Hal yang demikian ini sangat bertentangan dengan azas didalam hukum perdata yang dijabarkan pada Undang- Undang No. 5 Tahun 2004, dimana hukum acara perdata harus bersifat “sederhana, cepat
,dan biaya ringan”. Semakin sedikit dan sederhana formalitas yang diperlukan dalam beracara dimuka pengadilan, semakin baik dan semakin dekat dengan proses beracara tersebut dengan azas ini.
B. Permohonan berdasarkan alasan
Didalam menerima permohonan sita, hakim harus melihat apakah di dalam permohonan sita tersebut terdapat alasan sita atau tidak. Hakim harus tegas menolak apabila permohonan sita tidak
berdasarkan suatu alasan. Namun bukan berarti setiap permohonan sita berdasarkan alasan dapat langsung dikabulkan
oleh hakim. Hakim harus melihat lebih dalam tentang alasan-alasan yang menjadi dasar baginya untuk mengajukan permohonan sita.
Hakim harus menyadari sifat eksepsional sita, walaupun secara hukum undang-undang memberi hak dan kewenangan kepada hakim untuk menyita harta sengketa. Ini dikarenakan agar jangan sampai
keputusan pengabulan sita menjadi keliru dibelakang hari seperti hakim telah meletakan sita diatas harta sengketa, namun dikemudian hari ternyata hakim menolak gugatan penggugat. Tentunya dengan
ditolaknya gugatan penggugat maka permohonan sita akan dicabut pula. Hal ini senada dengan yurisprudensi dalam sebuah putusan MARI No.1043.KSip1973 Tanggal 1 Agustus 1973.33
33
MARI No.1043.KSip
1973 Tanggal 1 Agustus 1973
Ini bertujuan menjaga hak-hak dari tergugat agar tergugat tidak terlalu dirugikan didalam permohonan sita.
Universitas Sumatera Utara
Tentang alasan permohonan sita secara rinci tidak ditentukan dalam Pasal 261 Rbg,di dalam pasal tersebut hanya menyebutkan alasan sita secara umum saja dan alasan itu hanya berbentuk tunggal saja.
Sepintas lalu alasan itu agak ringan dan kabur, apalagi bagi mereka yang kurang peduli dan tidak tahu.34
1. Adanya kekhawatiran atau persangkaan bahwa tergugat akan :
Alasan permohonan sita yang demikian itulah yang harus kita kaitkan dengan sifat eksepsional sita. Sehingga apabila kita mengaitkan kedua hal tersebut, maka tentunya pemohon sita penggugat
akan lebih cermat dan waspada serta dapat mengungkapkan alasan itu dengan kenyataan yang sebenarnya.
Menurut Pasal 261 Rbg, dikuatkan dengan Pasal 270 Rv, diterangkan alasan-alasan pokok permintaan sita, yaitu:
a. Mencari akal untuk menggelapkan atau mengasingkan harta kekayaannya.
b. Hal ini dengan maksud unutk menjauhkan harta kekayaan tersebut dari kepentingan penggugat.
c. Dimana tindakan tergugat tersebut akan dilakukan nya selama proses pemeriksaan perkara
sedang berlangsung d.
Sebelum ptutsanberkekuatan hukum tetap. Beberapa hal diatas merupakan alasan-alasan unsur yang harus dipenuhi agar hakim
mengabulkan permohonan sita. Kekhawatiran atau persangkaan penggugat tersebut harus memenuhi kualitas persangkaan yang dibenarkan. Persangkaan penggugat harus nyata dan secara objektif dapat
dipertanggungjawabkan.
2. Kekhawatiran atau persangkaan penggugat harus didukung dengan :
34 M. Yahya Harahap, Permasalahan dan Penerapan Sita Jaminan Conservatoir Beslag, Op. Cit., h. 34
Universitas Sumatera Utara
a. Adanya fakta yang mendukung persangkaan.
b. Fakta-fakta tersebut dapat menujukan adanya langkah-langkah tergugat untuk menggelapkan
atau mengasingkan hartanya selama proses pemeriksaan sidang berlangsung. c.
Sekurang-kurangnya ada petunjuk-petunjuk yang bisa membenarkan persangkaan. d.
Fakta atau petunjuk-petunjuk tersebut harus benar-benar masuk akal. e.
Paling tidak penggugat dapat menunjukan indikasi objektif tentang adanya daya dan upaya tergugat untuk menghilangkan atau mengasingkan barang-barangnya guna menghindari
gugatan.35 Berdasarkan hal tersebut diatas, penggugat sangat diwajibkan mampu mengajukan fakta-fakta
atau petunjuk-petunjuk. Didasarkan pada ajaran pembebanan pembuktian, penggugatlah yang diwajibkan untuk mengajukan fakta-fakta atau petunjuk-petunjuk tersebut.
Menurut Pasal 283 Rbg dan 1865 KUH Perdata menentukan bahwa, hak atau mengemukakan suatu peristiwa untuk menegaskan haknya atau untuk membantah hak orang lain, haruslah
membuktikan adanya hak itu atau adanya peristwa itu. Berdasarkan pada alasan diatas, telah ditetapkan bahwa siapa yang mengemukakan fakta atau
peristiwa, terpikul adanya kewajiban untuk membuktikannya. Dalam hal ini hakim mewajibkan kepada penggugat untuk mengajukan fakta-fakta atau pentujuk-petunjuk yang menimbulkan adanya
persangkaan bahwa tergugat akan menggelapkan harta terperkara atau harta kekayaanya. Didalam hal ini seandainya hakim tidak melakukan pembagian beban pembuktian yang adil
dianggap suatu pelanggaran hukum.36
35 M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, Op. Cit., h. 289 36 R. Subekti, Hukum Acara Perdata, Bina Cipta, Jakarta, 1977, h. 83
Oleh karena itu hakim dituntut untuk lebih cermat dan teliti.
