Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

Ubi kayu Pengupasan Pemarutan Ekstraksi Pengendapan Penjemuran Tapioka kasar Pencucian Air Onggok Kulit dan Kotoran Limbah cair Gambar 2. Proses Produksi Tapioka

2.3. Penelitian Terdahulu

Penelitian terhadap pengusahaan tapioka di Kabupaten Bogor sebelumnya sudah banyak dilakukan. Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan kajian sosial ekonomi produksi tapioka ini, diantaranya adalah: Rachmina 1992 meneliti tentang “ Pengaruh Industri Tapioka terhadap Kesempatan Kerja dan Pendapatan” yang bertujuan untuk mengetahui organisasi dan hubungan produksi dan melihat pengaruh industri tersebut terhadap kesempatan kerja dan pendapatan. Penelitian dilakukan di Kecamatan Kedunghalang, Kabupaten Bogor. Industri tapioka di kecamatan ini dibedakan antara tapioka kasar disebut aci dan tapioka halus. Produksi tapioka kasar diproduksi di pedesaan sekitas produsen ubi kayu. Produk tapioka kasar kemudian digiling kembali menjadi tapioka halus yang dilakukan umumnya di pusat kecamatan. Berbeda dengan penelitian Rachmina 1992, penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Babakan Madang. Analisis yang dilakukan hanya sebatas industri tapioka kasar. Penelitian ini tidak hanya untuk melihat pengaruh industri tapioka terhadap kesempatan kerja dan pendapatan, tapi juga untuk menganalisis pengusahaan tapioka dilihat dari berbagai aspek kelayakan usaha. Penelitian Rachmina tidak menganalisis sensitivitas dan switching value usaha tapioka terhadap perubahan pada harga output dan biaya operasional. Purba 2002 dengan judul Analisis Pendapatan dan Nilai Tambah pada Industri Kecil Tapioka. Tujuan penelitian yaitu 1 Menganalisis besarnya pendapatan industri kecil tapioka bagi peningkatan kesejahteraan pengusahanya, 2 Menganalisis kelayakan industri tapioka dilihat dari RC dan kapan titik impas usaha akan tercapai, 3 Menganalisis nilai tambah yang diperoleh dalam usaha ini serta cara pendistribusiannya. Penelitian hanya dilakukan pada industri kecil tapioka yang berskala rendah yaitu 100-500 kg per hari. Dengan responden berjumlah 10 orang. Hasil penelitian Purba menyimpulkan bahwa industri kecil tapioka menghasilkan tapioka kasar aci sebagai produk utama dan ampas sebagai produk sampingan. Satu kuintal ubi kayu mampu menghasilkan rata-rata 22 kilo gram tapioka kasar dan 5 kilo gram ampas. Penerimaan dari aci rata-rata Rp. 57,948,000,- per tahun dan Rp 3,733,200,- per tahun dari ampas. Semakin besar skala usaha semakin besar pendapatan atas pengeluaran total maupun pengeluaran tunai. RC pengeluaran tunai sebesar 1,26 artinya setiap satu rupiah pengeluaran tunai mampu memberikan Rp. 1,26 penerimaan. Industri kecil tapioka mencapai impas setelah memproduksi 9164,42 kilo gram produk. Industri pengolahan ini mampu memberikan nilai tambah sebesar Rp 98,753,- per kilo gram ubi kayu. Rasio nilai tambah sebesar 24,115 persen dari total nilai output. Proporsi terbesar dari nilai tambah adalah untuk pendapatan kerja. Semakin tinggi harga jual tapioka atau semakin rendah harga ubi kayu maka nilai tambah akan semakin besar. Rochaeni 2004 dengan judul Kajian Prospek Pengembangan Industri Kecil Tapioka di Sukaraja Kabupaten Bogor. Tujuan kajian adalah: 1 Mengkaji gambaran umum industri pengolahan ubi kayu di Sukaraja kabupaten Bogor dan besarnya tingkat keuntungan IK tapioka bagi peningkatan kesejahteraan pengusahanya; 2 Mengkaji besarnya nilai tambah yang diperoleh dari IK tapioka dan besarnya kontribusi nilai tambah terhadap peningkatan pendapatan pengusaha, serta pengalokasiannya; 3 Mengkaji prospek pengembangan IK tapioka dilihat dari sisi input dan peluang pasar. Dari kajian Rochaeni, didapatkan bahwa rataan pengusaha IK memproduksi dari satu kuintal bahan baku tapioka kasar atau aci menjadi rataan 20 kilo gram tapioka kasar dan 6 kilo gram ampas. Penerimaan konsekuensi produk utama untuk skala tinggi 5,000 kghari, menengah 2,500 kghr dan rendah 300 kghari adalah berturut-turut untuk produk utama Rp. 456,000,000,-, Rp. 239,400,000,-, Rp. 30,096,000,- per tahun; dan produk sampingan Rp. 40,000,000,- , Rp. 20,000,000,- , Rp. 2,400,000,- per tahun. Total pengeluaran dan total pendapatan untuk skala tinggi, menengah, dan rendah berturut-turut Rp. 400,234,103,90 dan Rp. 95,765,896,10 per tahun; Rp. 203,347,920,52 dan Rp. 56,052,079,48 per tahun; Rp. 30,504,629,87 dan Rp. 1,991,370,13 per tahun. Nilai RC ratio atas biaya total untuk skala tinggi, menengah dan rendah adalah berturut-turut 1.24, 1.28, dan 1.07. Nilai tambah untuk skala tinggi, menengah dan rendah berturut-turut Rp. 124,39, Rp. 131,04, dan Rp. 106,15 per kilo gram.Nilai impas dalam rupiah penjualan pada kegiatan industri kecil tapioka Rp. 140,804,547,97 untuk skala tinggi, Rp. 53,371,589,59 untuk skala menengah dan Rp. 32,476,984,40 untuk skala rendah. Titik impas akan dicapai pada volume penjualan sebesar 74,107.66 kilo gram per tahun untuk skala tinggi, 28,090.31 kilo gram per tahun untuk skala menengah dan 17,093.15 kilo gram untuk skala rendah. Berbeda dengan penelitian Rochaeni, penelitian ini hanya menganalisis industri kecil tapioka bersakala 5,000 kg per hari. Metode kajian yang digunakan adalah studi kasus dengan analisis deskriptif baik kualitatif maupun kuantitatif. Pengolahan dan analisis data hanya dilakukan dengan aplikasi Microsoft Excel, yang disajukan dalam bentuk tabulasi.

