diletakan terhadap barang yang terlebih dahulu. Permohonan sita jaminan harus ditolak, upaya hukum yang diberikan oleh hakim adalah sita penyesuaian vergelijkende beslag.
e. Seandainya barang telah dibebani hipotik, maka sita jaminan tidak oleh diletakan terhadap barang yang lebih dahulu diagunkan secara hipotik. Sita penyesuaian adalah jalan keluarnya.
f. Amar putusan pelaksanaan eksekusi sita jaminan yang kurang jelas, harus dikaitkan dengan pertimbangan putusannya, dan bila perlu dilakukan pemeriksaan setempat dan terakhir menanyakan
pendapat hakim yang memutus perkara itu. Ini dilakukan agar mencari kejelasan amar putusan. g. Terhadap kekeliruan dalam proses eksekusi dapat dilakukan pengulangan eksekusi sesuai
dengan azas “proces doelmatigheid”. 5. Berakhirnya pelasanaan eksekusi sita jaminan ditandai dengan ditutupnya perjanjian jual-beli
oleh kantor lelang. Keadaan ini dikuatkan apabila tercapai keadaan dimana semua isi putusan telah dijalankan dan semua tagihan para kreditur telah terpenuhi serta debitur telah melaksanakan apa-apa
yang menjadi tanggung jawabnya. Hal ini dikuatkan oleh pernyataan M. Yahya Harahap bahwa “tidak ada sita eksekusi setelah lelang”.
B. Saran
Dari hasil analisa permasalahan yang telah telah disimpulkan pada uraian terdahulu, maka penulis menyarankan antara lain:
1. Agar pelaksanaan eksekusi sita jaminan dapat berjalan sebagaimana diatur dalam Rbg, maka pihak pemohon eksekusi sita jaminan diharapkan harus mengikuti aturan-aturan yang ada, dan
mengikuti tahap-tahap pelaksanaan eksekusi sita jaminan yang telah ada. Pemohon sita jaminan disarankan harus mampu mengajukan juga alasan-alasan dan ketentuan-ketentuan yang menjadi
dasar permohonannya agar upaya yang telah ilakukannya tidak percuma dan sia-sia.
Universitas Sumatera Utara
2. Diperlukan adanya kodifikasi aturan hukum yang jelas tentang pelaksanaan putusan terutama tentang masalah eksekusi sita jaminan agar tidak terjadi kesimpang-siuran diantara pendapat para
praktisi hukum yang nantinya akan membingungkan terutama bagi masyarakat luas. Selain itu perlu ada penegasan dari MA tentang aturan yang jelas tentang sejauh mana hakim dapat
menerima permohonan sita, dan keadaan mana yang dapat mengakibatkan dicabutnya sita. 3. Perlunya landasan dan pegangan yang bersifat yuridis bagi prakisi hukum didalam menerima
dan menetapkan permohonan sita, penetapan sita, dan putusan terhadap sita guna menjamin kelancaran dan menjaga wibawa peradilan. Dalam hal ini azas proporsionalitas harus dijunjung
tinggi oleh hakim. 4. Perlawanan terhadap eksekusi sita jaminan sebaiknya dilakukan sesuai dengan aturan sita
sehingga tidak sia-sia dan membuang biaya saja. Jangan sampai permohonan dilakukan setelah selesai pelaksanaan eksekusi sita jaminan. Jadi untuk itu sangat diperlukan pengetahuan tentang
bagaimana keadaan berakhirnya eksekusi sita jaminan. 5. Penulis berharap hakim tidak menghilangkan hak bagi si tersita untuk mencari sendiri calon
pembeli atas barangnya yang disita itu. Hal ini menjaga agar tersita tidak terlalu dirugikan dalam pelaksanaan eksekusi sita jaminan, karena biasanya hasil dari penjualan lelang harganya sangat
rendah dan tidak sesuai dengan harga barang itu.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU-BUKU Muhammad, Abdulkadir, Hukum Acara Perdata, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2000.