Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Kreativitas

b Berani mencoba hal baru Untuk menumbuhkan kreativitas siswa, mereka perlu dihadapkan pada berbagai kegiatan baru yang bervariasi. Kegiatan baru ini akan memperkaya ide dan wawasan siswa tentang segala sesuatu. c Memberikan contoh Diakui atau tidak seorang guru tetap merupakan figur dan teladan bagi siswa-siswanya. Demikian juga dalam pengajaran kreativitas. Seorang guru yang tidak kreatif, tidak mungkin dapat melatih siswanya untuk menjadi kreatif. d Menyadari keragaman karakteristik siswa Setiap anak adalah unik dan khas, masing-masing berbeda satu sama lain. Pemahaman dan kesadaran ini akan membantu guru menerima keragaman perilaku dan karya mereka dan tidak memaksakan kehendak. e Memberikan kesempatan pada siswa untuk berekspresi dan bereksplorasi Untuk mengembangkan kreativitas, guru sebaiknya memberikan kesempatan pada anak untuk berekspresi dan mengeksplorasi kegiatan yang mereka inginkan. Dengan demikian guru harus menyiapkan berbagai pendekatan, metode dan media pembelajaran yang akan membuat siswa bebas mengeksplorasi dan mengekspresikan dirinya. f Positive thingking Siswa yang aktif, tidak bisa diam, punya cara dan kehendak sendiri dalam mengerjakan tugas, tidak bisa langsung diberi cap sebagai siswa nakal, guru harus memprioritaskan positive thingkingnya, ketimbang asumsi negatifnya. Dengan melakukan positive thingking guru akan mereduksi hambatan yang tidak perlu dan menghindari masalah baru yang mungkin timbul. Maker membagi karakteristik guru siswa berbakat menjadi tiga kelompok: filosofis, profesional, dan pribadi. 1 Karakteristik filosofis: karakteristik yang penting karena cara guru memandang pendidikan mempunyai dampak terhadap pendekatan mereka terhadap mengajar. Jika guru memandang keberbakatan sebagai meliputi potensi intelektual yang tinggi, pengikatan diri terhadap tugas, kreativitas, dan prestasi yang tinggi, mereka akan menggunakan pendekatan terhadap siswa berbakat dari segi kekuatannya dan cenderung untuk berpusat terhadap bahan mata ajaran 2 Karakteristik profesional: dapat dikembangkan melalui pelatihan dalam jabatan seperti kemampuan untuk mempergunakan keterampilan dinamika kelompok, teknik dan strategi yang maju dalam mata ajaran tertentu, memberi pelatihan penyelidikan, dan memahami ilmu komputer 3 Karakteristik pribadi: Karakteristik pribadi guru meliputi motivasi, kepercayaan diri, rasa humor, kesabaran, minat luas, dan keluwesan fleksibilitas. 34 4 Peran orang tua Semua orang dewasa dapat menjadi model bagi anak: guru, anggota keluarga, teman orangtua, atau kakek-nenek. Tetapi model yang paling penting adalah orangtua yang kreatif yang memusatkan perhatian terhadap bidang minatnya, yang menunjukkan keahlian dan disiplin diri dalam bekerja, semangat dan motivasi internal. Beberapa sikap orangtua yang memupuk kreativitas anak adalah: 34 Munandar, op. cit., h. 145-147. a Menikmati keberadaannya bersama anak b Menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan anak c Memberi pujian yang sungguh-sungguh kepada anak 35 d Menghargai pendapat anak dan mendorong untuk mengungkapkan serta menunjang kegiatan anak. e Memberi waktu kepada anak untuk berpikir, merenung dan berkhayal f Meyakinkan anak bahwa orang tua menghargai apa yang ingin dicoba, dilakukan, dan apa yang dihasilkan. 36 5 Motivasi intrinsik dan ekstrinsik a Motivasi intrinsik, adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Siswa yang memiliki motivasi instrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan, kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan b Motivasi ekstrinsik, adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. 37 Menurut Rogers sebagaimana dikutip dari buku Munandar menciptakan kondisi keamanan dan kebebasan psikologislah yang memungkinkan timbulnya kreativitas yang konstruktif. 1 Keamanan Psikologis: a Menerima individu sebagaimana adanya dengan segala kelebihan dan keterbatasannya b Mengusahakan suasana yang di dalamnya evaluasi eksternal tidak ada atau sekurang- kurangnya tidak bersifat atau mempunyai efek 35 Ibid., h. 135-137. 36 Yeni Rahmawati Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak, Jakarta: Kencana, 2010, h. 27-33. 37 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, Cet. 19, h. 89-91. mengancam c memberikan pengertian secara empatis dapat ikut menghayati. 2 Kebebasan Psikologi: Orang tua atau guru mengizinkan atau memberi kesempatan kepada siswa untuk bebas mengekspresikan secara simbolis pikiran atau perasaannya sesuai dengan apa yang ada dalam dirinya. 38