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3

.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Definisi Proyek

Proyek menurut Kadariah et.al 1999 adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber input untuk mendapat manfaat benefit, atau suatu aktivitas yang menggunakan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil returns di masa yang akan datang, dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai suatu kesatuan. Menurut Husnan dan Suwarsono 2000, proyek investasi adalah suatu rencana untuk menginvestasikan sumber daya yang bisa dinilai cukup independen. Karakteristik dasar dari suatu pengeluaran modal atau proyek adalah bahwa proyek tersebut umumnya memerlukan pengeluaran saat ini untuk memperoleh manfaat dalam bentuk uang, ataupun bukan uang di masa yang akan datang. Kegiatan suatu proyek selalu ditujukan untuk mencapai suatu tujuan objective dan mempunyai titik tolak starting point serta titik akhir ending point. Biaya dan hasil diperoleh biasanya dapat diukur. Proyek investasi umumnya memerlukanya dana yang cukup besar. Dana tersebut dapat dipengaruhi perusahaan dalam jangka panjang sehingga perlu dilakukan studi kelayakan agar jangan sampai terjadi keterlanjuran penanaman modal yang cukup besar pada suatu investasi yang ternyata tidak menguntungkan.

3.1.2. Identifikasi Biaya dan Manfaat

Biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi suatu tujuan, dan manfaat adalah segala sesuatu yang dapat membantu tujuan Gittinger, 1986. Dalam analisis finansial, biaya yang umumnya digunakan adalah biaya langsung yaitu biaya investasi, biaya operaasional, dan biaya lainnya, sedangkan manfaatnya serupa nilai produksi total, pinjaman, nilai sisa, dan pendapatan lainnya.

3.1.3. Studi Kelayakan Investasi

Studi kelayakan investasi adalah penelitian tentang dapat atau tidaknya suatu proyek investasi dilaksanakan dengan berhasil Husnan dan Suwarsono, 2000. Hal ini sangat memperhatikan benefit dan biaya proyek. Studi kelayakan proyek memerlukan biaya, tetapi biaya diharapkan lebih kecil dibanding dengan