Universitas Sumatera Utara
Jadi, sangat keliru sekali apabila hakim dengan mudah dan gampang untuk mengabulkan permohonan sita tanpa adanya pemeriksaaan tentang hal fakta-fakta atau petunjuk-petunjuk yang bisa
membenarkan suatu persangkalan.
3. Tanpa fakta atau petunjuk-petunjuk sita harus ditolak. Hakim harus secara tegas berani menolak permohonan sita dari penggugat apabila penggugat
tidak mampu mengajukan fakta atau petunjuk-petunjuk tersebut diatas. Telah diterangkan sebelumnya hanya permohonan yang didukung fakta atau petunjuk-petunjuk yang dapat dikabulkan dan
permohonan sita tersebut dianggap sah dan berharga. Jadi apabila ada permohonan sita tidak didukung fakta atau petunjuk-petunjuk adalah permohonan sita yang tidak sah menurut hukum.
Seandainya hakim telah sempat menolak permohonan sita, namun sepanjang perkara digelar di depan pengadilan ternyata penggugat mampu menunjukan fakta atau petunjuk-petunjuk baru yang
mampu mendukung kebenaran maksud penggugat, maka hakim dapat mengabulkan permohonan tersebut.
Penolakan permohonan sita yang terdahulu tidak dapat menggugurkan hak penggugat untuk mengajukan fakta atau petunjuk-petunjuk baru. Hal ini dikarenakan, permohonan sita dapat diajukan
sepanjang proses perkara masih berlangsung. Dalam permohonan sita tidak ada ditemukan suatu prinsip yang berbunyi bahwa ”sekali permohonan sita ditolak, akan gugur selamanya hak penggugat
untuk melakukan permohona sita”. 4. Eratnya isi gugatan dengan penyitaan.
Universitas Sumatera Utara
Sedemikian rupa eratnya isi gugatan dengan penyitaan, sehingga seandainya penyitaan tidak dimohonkan dan tidak dikabulkan oleh hakim, tergugat akan menggelapkan harta kekayaannya . Hal ini
sangat merugikan bagi penggugat. Seandainya isi pokok gugatan tidak mempunyai hubungan yang erat dengan masalah penyitaan,
maka dianggap penyitaan tidak mempunyai dasar alasan yang kuat. Keempat alasan permohonan sita tadi adalah hal yang tidak terpisahkan satu sama lain guna
dikabulkannya permohonan sita oleh hakim. Seandainya satu alasan sita tadi tidak ada atau kurang lengkap, apalagi terhadap alasan yang pertama, maka mustahil sekali bagi hakim untuk mengabulkan
permohonan sita. Hal ini karena hakim dilarang mengabulkan sita tanpa adanya permohonan dari penggugat.
5.Yang berwenang menilai unsur persangkaan alasan. Hakim yang berhak dan berwewenang menentukan penilaian persangkaan atau alasan sita,
bukan penggugat. Walaupun penggugat yang berhak mengungkapkan dan menunjukan fakta atau petunjuk-petunjuk tenang adanya dugaan terhadap tindakan tergugat, tetapi penilaian dan pertimbangan
ada ditangan hakim. Hakim bebas menilai apakah persangkaan atau alasan penggugat itu objektif atau tidak.
Beberapa pedoman yang dapat dipergunakan hakim dalam menilai alasan sita yang diajukan penggugat, dapat dilakukan melalui:
a. adanya fakta yang konkret yang mendukung alsan sita tersebut,
b. seminimalnya, ada petunjuk-petunjuk yang mendukung alasan sita tersebut,
c. fakta atau petunjuk-petujuk tersebut bersifat objektif dan rasional masuk akal.
Universitas Sumatera Utara
Tentang permasalahan penilaian alasan sita, hakim harus melepaskan diri dari teori dan penerapan formil yang diajarkan prinsip hukum acara perdata.37
a. Proses persidangan, apabila penilaian alasan sita dikabulkan selama proses persidangan
berlangsung, Hal ini dikarenakan sifat
eksepsionalnya sita itu sendiri. Sikap, penilaian, dan pertimbangan permohonan alasan sita harus lebih mengarah kepada pendekatan yang lebih bersifat materil. Mungkin dengan diterapkannya pendekatan
yang bersifat materil, maka sifat eksepsional sita dapat diimbangi. Tentang bagaimana hakim memperoleh penilaian yang bersifat materil tersebut, dapat diperoleh
melalui:
b. Dapat diperoleh dari penggugat dan tergugat melalui proses pemeriksaan isidentil, bila
mendahului pokok perkara. Sebagai instansi yang berwenang didalam pengabulan permohonan sita, hakim juga harus
melihat fakta-fakta yang terdapat baik yang ada dalam persidangan maupun yang ada diluar persidangan. Hakim harus cermat dan waspada terhadap tindakan tergugat yang ingin mencoba
menggelapkan harta kekayaannya apalagi hal tersebut dilakukan secara tersembunyi.
C. Penggugat wajib menunjukan barang objek sita