3. Lingkup Pengembangan Kreativitas Siswa Melalui Kegiatan

Ekstrakurikuler Pada dasarnya penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler dalam dunia persekolahan ditujukan untuk menggali dan memotivasi siswa dalam bidang tertentu. Karena itu, aktivitas ekstrakurikuler itu harus disesuaikan dengan hobi serta kondisi siswa sehingga melalui kegiatan tersebut, siswa dapat memperjelas identitas dirinya. 39 Sekolah diberi kewenangan untuk melakukan perencanaan sesuai dengan kebutuhannya. 40 Misalnya, kebutuhan untuk mengembangkan kreativitas siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler. Dalam dunia proses pendidikan dikenal ada beberapa kegiatan yang cukup elementer selain kegiatan ekstrakurikuler, yaitu kegiatan kurikuler dan kokurikuler. a. Kegiatan Kurikuler Kegiatan kurikuler adalah kegiatan pokok pendidikan yang di dalamnya terjadi proses belajar mengajar antara siswa dan guru untuk mendalami materi-materi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tujuan pendidikan dan kemampuan yang hendak diperoleh peserta didik. 41 Setiap teori belajar menjelaskan aspek-aspek tertentu dalam belajar, dan setiap teori yang dijadikan dasar akan mewarnai proses pembelajaran yang berlangsung. 38 Munandar, op. cit., h. 57-58. 39 Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah Dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insani Press, 1996, h. 187. 40 Rohiat, Manajemen Sekolah, Bandung: PT.Refika Aditama, 2010, cet. 1, h. 65. 41 Mulyono, Manajemen Administrasi Organisasi Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010, h. 186. Teori-teori belajar dibangun secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam dua macam aliran, yaitu: 1 Disiplin mental atau psikologi daya, yang memandang bahwa otak manusia terdiri atas sejumlah daya yang beraneka ragam. 2 Behaviorisme atau psikologi tingkah laku, yang menganggap bahwa tingkah laku manusia merupakan kumpulan respon terhadap rangsangan. Kajian tentang belajar berdasarkan psikologi daya banyak menekankan pada pembentukan daya mental tertentu. Oleh karena itu, bisa dipahami bila dalam menerapkan teori belajar menurut psikologi daya ini adalah kesulitan untuk menentukan jenis bahan pelajaran apa yang terbaik untuk melatih, membentuk atau mengembangkan otak. Proses belajar yang paling menonjol dalam penerapan teori daya adalah dengan melalui praktik dan latihan diantaranya memecahkan soal, menghafal, dan mengarang. Berbeda dengan kajian psikologi daya, aliran behaviorisme memandang bahwa perilaku manusia merupakan respon terhadap stimulus rangsangan. Cabang dari aliran ini adalah asosiasi atau koneksionisme dan gestalt. Menurut teori asosiasi atau koneksionisme, belajar dalam hal ini adalah membentuk sejumlah ikatan stimulus-respon pada diri individu. Teori ini juga menganggap bahwa perilaku tertentu dapat dibentuk melalui pembiasaan. Maksudnya bahwa latihan yang berulang-ulang dapat menghasilkan suatu perilaku stimulus itu dalam keadaan biasa mempunyai ikatan dengan respon yang dilatihkan atau dibiasakan. Menurut teori gestalt memandang bahwa proses kognitif yang berupa insight pemahamanwawasan merupakan ciri asasi dari respon manusia yang diberikan daam menanggapi lingkungan betatapun sederhananya. Dapat dikatakan bahwa insight merupakan semacam reorganisasi pengalaman yang terjadi secara tiba-tiba, seperti ketika seseorang menemukan suatu ide baru atau memecahkan suatu masalah. 