi penerimaan penjualan.
Pendapatan penjualan tapioka perusahaan Skenario 1 pada tahun ke dua dan tahun selanjutnya sebesar Rp. 1,040,625,000,- dimana 61 persen pendapatan
dihasilkan dari penjualan tapioka Tipe B. Hal ini tampak pada Tabel 20.
Tabel 20. Penerimaan Penjualan Skenario 1
Tipe Output HargaKg
Jumlah Penerimaan
Penerimaan Persentase Rp
Kgbulan Rp
Rptahun
Tapioka Tipe A 3,500 8,437.50
29,531,250 295,312,500
0.27 Tapioka Tipe B
3,300 19,062.50 62,906,250
629,062,500 0.61
Tapioka Tipe C 3,100 3,750.00
11,625,000 116,250,000
0.12
Penerimaan tapioka 31,250.00
104,062,500 1,040,625,000 1.00
Tabel 21 menunjukkan pendapatan penjualan pada Skenario 2. Perusahaan pada tahun ke dua dan tahun berikutnya berjumlah Rp. 1,035,625,000,-.
Pendapatan terbesar dihasilkan dari penjualan Tapioka Tipe B 63 . Tabel 21. Penerimaan Penjualan Skenario 2
Tipe Output HargaKg
Jumlah Penerimaan
Penerimaan Persentase Rp
Kgbulan Rp
Rptahun
Tapioka Tipe A 3,500 6,875.00
24,062,500 240,625,000
0.23 Tapioka Tipe B
3,300 19,687.50 64,968,750
649,687,500 0.63
Tapioka Tipe C 3,100 4,687.50
14,531,250 145,312,500
0.14
Penerimaan tapioka 31,250.00
103,562,500 1,035,625,000 1.00
9.1.2. Penerimaan Sampingan
Perusahaan memperoleh penerimaan sampingan dari penjualan onggok ampas hasil parutan ubi kayu, dimana terdapat perbedaan jumlah penerimaan
dari kedua skenario. Penerimaan sampingan Skenario 1 pada tahun ke dua dan selanjutnya sebesar Rp. 83,900,000,-. Penerimaan terbesar berasal dari penjualan
onggok tipe B 71 sebesar Rp. 56,800,000,-.
Tabel 22. Penerimaan Sampingan Skenario 1
Tipe Output HargaKg
Jumlah Penerimaan
Penerimaan Persentase
Rp Kgbulan
Rp Rptahun
Onggok Tipe A 1,100
1,700.00 1,870,000
18,700,000 0.17
Onggok Tipe B 800
7,100.00 5,680,000
56,800,000 0.71
Onggok Tipe C 700
1,200.00 840,000
8,400,000 0.12
Penerimaan Onggok 10,000.00
8,390,000 83,900,000
1.00
Penerimaan sampingan Skenario 2 tampak pada Tabel 23. Total penerimaan yang diperoleh perusahaan pada tahun ke dua dan berikutnya adalah
Rp. 82,400,000,-, dimana penerimaan terbesar 72 dari penjualan onggok tipe B.
Tabel 23. Penerimaan Sampingan Skenario 2
Tipe Output HargaKg
Jumlah Penerimaan
Penerimaan Persentase Rp
Kgbulan Rp
Rptahun
Onggok Tipe A 1,100
1,300.00 1,430,000
14,300,000 0.13
Onggok Tipe B 800
7,200.00 5,760,000
57,600,000 0.72
Onggok Tipe C 700
1,500.00 1,050,000
10,500,000 0.15
Penerimaan Onggok 10,000.00
8,240,000 82,400,000
1.00
9.1.3. Nilai Sisa
Penerimaan nilai sisa dihitung berdasarkan nilai aset yang tidak habis saat umur proyek berakhir. Pendapatan nilai sisa antara Skenario 1 dengan Skenario 2
adalah sama. Secara terperinci, perhitungan nilai sisa usaha tapioka ini dapat dilihat pada Lampiran 12.
9.2. Arus Biaya