7 Pelaku Pembangunan dan Dampaknya

Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai, 2009. USU Repository © 2009 4 berkembang – berlanjut

II. 7 Pelaku Pembangunan dan Dampaknya

Menurut Tjuk Kuswartojo dan Suparti Amir Salim 1998 juga bahwa ada tiga pelaku pembangun permukiman yaitu sektor publik, swasta dan masyarakat. Ketiga pelaku tersebut umumnya lebih banyak ditelaah dalam kaitannya mambangun yang baru, atau dalam pembahasan perumahan sebagai bagian dari industri konstruksi. Sementara dalam pemeliharaan lingkungan permukiman, di sini tampaknya sektor masyarakat dianggap sebagai sektor yang paling bertanggung jawab terhadap kegiatan tersebut. Ketiga pelaku juga mempunyai potensi dan kendala – kendala sendiri, sesuai dengan karakter kegiatannya. Namun demikian sektor publik dan swasta mempunyai kemiripan dalam menjalankan kerjanya, sehingga umumnya dilihat sebagai berada dalam kategori yang sama, yaitu sebagai sektor formal. Bedanya, pembangun perumahan sektor publik, seperti misalnya Perum Perumnas mempunyai misi untuk membangun rumah bagi masyarakat berpendapatan rendah. Gejala yang tampak menonjol di Indonesia akhir-akhir ini adalah kecenderungan masuknya pemilik modal ke bisnis properti, tanpa dilandasi pengetahuan profesional yang memadai. Pelaku ini cenderung bertindak sebagai produsen komoditi biasa, dan kurang mengindahkan berbagai dampak dari tindakannya. Kombinasi pelaku swasta yang seperti itu dengan institusi publik di Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai, 2009. USU Repository © 2009 tingkat daerah yang masih lemah, menyebabkan arah pembangunan permukiman bergerak tak sejalan dengan cita – cita berwawasan lingkungan. Permukiman bukan saja membutuhkan perumahan baru bagi pertumbuhan penduduk, permukiman yang ada pun kekurangan pelayanan baik secara kuantitas maupun kualitas. Sementara kemempuan membangunnya terbatas, bahkan untuk menutup kekurangan pelayanan yang ada pun masih jauh dari memadai.Yang dibutuhkan bukan hanya tempat tinggal yang sehat, melainkan juga tempat kerja yang sehat, serta jaringan yang menghubungkannya dan memudahkan mobilitas. Oleh karena itu tidaklah tepat dengan menyempitkannya sebagai masalah industri konstruksi saja, sehingga seakan-akan masalahnya dapat dipecahkan dengan bagi tugas diantara pelaku untuk membangun lindungan dan jejaring. Selain institusi masyarakat, institusi sektor publik di tingkat daerah juga masih merupakan titik lemah. Padahal dalam pembangunan permukima yang berwawasan lingkungan, pemerintah daerah setempat memegang peran sangat penting dan menentukan, karena memegang kendali perizinan dan peraturan bangunan, pengawasan dan pemantauan pembangunan serta pemeliharaan lingkungan. Mengabaikan peningkatan institusi setempat, baik masyarakat maupun pemerintahannya, tampaknya akan membahayakan keberlanjutan pembangunan. Kemampuan membangun swasta yang besar dengan motivasi laba, berkombinasi dengan lemahnya pengawasan dan pemantauan pembangunan, lemahnya kemampuan memelihara dari sektor publik dan masyarakat akan berpengaruh negatif terhadap pencapaian cita – cita berwawasan lingkungan. Di Indonesia sendiri, kemampuan pemerintah terutama pemerintah setempat yang bertanggung jawab terhadap pemeliharaan lingkungan sangatlah terbatas. Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai, 2009. USU Repository © 2009 Terlambatnya penyerahan fasilitas sosial dan umum dari pengembang ke pemerintah daerah, bukanlah semata – mata kesalahan pengembang melainkan juga karena pemerintah daerah yang bersangkutan tidak mempunyai kemampuan untuk memeliharanya. Akan tetapi untuk perumahan kalangan atas, kini berkembang pemelihara lingkungan swasta atau estate manajer. Membangun institusi masyarakat dan pemerintah daerah tampaknya akan menjadi kunci terbukanya jalan menuju permukiman yang berwawasan lingkungan. Pembangunan ini syarat dengan keterkaitan tindakan dan semua pelaku harus mempunyai etika membangun yang sehat. Untuk menegakkan etika tersebut penting adanya asosiasi profesi yang kuat di bidang perencanaan dan perancangan misalnya sehingga ada sanksi profesional kepada pelaku – pelaku yang menyimpang dari cita – cita berwawasan lingkungan. Lembaga konsumen atau lembaga semacam itu yang mempunyai kemampuan untuk melindungi kepentingan konsumen terhadap pelaku pengembang yang bermotivasi laba semata – mata, juga diperlukan mengingat masih terbatasnya informasi yang dipunyai oleh sebagian besar masyarakat kita tentang permukiman dan perumahan yang layak huni dan lingkungan. Weslizar Samosir : Perkembangan Perumahan Di Sebelah Barat Dan Timur Kota Medan Studi Kasus : Kec. Medan Sunggal dan Kec. Medan Denai, 2009. USU Repository © 2009

BAB III DESKRIPSI WILAYAH STUDI

III.1. Gambaran Umum Kota Medan Kota Medan merupakan salah satu dari 25 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara, yang merupakan juga ibukota dari propinsi Sumatera Utara dan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara.. Kota Medan memiliki luas daerah sekitar 265,10 km 2 atau 26.510 Ha, dengan jumlah penduduk 2.036.185 jiwa. Kota Medan terletak antara 2º 27’ dan 2º 47’ lintang utara, serta 98º 35’ dan 98º 44’ bujur timur dengan batas-batas sebagai berikut : • Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang • Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang • Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang • Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang III.1.1. Topografi Topografi Kota Medan bervariasi antara 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu sungai Babura dan sungai Deli. Kota Medan memiliki temperature rata-rata 27º C. Secara umum dipengaruhi oleh udara pegunungan dan angin laut. Kelembaban udara di wilayah kota Medan rata-rata 83 . Dan kecepatan angin rata-rata 0,45 msec sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 111,26 mm. Berdasarkan data BPS Kota Medan dalam angka tahun 2006 hari hujan