VI. ANALISIS ASPEK PASAR
Aspek pasar suatu usaha dapat dilihat dari potensi pasar, saluran pemasaran, struktur persaingan dan strategi pemasaran yang dilakukan oleh
perusahaan. Perusahaan akan berpotensi tinggi jika mengalami over demand akibat permintaaan pasar yang masih belum terpenuhi oleh kapasitas pasar.
6.1. Potensi Pasar Luar dan Dalam Negeri
Indonesia merupakan produsen ubi kayu keempat di dunia setelah Nigeria, Brazil, dan Thailand, meskipun demikian Indonesia masih mengimpor tapioka
guna memenuhi kebutuhannya
1
. Data pada Tabel 11 menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara pengimpor cassava starch terbesar di dunia. Pada
tahun 2000 dan 2001 masing-masing sebesar 0,2 dan 0,3 juta ton 32. Adapun impor cassava starch oleh Cina pada tahun 2001 meningkat menjadi 29 persen
dan tahun 2002 meningkat lagi menjadi 32 persen. Dengan demikian importir cassava starch utama di dunia adalah Indonesia dan Cina.
Tabel 11. Perkembangan Impor Cassava Starch Dunia, Tahun 2000-2002
Volume ton Nilai000 US
Negara 2000 2001 2002 2000 2001 2002
Indonesia 205,989 66,344 328,980 32,346 9,969 62,689
Cina 105,003 178,655 328,980 21,133 32,174 62,689
Jepang 115,668 122,907 115,462 20,657 23,221 24,013
Malaysia 86,753 66,627 82,469 13,457 11,528 15,841
USA 22,362 13,321 16,366 7,757 4,927 4,318
Lainnya 108,625 171,093 153,092 22,543 33,069 31,468
TOTAL 644,400 618,947 1,025,349 117,893 114,888 201,018
Sumber: Departemen Pertanian, 2005.
Permintaan tapioka di Indonesia cenderung meningkat karena peningkatan jumlah berbagai jenis industri yang menggunakan bahan baku tapioka
2
. Selama ini, sebagian besar hasil produksi tapioka hanya mampu memenuhi kebutuhan
1
Pikiran Rakyat, 11 September 2002
2
Bank Indonesia, 2005
beberapa wilayah di Indonesia, antara lain Surabaya, Bogor, Indramayu dan Tasikmalaya. Data mengenai pemakaian tapioka dalam negeri dapat dilihat pada
Tabel 12. Tabel 12. Neraca Pemakaian Makanan Berpati Dalam Negeri Tahun 2005
Diolah untuk Jenis
Makanan Pakan Bibit
Makanan Bukan
makanan Tercecer
Bahan Makanan
Ubi Jalar 36,000
- -
12,000 182,000
1,589,000 Ubi kayu
389,000 -
5,777,000 1,478,000
415,000 11,409,000
Gaplek -
- -
44,000 2,000
200,000 Tapioka
- -
- 234,000
9,000 1,070,000
Sagu -
- -
32,000 1,000
145,000 Sumber: Badan Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian, 2006.
Produksi tapioka yang sebagian besar dipasarkan untuk kebutuhan dalam negeri, terutama digunakan dalam industri bahan makanan dan non pangan.
Beberapa industri makanan ini lebih menyukai tapioka hasil produksi industri kecil dikarenakan proses pengolahannya yang masih alami, menggunakan proses
pengeringan dengan sinar matahari, sehingga tapioka yang dihasilkan lebih mengembang dibandingkan tapioka hasil pengeringan dengan mesin oven.
Perkembangan ekspor tapioka dari tahun 1999-2003 dapat dilihat pada Tabel 13. Dalam periode tersebut ekspor terbesar terjadi pada tahun 2001, yaitu
17,13 juta ton dan selanjutnya mengalami penurunan. Hal tersebut lebih dikarenakan masalah tata niaga, peraturan dan kebijakan ekspor, bukan karena
menurunnya tingkat permintaan dan ketersediaan ubi kayu, sehingga peluang pengembangan pengusahaan tapioka masih sangat potensial untuk masa yang
akan datang. Tabel 13. Ekspor Tapioka Indonesia Tahun 1999-2003
Tahun Volume kg
Perkembangan
1999 10,548,950
2000 13,245,200
1.68 2001
17,134,795 -0.25
2002 15,209,318
-0.47 2003
13,982,712 0.52
Sumber: BPS, 2004.
6.2. Persaingan dan Peluang Pasar