1. Apabila hasil penjualan hanya cukup untuk melunasi tuntutan pemegang sita atau agunan, sepenuhnya jumlah itu menjadi hak pemegang sita atau agunan, tanpa mengurangi pembagian hasil
penjualan secara berimbang dalam eksekusi serentak berdasarkan Pasal 219 Rbg, Pasal 220 Rbg, dan Pasal 202 HIR dan pemegang sita atau agunan tidak berkedudukan sebagai kreditur yang mempunyai
hak “previlege” atas barang tersebut.53
Prinsip ini digariskan dalam pasal 39 ayat KUHP yang berbunyi ”benda yang berada dalam sitaan karena perkara perdata atau pailit dapat juga disita untuk kepentingan penyidikan, penuntutan,
dan mengadili perkara pidana sepanjang memenuhi ketentuan ayat 1”. 2. Apabila ada sisa dari penjualan barang, maka sisa kelebihan tersebut menjadi hak pemegang sita
penyesuaian. Dalam vergelijkende beslag, tidak aad kedudukan hak berimbang atas hak barang tersebut
antara pemegang sita yang sudah ada dengan pemegang sita penyesuaian fond-fond gewijs. Pemegang sita yang terdahulu tetap menjadi priorias utama dalam penjualan barang.
J. Sita terhadap barang perdata dapat disita dalam perkara pidana
Melihat ada suatu kepentingan publik yang ada didalam suatu perkara perdata, dimana kepentingan publik harus didahulukan. Hal ini karena urgensi publik lebih tinggi dari kepentingan
perorangan individu dalam perkara perdata. Ada suatu prinsip bahwa barang yang telah disita dalam perkara perdata dapat disita lagi untuk kepentingan perkara pidana.
54
53 M. Yahya Harahap, Ruang Lingkup Eksekusi Bidang Perdata, Op. Cit., h. 255 54 KUHAP dan Penjelasannya, CV. Titik Terang, 1995, h. 31
Universitas Sumatera Utara
Jadi demi melindungi kepentingan umum sesuai Pasal 39 ayat 2 KUHP, pemegang sita dalam perkara perdata harus dikesampingkan. Adapun benda-benda yang dapat dikatagorikan sebagai barang
yang dapat disita dalam perkara pidana adalah55
1. Merampas barang sitaan untuk negara,dan
, 1. Benda atau tagihan terdakwa atau tersangka yang seluruh atau sebagian diduga diperoleh dari tindak
pidana atau sebagai hasil tindak pidana. 2. Benda yang telah dipergunakan untuk menghalangi peyelidikan tindak pidana.
3. Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau untuk mempersiapkannya.
4. Benda-benda yang khusus dibuat untuk melakukan tindak pidana. 5. Benda-benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan.
Sita pidana atas barang sitaan dalam perkara perdata tidak termasuk sita penyesuaian karena kedudukan sita pidana lebih tinggi dari sita dalam perkara perdata. Hal ini digariskan pada Pasal 46
ayat 2 KUHP yang memberi wewenang bagi hakim untuk:
2. Untuk memusnakan atau untuk dirusakan sampai tidak dapat dipergunakan lagi.
Sita pidana tidak tunduk pada Pasal 463 Rv, karena sita pidana berlaku penuh Kitab Undang- Undang Hukum Pidana KUHP Pasal 39 jo. Pasal 46 ayat 2. Berdasarkan Pasal 39 ayat 2 bahwa
pemegang sita perdata tidak dapat melakukan perlawanan verzet terhadap penyitaan pidana, dikarenakan penyitaan pidana ini adalah kewenangan yang didasarkan oleh Undang-Undang. Didalam
Putusan MA No. 3233 KPdt 1995, menerima penyitaan pidana atas perkara perdata pada kasus pidana korupsi terhadap tanah sengketa yang telah diletakan sita jaminan.
55 M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, Op. Cit., h. 324-325
Universitas Sumatera Utara
J. Dilarang menyita barang-barang tertentu