15 disebut ranah belajar yaitu: ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Berikut
penjabaran dari masing-masing ranah. Ranah kognitif berkaitan dengan perilaku-perilaku yang menekankan
aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Contohnya seperti menghafal, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, dan
kemampuan mengevaluasi. Ranah kognitif mencakup kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Ranah afektif berkaitan dengan perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
Ciri-ciri hasil belajar dari ranah afektif akan terlihat pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Ranah afektif mencakup penerimaan, tanggapan,
penghargaan, pengorganisasian, dan pembentukkan pola hidup. Ranah psikomotor berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
keterampilan motorik seperti tulisan tangan, keterampilan intelektual, dan keterampilan sosial. Ranah psikomotor mencakup persepsi, kesiapan, gerakan
terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian, dan kreativitas. Berdasarkan pendapat di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan
suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan tingkah laku sebagai akibat dari kegiatan belajar. Dalam penelitian ini, hasil belajar yang diukur berupa
ranah kognitif siswa dan diukur dengan menggunakan tes akhir pembelajaran atau postest.
2.1.4 Hakikat pembelajaran IPA
Ilmu Pengetahuan Alam IPA merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris „science‟. Kata „science‟
16 sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin „scientia‟ yang berarti saya tahu
Trianto 2010: 136. Adapun Wahyana 1986 dalam Trianto 2010: 136 mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara
sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
Laksmi Prihantoro dkk., 1986 dalam Trianto 2010: 137 mengatakan bahwa IPA hakikatnya merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi. Sebagai
produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan
untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk sains, dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat
memberi kemudahan bagi kehidupan. Keterampilan proses sains didefinisikan oleh Paolo dan Marten dalam
Carin 1993:5 adalah : 1 mengamati, 2 mencoba memahami apa yang diamati, 3 mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang terjadi, 4
menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut benar Samatowa 2011: 5. Ardiyanti 2013: 1-2 juga mengungkapkan
bahwa “proses pembelajaran IPA tidak cukup dilaksanakan dengan
menyampaikan informasi tentang konsep tetapi juga harus memahami proses terjadinya fenomena IPA dengan melakukan penginderaan sebanyak mungkin,
mengamati peristiwa yang terjadi secara langsung melalui kegiatan demonstrasi dan eksperimen, serta mencatat informasi-informasi yang muncul dari peristiwa
tersebut”.
17 Beberapa alasan yang menyebabkan mata pelajaran IPA dimasukkan di
dalam kurikulum sekolah Samatowa 2011: 6 yaitu : 1
Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa. Kesejahteraan materil suatu bangsa banyak sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA,
sebab IPA merupakan dasar tekonologi, dan disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan.
2 Bila diajarkan IPA menurut cara tepat, maka IPA merupakan suatu mata
pelajaran yang melatihmengembangkan kemampuan berpikir kritis. 3
Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan
belaka. 4
Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa IPA pada hakikatnya adalah sekumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan terbatas pada
apa yang ada di alam. Selain itu, IPA juga merupakan pengetahuan yang menekankan proses dalam pemerolehan informasi, sehingga anak mampu
memahami pengetahuan dengan lebih bermakna. Hal ini kemudian memberikan banyak manfaat bagi individu itu maupun masyarakat luas. Inilah alasan mengapa
IPA dimasukkan ke dalam kurikulum di sekolah dasar.
2.1.5 Karakteristik Siswa SD