B. Identifikasi Masalah
Penelitian ini dilakukan di MAN 4 Jakarta dengan identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Masih terdapat siswa-siswi yang menganggap kegiatan ekstrakurikuler
hanya kegiatan selingan saja dan tidak perlu mengikutinya secara
serius
2. Masih kurangnya kesadaran pihak madrasah dalam melayani
kebutuhan siswanya untuk kegiatan ekstrakurikuler
3. Kurangnya kemauan siswa untuk berpikir luas dan mencoba hal-hal
yang baru
4. Dorongan dan motivasi yang kurang dari berbagai pihak serta adanya
batasan yang menghambat siswa untuk berkreativitas, seperti ruang dan waktu yang kurang memadai serta masih terdapat hambatan
dalam pengelolaan program ekstrakurikuler, terutama dari segi sarana
dan prasarana serta terbatasnya dana untuk kegiatan ekstrakurikuler.
C. Pembatasan Masalah
Sebelum penulis menguraikan permasalahan lebih lanjut, maka penulis akan memberikan pembatasan masalah. Pembatasan masalah yang akan
diteliti disini yaitu upaya mengembangkan kreativitas melalui kegiatan ekstrakurikuler yang diminati siswa di MAN 4 Jakarta yaitu Tari Saman,
ECC dan PASKIBRA.
D.
Perumusan Masalah
Perumusan masalah yang akan penulis bahas adalah:
1. Bagaimanakah upaya MAN 4 Model Jakarta dalam mengembangkan
kreativitas siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler? 2.
Apa faktor pendukung dan penghambat kegiatan ekstrakurikuler di MAN 4 Model Jakarta?
3. Apa saja keberhasilan yang diraih MAN 4 Jakarta dalam
mengembangkan kreativitas
siswanya melalui
kegiatan ekstrakurikuler?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mempunyai tujuan, yaitu:
1. Untuk mengetahui upaya MAN 4 Model Jakarta dalam membantu siswanya mewujudkan kemampuan potensi dan mengembangkan
kreativitasnya melalui kegiatan ekstrakurikuler 2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat kegiatan
ekstrakurikuler di MAN 4 Model Jakarta 3. Untuk mengetahui keberhasilan yang diraih MAN 4 Jakarta dalam
mengembangkan kreativitas
siswanya melalui
kegiatan ekstrakurikuler
Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi siswa, guru, maupun sekolah. 1.
Bagi siswa Siswa dapat mengembangkan kreativitas dan kemampuannya melalui
kegiatan ekstrakurikuler agar menjadi seorang yang berguna untuk dirinya dan masyarakat
2. Bagi guru dan pembina ekstrakurikuler
Agar lebih memperhatikan dan membimbing siswa agar siswa mampu mengembangkan dirinya menjadi seorang yang berguna bagi dirinya
dan masyarakat 3.
Bagi madrasah Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk mencapai hasil-
hasil yang optimal dengan mengembangkan pengelolaan dan pengorganisasian program pengembangan diri siswa khususnya melalui
program eksktrakurikuler yang diarahkan untuk melayani seluruh siswa agar dapat mengembangkan dirinya untuk berkreativitas secara optimal
sesuai bakat, minat dan kebutuhannya.
6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Upaya Madrasah
a. Pengertian Upaya Madrasah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “upaya” berarti: usaha; ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari
jalan keluar, dsb.
1
Sebelum penulis memaparkan tentang pengertian madrasah, terlebih dahulu penulis menjelaskan seputar kemunculan madrasah.
Madrasah adalah salah satu bentuk kelembagaan pendidikan Islam yang memiliki sejarah sangat pannjang. Pendidikan itu sendiri dalam
pengertian umum dapat dikatakan muncul atau berkembang seiring dengan kemunculan Islam itu sendiri, yakni berawal dari pendidikan
yang bersifat informal berupa dakwah islamiyah untuk menyebarkan Islam. Seiring dengan perkembangan Islam dan terbentuknya
masyarakat Islam, pendidikan Islam diselenggarakan di masjid-masjid yang dikenal dalam bentuk halaqah. Kebangkitan madrasah merupakan
awal dari bentuk pelembagaan pendidikan Islam secara formal.
2
Madrasah merupakan isim makan dari fi’il madhi “darasa”, yang
mengandung arti tempat atau wahana untuk mengenyam proses pembelajaran.
3
Menurut Abd. Hamid Al-Hasyim sebagaimana dikutip oleh
Andewi
Suhartini dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam, “istilah madrasah tidak hanya diartikan sekolah dalam arti sempit, tetapi juga dapat
1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, h. 1250.
2
Maksum, Madrasah; Sejarah Perkembangannya, Jakarta, PT. Logos Wacana Ilmu, 1999, h. 1.
3
Andewi Suhartini, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia, 2009, h. 117.
dimaknai rumah, istana, kuttab, perpustakaan, surau, masjid dan lain- lain. Bahkan, seorang ibu dapat dikatakan sebagai madrasah pemula”.
4
Mengenai sejarah dan perkembangan madrasah, Prof. Malik Fajar sebagaimana dikutip oleh Abdul Rachman Shaleh dalam bukunya
Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, “Madrasah adalah madrasah, artinya, lembaga madrasah tidak
dapat digantikan dengan lembaga-lembaga lainnya, karena madrasah mempunyai visi, misi dan karakteristik yang sangat
spesifik di dalam masyarakat maupun kelembagaannya, baik dilihat dari segi kebudayaan, sosial politik maupun ekonomi”.
5
Selanjutnya menurut Hasan Abd al- ‘Al, “madrasah sebagai era
baru dari tahapan perkembangan institusi pendidikan Islam”.
6
Jadi, dapat disimpulkan bahwa madrasah adalah lembaga pendidikan yang bercirikan Islam untuk mengenyam pendidikan yang
mana akan mengalami perkembangan sesuai dengan kebutuhan dan perubahan masyarakat.
b. Karakteristik Pendidikan di Madrasah
Wirjosukarto membagi pendidikan pada abad 20 M menjadi corak lama yang berpusat di pondok pesantren madrasah dan corak baru
yang lahir dan berkembang dari sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah Belanda sekolah. Wirjosukarto secara spesifik merinci
ciri-ciri dari masing-masing corak pendidikan tersebut. Menurutnya, ciri yang dimiliki oleh madrasah pada periode awal corak lama dapat
dipaparkan sebagai berikut: 1
Berorientasi menyiapkan calon kyai atau ulama yang hanya menguasai masalah agama semata.
2 Kurang memberikan pengetahuan untuk menghadapi perjuangan
hidup sehari-hari.
4
Ibid., h. 117.
5
Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2004, cet. 1, h. 67.
6
Maksum, Madrasah; Sejarah Perkembangannya, Jakarta, PT LOGOS WACANA ILMU, 1999, cet. 1, h. 53.