73
kelas VII A sebagai kelas eksperimen dan pada kelas VII C sebagai kelas kontrol. Sebelum pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan persiapan yang meliputi
penyusunan instrumen penelitian yang berupa silabus dan kemudian dikembangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP untuk 3 kali
pertemuan dengan materi bilangan bulat, sampai dengan operasi bilangan bulat. Silabus serta RPP dapat dilihat pada lampiran 21 sampai dengan lampiran 28
halaman 137-171. Peneliti juga menyusun lembar tugas siswa sebagai penunjang evaluasi
pembelajaran dan juga lembar pengamatan untuk mengetahui keadaan suatu pembelajaran, yaitu lembar pengamatan aktivitas siswa, karakter siswa, kinerja
guru, dan kualitas pembelajaran. Saat pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen berlangsung, guru mengamati aktivitas siswa, karakter siswa, dan
kinerja guru berdasarkan lembar pengamatan yang telah dibuat. Sedangkan pada pembelajaran terakhir di kelas eksperimen, guru mengisi lembar pengamatan
tentang kualitas pembelajaran kelas eksperimen selama penelitian berlangsung. Lembar observasi dilihat pada Lampiran 48 sampai dengan Lampiran 58 halaman
208-233.
4.3.1 Hasil Analisis Tahap Akhir
Tujuan dilakukan ujian tahap akhir adalah untuk menjawab hipotesis. Analisis tahap akhir dilakukan setelah kedua kelas sampel mendapatkan perlakuan
yang berbeda. Data yang digunakan dalam analisis tahap akhir diperoleh dari post test siswa kelas VII pada materi operasi bilangan bulat. Analisis tahap akhir terdiri
prasyarat uji statistik parametris yaitu uji normalitas, uji homogenitas serta uji
74
pertidaksamaan rata-rata hipotesis 1 serta uji proporsi hipotesis 2 dan hipotesis 3.
4.3.1.1 Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kenormalan data dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah memakai statistik parametrik atau non
parametrik. Hipotesis yang diajukan sebagai berikut. H
: data berdistribusi normal. H
1
: data tidak berdistribusi normal. Kriteria pengujiannya yaitu terima H
jika
hitung tabel
, dengan
tabel
= . Dalam hal lainnya H
ditolak. Untuk N = 36 maka banyaknya kelas interval adalah 1 + 3,3log 6
6. Untuk
dan diperoleh = 11,07. Hasil analisis uji
normalitas tahap awal dapat dilihat pada Tabel 4.3 sebagai berikut.
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Tahap Akhir
Kelas Kriteria
VII A 7,729
11,07 Normal
VII C 7,565
11,07 Normal
Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas tahap akhir, diperoleh bahwa
hitung
maka H diterima, yang berarti bahwa data berdistribusi
normal. Uji normalitas tahap akhir kelas eksperimen dapat dilihat pada Lampiran 41 halaman 196 dan kelas kontrol dapat dilihat pada Lampiran 42 halaman 197.
75
4.3.1.2 Hasil Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk menentukan apakah sampel penelitian berasal dari kondisi yang sama homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan
dengan penyelidikan apakah kedua sampel mempunyai varians yang sama atau tidak. Hipotesis yang diajukan sebagai berikut.
H :
Sampel berasal dari populasi yang homogen. H
1
: Sampel berasal dari populasi yang tidak homogen.
Kriteria pengujiannya yaitu H diterima jika
. Dalam
hal lainnya
H ditolak.
Nilai sehingga diperoleh nilai
= 1,79. Hasil analisis uji homogenitas tahap awal dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut.
Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Tahap Akhir Data
hitung tabel
Kriteria Hasil belajar siswa
kelas VII A dan VII C 1,67
1,79 Homogen
Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas tahap awal, diperoleh bahwa
maka H diterima, yang artinya kedua
sampel berasal dari populasi yang homogen. Perhitungan uji homogenitas tahap awal dapat dilihat pada Lampiran 43 halaman 198.
76
4.3.1.3 Hasil Uji Hipotesis 1
Uji proporsi dilakukan untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa pada aspek kemampuan berpikir kreatif mencapai KKM. Hipotesis yang diajukan
sebagai berikut. H
: 0,795 siswa yang mendapat nilai 75 kurangdari sama dengan 80
H
1
: 0,795 siswa yang mendapat nilai 75 lebih dari 80
Kriteria pengujiannya yaitu H ditolak jika z
hitung
. Nilai didapat dari daftar normal baku dengan peluang 0,5 -
dengan = 0,05. Dalam hal lainnya H
diterima. Nilai dengan
atau = 1,74.
