PENUTUP Hubungan persepsi pengelolaan kelas dan motivasi belajar IPS di SMK Lingga kencana Sawangan Depok
2
setiap adanya inovasi pendidikan , khususnya dalam peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan selalu bermuara pada faktor
guru. Hal ini menunjukan bahwa betapa eksisnya peran guru dalam dunia pendidikan.
Guru juga merupakan aktor dan desainer pembelajaran siswa dengan salah satunya menciptakan kelas untuk belajar dan membimbing siswa untuk
saling belajar membelajarkan serta membawa dampak lahirnya masukan bagi guru. Oleh karena itu, pengelolaan kelas memiliki pengertian mewujudkan
sistem perencanaan pengajaran dalam setting pembelajaran nyata, dengan evaluasi yang terkontrol secara sistematik dan memberi timbal balik secara
langsung. Guru pun bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik kelasnya agar
senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan atau membimbing proses-proses intelektual dan sosial didalam kelasnya. Dengan demikian guru
tidak hanya memungkinkan siswa belajar, tetapi juga mengembangkan kebiasaan bekerja dan belajar secara efektif dikalangan siswa.
2
Keterampilan pengelolaan kelas secara praktis berkaitan dengan usaha mempertahankan kondisi kelas dan mengembangkan iklim kelas agar tetap
kondusif. Teknik mempertahankan kondisi kelas dapat dilakukan dengan cara menunjukan sikap tanggap. Sikap tanggap dapat dilakukan dengan cara
membagi pandangan guru secara merata dan adil, mendekati siswa agar memberi kehangatan dan persahabatan, memberi pernyataan atau pengakuan
serta menunjukan sikap tegas pada gangguan yang terjadi di kelas. Sedangkan mengembangkan iklim kelas memiliki arti menata ulang kondisi kelas yang
kurang akseptabel. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah melalui modifikasi perilaku siswa. Modifikasi perilaku siswa berarti memperbaiki cara
berfikir, gaya mengekspresikan perasaan dan cara mewujudkan perilaku siswa. Terutama berkenaan dengan cara merespon masalah dan teknik
pemecahan masalah yang lebih permanen.
2
Moh. Uzer Usman. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006 . H, 10
3
Guru pada saat mengajar harus memiliki kemampuan dalam menciptakan pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan. Kemampuan
itu diwujudkan dalam membuka dan menutup pelajaran, mengelola kelas, menjelaskan materi pelajaran, memberikan penguatan serta mengadakan
variasi pembelajaran. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, dapat diwujudkan dengan
pengelolaan kelas yang berorientasi pada siswa artinya guru harus memberi penekanan dan pengalaman secara langsung serta merancang proses belajar
mengajar di kelas yang memberi banyak kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan menerapkan hal-hal yang telah dipelajari.
Adapun keberhasilan belajar siswa dapat juga ditentukan oleh motivasi belajar yang dimilikinya. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi
cenderung prestasinya pun akan tinggi pula, sebaliknya siswa yang motivasi belajarnya rendah, akan rendah pula prestasi belajarnya. Tinggi rendahnya
motivasi dapat menentukan tinggi rendahnya usaha atau semangat seseorang untuk beraktifitas. Dan tentu saja tinggi rendahnya semangat akan menentukan
hasil yang diperoleh. Dalam proses pembelajaran motivasi merupakan salah satu aspek
dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, akan tetapi dikarenakan
tidak ada motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya.
Dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi dapat diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin
kelangsungan, dan memberikan arah kegiatan belajar sehingga diharapkan tujuan yang ada dapat tercapai. Motivasi berfungsi sebagai pendorong,
pengarah sekaligus sebagai penggerak perilaku seseorang untuk mencapai tujuan. Guru merupakan faktor yang penting untuk mengusahakan
terlaksananya fungsi-fungsi tersebut dengan cara dan terutama memenuhi kebutuhan siswa.
4
Dari hasil penelitian yang diperoleh penulis, tampak bahwa kemampuan guru dalam mengelola kelas di SMK Lingga Kencana belum sepenuhnya
memenuhi kriteria sebagaimana yang diinginkan oleh persyaratan guru profesional. Hal tersebut terlihat dari masih rendahnya keterampilan guru
dalam mengelola kelas, khususnya dalam proses pembelajaran. Terbatasnya metode pembelajaran yang guru miliki, dan belum maksimalnya upaya guru
dalam menciptakan kelas yang kondusif.
3
Di SMK Lingga Kencana masih ada guru dalam mengelola kelas belum mempunyai keterampilan pedagogik yang baik. Ketika proses pembelajaran
berlangsung, guru di SMK Lingga Kencana tidak begitu semangat dalam menjelaskan materi pelajaran, tidak menggunakan metode yang bervariatif dan
hanya terpaku pada buku. Oleh sebab itu, siswa pun tidak begitu semangat dalam belajar. Ada juga ketika dalam proses pembelajaran, murid hanya
diberikan tugas, kemudian guru itu pergi ke luar kelas. Seharusnya guru tetap ada didalam kelas untuk mengawasi siswanya dalam mengerjakan tugas.
Sebelum melakukan pembelajaran di kelas, guru diharuskan untuk membuat perencanaan pembelajaran,seperti silabus dan RPP. Di SMK Lingga
Kencana masih ada guru yang belum membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP ketika melakukan proses pembelajaran di kelas. Adapun
yang membuat tetapi uraian materinya tidak dicantumkan di dalam RPP. Yang penulis lihat yaitu salah satu guru mata pelajaran IPS yang masih belum
membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP ketika melakukan proses pembelajaran. Kemudian belum maksimalnya upaya guru dalam menciptakan
kelas yang kondusif, karena yang penulis lihat ketika siswa yang gaduh di kelas, guru tidak memperdulikannya. Dan masih rendahnya juga motivasi
siswa disebabkan kurang efektifnya pengelolaan kelas. Rencana Pelaksanann Pembelajaran RPP harus disusun oleh setiap
guru yang akan melakukan proses pembelajaran di kelas. Karena pembelajaran tidak akan berhasil bila tidak ada rancangan sebelumnya. Bila
setiap guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, maka di dalam
3
Hasil observasi di sekolah pada tanggal 5 Januari 2011