33 jangka panjang bagi penemunya. Pembelajaran juga akan lebih bermakna bagi
siswa. Penelitian ini akan mengujikan metode eksperimen pada kelas eksperimen
dan metode demonstrasi pada kelas kontrol. Kemudian hasil belajar dari kedua kelas tersebut akan dibandingkan. Dari hasil perbandingan tersebut, diharapkan
dapat diketahui model mana yang lebih efektif terhadap hasil belajar siswa. Berikut ini adalah bagan kerangka berpikir keefektifan metode eksperimen
terhadap hasil belajar materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 1 Prigi Kabupaten Banjarnegara dalam bentuk bagan.
Bagan 2.1. Kerangka berpikir
2.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
Proses pembelajaran
Metode eksperimen di
kelas eksperimen
Hasil belajar siswa dengan
metode pembelajaran
eksperimen Hasil belajar
siswa dengan metode
pembelajaran demonstrasi
dibandingkan Metode
demonstrasi di kelas kontrol
Pembelajaran IPA materi sifat- sifat cahaya dengan metode
yang belum mengaktifkan siswa
34 kalimat pernyataan Sugiyono 2014: 99. Berdasarkan landasan teori, penelitian
yang relevan, dan kerangka berpikir, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Ho
1
: tidak terdapat perbedaan hasil belajar sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 1 Prigi Kabupaten Banjarnegara antara yang menerapkan metode
pembelajaran eksperimen dan yang menerapkan metode pembelajaran demonstrasi. µ
1
= µ
2
Ha
1
: terdapat perbedaan hasil belajar sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 1 Prigi Kabupaten Banjarnegara antara yang menerapkan metode
pembelajaran eksperimen dan yang menerapkan metode pembelajaran demonstrasi. µ
1
≠ µ
2
Ho
2
: hasil belajar sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 1 Prigi Kabupaten Banjarnegara yang mendapat metode pembelajaran eksperimen tidak lebih
efektif dari yang mendapat metode pembelajaran demonstrasi. µ
1
≤ µ
2
Ha
2
: hasil belajar sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 1 Prigi Kabupaten Banjarnegara yang mendapat metode pembelajaran eksperimen lebih
efektif dari yang mendapat metode pembelajaran demonstrasi. µ
1
µ
2
35
BAB 3 METODE PENELITIAN
Pada bagian ini akan dijelaskan tentang desain penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, serta
teknik analisis data. Berikut ini merupakan penjelasan setiap metode penelitian yang telah disebutkan.
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian yaitu Quasi Experimental. Menurut Sugiyono 2014: 116 bentuk desain eksperimen ini
mempunyai kelompok kontrol tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.
Bentuk desain penelitian Quasi Experimental yang akan digunakan peneliti adalah Nonequivalent Control Group Design dengan paradigma sebagai berikut:
Keterangan: O
1
= tes awal kelompok eksperimen sebelum diberi perlakuan O
2
= tes akhir kelompok eksperimen setelah diberi perlakuan X
= perlakuan yang diberikan, yaitu metode eksperimen O
1
X O
2
O
3
O
4
36 O
3
= tes awal kelompok kontrol O
4
= tes akhir kelompok kontrol Desain nonequivalent control group design hampir sama dengan desain
true experimental bentuk pretest-posttest control group design, hanya saja pada desain ini kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dipilih secara
random Sugiyono 2014: 118. Kelompok O
1
kelompok eksperimen diberi perlakuan X yaitu pembelajaran menggunakan metode eksperimen, sedangkan
kelompok O
3
kelompok kontrol tidak diberi perlakuan tidak menggunakan metode eksperimen.
Sebelum dilaksanakan penelitian, dilakukan tes awal pada kelas kontrol dan eksperimen. Tes awal ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal
kedua kelas tersebut. Menurut Sugiyono 2014: 114, kedua kelompok tersebut bisa dijadikan subjek penelitian jika memenuhi syarat, yaitu bila hasil tes awal
antara kedua kelompok tidak berbeda secara signifikan O
1
= O
3
. Apabila hasil dari tes awal tidak menunjukkan tingkat kemampuan siswa yang sama, peneliti
dapat menganalisis menggunakan nilai UTS. Setelah dilaksanakan tes awal, peneliti memulai pembelajaran pada kedua kelas tersebut dengan menggunakan
metode pembelajaran yang berbeda. Peneliti melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan metode demonstrasi pada kelas kontrol, dimana metode ini sudah
biasa digunakan oleh guru dalam pembelajaran IPA. Berbeda dengan kelas kontrol, peneliti menerapkan metode eksperimen pada kelas eksperimen sebagai
perlakuan. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat peneliti simpulkan bahwa jenis
penelitian yang digunakan yaitu penelitian eksperimen dengan desain quasi
37 experimental yang menerapkan bentuk nonequivalent control group design. Data
penelitiannya berupa data kuantitatif guna menerangkan hasil belajar siswa setelah mendapat perlakuan berupa pembelajaran dengan metode eksperimen yang akan
dibandingkan dengan kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran dengan metode demonstrasi.
3.2 Populasi dan Sampel