Dilarang memindahkan atau membebani barang sitaan

Apabila pada waktu yang bersamaan penggugat mengajukan sita dan barang tersebut sudah terlebih dahulu disita oleh instansi PUPN, maka pengadilan dilarang mengabulkan sita, dan yang dapat dilakukan pengadilan hanya vergelijkende beslag sita penyesuaian.

L. Dilarang memindahkan atau membebani barang sitaan

Menurut Pasal 214 ayat 1 Rbg dan Pasal 215 Rbg, kekuatan sita meliputi para pihak yang berperkara dan juga menjangkau pihak ketiga atau pihak lain, dengan tidak menghilangkan upaya dari pihak ketiga untuk mengajukan derdenverzet sesuai Pasal 206 Rbg. Kekuatan mengikat sita pada Pasal 214 Rbg hanya bertujuan melarang bagi pihak ketiga untuk mengadakan upaya hukum perbuatan hukum yang bersifat pemindahan hak atas objek barang yang disita. Sejak tanggal hari pemberitahuan atau pengumuman barang yang disita di kantor pendaftaran sesuai Pasal 214 Rbg, hukum melarang: 1. Memindahkan barang yang disita pada pihak lain, termasuk didalamnya menjual, menghibahkan, atau menukarkan barang sitaan. 2. Membebani barang sitaan kepada orang lain, termasuk didalamnya meliputi menjaminkan atau mengagunkan barang tersebut. 3. Menyewakan barang sitaan kepada orang lain. Akibat hukum atas pelanggaran larangan diatas, transaksi perbuatan hukum batal demi hukum Pasal 214 Rbg, sedangkan pelanggaran didalam hukum pidana diatur dalam Pasal 231 KUHP, bukan saja transaksi itu batal demi hukum, namun dapat dipidana maksimal 4 tahun penjara. Menurut pasal 231 KUHP unsur deliknya sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Barang siapa dengan sengaja: a. Melepaskan barang sitaan, b. Melepaskan dari simpanan, atau c. Menyembuyikan barang sitaan. 2. Dia mengetahui barang tersebut dilepaskan dari sitaan. 3. Perbuatan tersebut diancam pidana penjara maksimal 4 tahun penjara. Sedangkan barang siapa yang sengaja membantu kejahatan diatas dapat dipidana penjara lebih tinggi yaitu maksimal 5 tahun penjara sesuai Pasal 231 ayat 3 KUHP. Yang termasuk sita dalam Pasal 231 KUHP adalah penyitaan yang diatur dalam hukum acara perdata seperti sita jaminan, sita revindikasi, sita marital, atau sita eksekusi. Universitas Sumatera Utara

BAB IV PELAKSANAAN EKSEKUSI SITA JAMINAN DALAM PROSES PERADILAN MENURUT

RBG

A. Sinkronisasi pelaksanaan putusan hakim dengan eksekusi sita jaminan

Putusan hakim adalah suatu pernyataan yang oleh hakim sebagai pejabat negara yang diberi wewenang untuk itu, diucapkan dipersidangan dan bertujuan untuk mengakhiri dan menyelesaikan suatu perkara atau sengketa para pihak. Sebuah putusan yang telah diucapkan didepan persidangan uitspraak tidak boleh berbeda dengan yang ditulis vonnis. Sebuah putusan adalah merupakan perbuatan hakim sebagai penguasa atau sebagai pejabat Negara, jadi bukan bertindak berdasarkan diri pribadi individu. Namun yang menjadi titik utama adalah tentang suatu putusan hakim sebagai sebuah putusan akhir bukan berbentuk putusan sela. Putusan akhir adalah putusan yang mengakhiri dan menyelesaikan suatu sengketa perkara ditingkat perafilan tertentu. Putusan akhir ini dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: 1. Putusan akhir yang bersifat condemnatoir Putusan akhir ini bersifat menghukum pihak yang kalah untuk memenuhi suatu prestasi tertemtu. Umumnya hal ini terjadi pada perikatan yang bersumber dari undang-undang atau persetujuan, dan prestasi tersebut terdiri dari : memberi, berbuat, atau tidak berbuat. Pelaksanaannya juga dapat dipaksa, yaitu eksekusi dengan paksa bila perlu dengan bantuan alat-alat negara POLRI dan putusan ini juga mempunyai kekuatan hukum mengikat dan memberi alas hak titel eksekutorial Universitas Sumatera Utara