Hasil analisis menunjukkan bahwa banyak siswa yang mendapat nilai lebih dari atau sama dengan 75 adalah 36 orang, artinya seluruh siswa pada kelas
eksperimen telah mencapai ketuntasan belajar individual. Selanjutnya dari hasil uji proporsi diperoleh nilai z
hitung
= 3,09. Karena z
hitung
= 3,09 = 1,74 maka
H ditolak. Artinya siswa yang dikenai pembelajaran TGT dengan pendekatan
PMRI telah mencapai ketuntasan belajar klasikal. Perhitungan uji proporsi dapat dilihat pada Lampiran 44 halaman 199
.
4.3.1.4 Hasil Uji Hipotesis 2
Uji perbedaan dua rata-rata dimaksudkan untuk mengetahui apakah rata- rata kemampuan berpikir kreatif siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari
rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa pada kelas kontrol. Dalam hal ini digunakan uji t yaitu untuk menguji dua sampel yang datanya berdistribusi
normal. Hipotesis yang diajukan sebagai berikut.
77
H :
rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kreatif antara siswa dengan pembelajaran TGT berpendekatan PMRI berbantuan permainan
tradisional adalah sama atau kurang dari siswa dengan pembelajaran ekspositori
. H
1
:
rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kreatif antara siswa dengan pembelajaran TGT berpendekatan PMRI berbantuan permainan
tradisional adalah lebih dari siswa dengan pembelajaran ekspositori Kriteria uji yang dilakukan yaitu H
ditolak jika
, didapat dari daftar distribusi t dengan dk =
, taraf signifikan 5 dan peluang
. Untuk harga t lainnya H diterima.
Dari hasil perhitungan diperoleh = 3,487 Nilai
pada = 5
dan dk = 36 + 36 – 2 = 70 diperoleh nilai
= 1,669. Karena maka H
ditolak, artinya rata-rata hasil belajar kelas eksperimen yang dikenai model pembelajaran TGT dengan pendekatan PMRI berbasis konservasi
budaya berbantuan permainan tradisional lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar kelas kontrol yang dikenai pembelajaran ekspositori. Perhitungan uji
perbedaan dua rata-rata dapat dilihat pada Lampiran 45 halaman 200.
4.3.1.5 Hasil Uji Hipotesis 3
Uji proporsi juga dilakukan untuk mengetahui apakah kemampuan berpikir kreatif siswa memenuhi kemampuan berpikir kreatif tingkat atas.
Kritteriatersebut telah peneliti kemukakan pada bahasan Bab sebelumnya dengan membagi tingkat berpikir kreatif dari tingkat tidak kreatif, sampai dengan sangat
kreatif kemampuan berpikir kreatif tingkat atas dalam interval nilai 0-100.
78
Sehingga diperoleh bahwa siswa dengan kemampuan berpikir kreatif tingkat atas adalah siswa yang mempunyai nilai tes kemampuan berpikir kreatif
lebih dari atau sama dengan 80. Sehingga peneliti mengajukan hipotesis bahwa kelas dengan kemampuan berpikir kreatif tinggi dapat dilihat jika lebih dari atau
sama dengan 80 siswa dalam suatu kelas memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 80 dalam test kemampuan berpikir kreatif
Hasil analisis menunjukkan hasil uji proporsi diperoleh nilai z
hitung
= 1, 84 Kriteria pengujiannya yaitu H
ditolak jika z
hitung
. Nilai didapat
dari daftar normal baku dengan peluang 0,5 - dengan = 0,05. Dalam hal
lainnya H diterima. Nilai
dengan atau
= 1,74. Karena z
hitung
= 1,84 = 1,64 maka H
ditolak. Artinya siswa kelas eksperimen yang model pembelajaran TGT dengan pendekatan PMRI berbasis
konservasi budaya berbantuan permainan tradisional merupakan siswa dengan kriteria berpikir kreatif tingkat atas. Perhitungan uji proporsi dapat dilihat pada
Lampiran 46 halaman 201.
4.3.2 Hasil Observasi