Dalam kasus yang demikian, prinsip spesialitas dan separatis mengenyampikan azas mendahulukan penyitaaan terhadap barang-barang bergerak. Prinsip ini digariskan dalam Pasal 261
Rbg atau Pasal 227 ayat 1 HIR dan Pasal 720 Rv.
F. Penggugat tidak boleh diberikan penjagaan sita
Pasal 212 Rbg memuat ketentuan bahwa penjagaan barang sitaan tetap berada di tangan si tersita. Prinsip ini juga ditegaskan dalam SEMA No.5 Tahun 1975 yang melarang penyerahan barang
yang disita kepada pemohon sita. Pada huruf g SEMA tersebut menerangkan agar barang-barang yang disita tidak diserahkan
kepada penggugat atau pemohon sita. Tindakan ini akan menimbulkan kesan solah-olah penggugat sudah pasti akan dimenangkan. Pada bagian akhir SEMA juga melarang hakim dan juru sita melanggar
prinsip tersebut. 1. Penjagaan sita barang bergerak.
Berbicara mengenai masalah penyimpanan barang sitaan semestinya telah diatur dalam Pasal 212 Rbg, berdasarkan pasal itu, pelaksanaan penyimpanan atau penjagaan harus dipatuhi prinsip-
prinsip sebagai berikut: a.
Ditinggalkan untuk disimpan oleh pihak yang tersita atau dimana barang tersebut terletak, b.
Atau sebagian barang itu dibawa ketempat penyimpanan yang patut.
Universitas Sumatera Utara
Jadi penyimpanan atau penjagaan maupun pemegang sitaan atas barang yang bergerak diserahkan pada pihak tersita. Penyimpanan atau penjagaan diserahakan kepada si tersita sebagai
pemilik dengan cara: 1 Barang bergerak tetap diletakan di tempat semula.
Barang bergerak tidak boleh diambil atau diserahkan pada pemohon sita. Juru sita dalam hal ini akan memerintahkan mencatat dalam berita acara sita tentang penyerahan penjagaan
kepada tersita. Sebagaimana barang itu berada pada waktu sita dilaksanakan.44
44 M. Yahya Harahap, Permasalahan dan Penerapan Sita Jaminan Conservatoir Beslag, Op. Cit., h. 48-49
Selama perkara belum memperoleh kekuatan hukum yang tetap, maka sangat keliru sekali menyerahkan penjagaan barang sitaan kepada pemohon sita penggugat.
2 Sebagian disimpan di tempat yang patut. Sebagian barang sitaan dapat juga dibawa untuk disimpan di tempat penyimpanan yang
patut. Hal ini pada dasarnya bukan menghapuskan hak tersita untuk menjadi penjaga terhadap barang sitaan, hanya saja tempat penyimpanannya yang dipindahkan.
Semua tindakan ini untuk menjaga keselamatan barang sitaan dari gangguan pihak-pihak lain. Jadi dimanapun barang sitaan tersebut disimpan, kewenangan penjagaan tetap berada
ditangan si tersita.
2. Penjagaan uang yang diblokir di bank.
Universitas Sumatera Utara
Pada dasarnya penyitaan uang yang ada dibank disamakan dengan penyitaan barang bergerak.45
a. Boleh tetap di bank tempat dimana uang itu disita.
Jadi prinsip penyitaan dan penjagaannya tunduk pada Pasal 212 Rbg, mengenai tempat penyimpanannya:
b. Boleh juga dipindahakan ketempat lain yang dianggap patut, misalnya di bank lain atau lebih
amannya di kas kepaniteraan Pengadilan Negeri. Dalam hal dipindahkan di bank lain atau ke kas kepaniteraan Pengadilan Negeri, uang tersebut
tetap atas nama tersita. Pengawasan dan penjagaan uang tersebut tetap berada ditangan tergugat tersita, dan tidak boleh diberikan kepada penggugat.
Apabila barang yang disita murni berupa uang yang disita dari tempat kediaman atau perusahaanya, maka juru sita harus mencatat identitas uang itu meliputi total keseluruhan jumlahnya,
jumlah dan jenis tukarannya lembarannya, serta nomor seri masing-masing lembar. Pencatatan ini dicantumkan dalam berita acara sita.
Apabila barang yang disita berupa rekening atau deposito, ataupun saham dan surat-surat berharga lainya, harus juga dicatat identitas barang sitaan tersebut dalam berita acara sita yang meliputi:
a. Nama pemiliknya atau penerbitnya serta nomor serinya, b. Harga jumlah nilai yang terdapat tercantum di dalamnya,
c. Jumlah keseluruhan dan jumlah banyaknya lembaran, dan d. Dari dan ditempat mana barang sitaan tersebut disita,
Tentang pemakaian uang sitaan, yang bersifat habis apabila dipakai, begitu pula terhadap rekening atau deposito, atau benda-benda sitaan lainya yang bersifat habis bila dipakai dilarang untuk
45 M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, Op. Cit., h. 307
Universitas Sumatera Utara
dipakai dan dipergunakan. Untuk rekening atau deposito yang berada dalam penyitaan dilarang untuk dicairakan ataupun mempergunakan atau memindahkan rekening tersebut kepada orang lain.
3. Penjagaan sita barang tidak bergerak. Secara tegas, tentang penjagaan sita barang yang tidak bergerak tidak diatur didalam
kekosongan hukum sehingga menimbulkan perbedaan penerapan. a.
Pendapat pertama, menyerahkan penerapan penjagaan sita kepada kebijaksanaan pengadilan. Di dalam undang-undang, tidak diatur tentang penjagaan sita terhadap benda tidak bergerak,
berarti undang-undang menyerahkan penerapannya kepada pengadilan. Oleh karena itu pengadilan atau juru sita bebas menentukan kepada siapa penjagaan barang tersebut diserahkan, bisa kepada tergugat
maupun kepada pengugat pemohon sita. b.
Penjagaan barang yang tidak bergerak disamakan dengan penjagaan barang bergerak. Menurut Prof. Subekti, dalam hal ini beliau berpendapat46
46 R. Subekti, Op. Cit, h. 52
, sehubungan dengan masalah penjagaan barang sitaan, tidak ada perbedaan antara barang yang tidak bergerak dengan barang yang
bergerak. Barang apapun jenisnya, barang yang disita harus memenuhi prinsip barang tersebut ditangan orang yang tersita. Selain itu, menurut beliau harus dilakukan pendekatan analogis, tidak perlu
dibedakan antara benda yang tidak bergerak dengan benda yang bergerak. Dari pendekatan analogis diatas dapat dilahirkan suatu azas “penjagaan atas barang yang disita tetap berada ditangan pihak
tersita”.
Universitas Sumatera Utara
Menurut M. Yahya Harahap, dalam bukunya ”Permasalahan Dan Penerapan Sita Jaminan”47
Hal diatas didukung oleh pasal 508 Reglement Acara Perdata Reglement op de Rechtsvordering S.1847-52. Pasal tersebut menyimpulkan bahwa pihak yang barangnya disita tetap
menjadi penyimpan barang itu menurut hukum, ,
bahwa apa yang diajarkan oleh Prof. Subekti harus diterapkan, bahwa penyitaan atas suatu benda yang tidak bergerak tidak boleh mengurangi hak tersita untuk memakai, menguasai, dan menikmatinya.
Undang-undang tidak melarang tergugat untuk menguasai dan menikmatinya, yang dilarang di dalam Pasal 214 Rbg adalah:
1. Memindahkan kepada orang lain. 2. Membebani atau menyewakan.
48
Dalam penetapan sita terdapat pertimbangan mengenai alasan yang diajukan penggugat, dimana alasan tersebut berupa sangat berkaitan antara dalil gugatan dengan penyitaan sehingga penyitaan
tersebut benar-benar urgen. Selain itu penggugat juga harus mampu menunjukan fakta-fakta atau dan pihak itu berhak menguasai dan mengusahakan
asalkan tidak menimbulkan turunnya nilai harga barang yang bersangkutan.
G. Pengabulan berdasarkan pertimbangan objektif