42 Terkait dengan strategi pembelajaran siswa, peran guru sebagai fasilitator diharuskan membantu siswanya dalam belajar, bukan hanya sekedar menyampaikan materi tanpa mengetahui apakah materi tersebut sudah bisa dipahami oleh siswa atau belum. Guru harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai jenis-jenis belajar multimetode dan multimedia dan suasana belajar yang kondusif, baik internal maupun eksternal. Untuk itu, guru dituntut untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa melalui model PAIKEM, yaitu partisipatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan yang pada akhirnya siswa dapat menciptakan sebuah karya, gagasan, pendapat, ide atas hasil penemuannya dan usahanya sendiri, bukan dari gurunya. 43 Guru tidaklah dipahami sebagai satu-satunya sumber belajar, ia pun harus mampu merencana dan mencipta sumber-sumber belajar lainnya sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif. Sumber-sumber belajar selain guru inilah yang disebut sebagai penyalur atau penghubung pesan ajar yang diadakan atau diciptakan secara terencana oleh para guru atau pendidik, yang biasa dikenal sebagai “media pembelajaran”. Media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif. 44 b. Kegiatan Kokurikuler Kegiatan kokurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran biasa yang bertujuan agar siswa lebih memperdalam dan lebih 42 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, Jakarta: Gaung Persada Press, 2010, h. 21-24. 43 Rusman, Manajemen Kurikulum, Jakarta: Rajawali Press, 2009, h. 307. 44 Ibid., h. 5-8. menghayati apa yang dipelajari dalam kegiatan intra kurikuler. Kegiatan ini dilaksanakan dalam berbagai bentuk seperti mempelajari buku-buku tertentu, melakukan penelitian, membuat karangan, dan kegiatan-kegiatan yang sejenis dengan tujuan untuk lebih menghayatimemperdalam apa yang telah dipelajari. Hasil kegiatan ini ikut menentukan dalam pemberian nilai bagi para siswa. Dari setiap aspek kegiatan, siswa diharapkan berkembang menjadi lebih baik, terutama dalam perkembangan motorik, perkembangan kognitif dan perkembangan sosial dan moral, selain itu perlu adanya motivasi instrinsik maupun ekstrinsik yang mempengaruhi perkembangan siswa dalam kegiatannya. Setelah itu, siswa diharapkan dapat menunjukkan peningkatan prestasi maupun perilaku positif, seperti: kedisiplinan, kerajinan, kerja sama, tanggung jawab, prestasi hasil belajar dan kematangan diri. Target pengembangan kreativitas siswa meliputi tumbuh kembang siswa, motivasi instrinsik dan ekstrinsik serta gagasanproduk yang dihasilkan: 1. Tumbuh kembang siswa Tumbuh kembang dapat diartikan meningkat dan meluasnya kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, kematangan atau kedewasaan dan pembelajaran. Proses-proses perkembangan meliputi: a. Perkembangan motor motor development, yakni proses perkembangan yang progresif dan berhubungan dengan perolehan aneka ragam keterampilan fisik siswa motor skill b. Perkembangan kognitif cognitive development, yakni perkembangan fungsi intelektual atau proses perkembangan kemampuan kecerdasan otak siswa

Dokumen yang terkait

Motivasi berprestasi dikalangan siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) V Cilincing Jakarta Utara

0 12 36

UPAYA MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI KEGIATAN FINGER PAINTING PADA ANAK Upaya Mengembangkan Kreativitas Anak Melalui Kegiatan Finger Painting Pada Anak Kelompok B Di TK Aisyiyah 1 Sragen Tahun Ajaran 2013/2014.

0 2 14

UPAYA MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MELALUI KEGIATAN MENGGAMBAR BEBAS PADA ANAK KELOMPOK B Upaya Mengembangkan Kreativitas Melalui Kegiatan Menggambar Bebas Pada Anak Kelompok B Semester Gasal Di Tk Indriyasana Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen Tahun

0 1 14

UPAYA MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MELALUI KEGIATAN MENGGAMBAR BEBAS PADA ANAK KELOMPOK B Upaya Mengembangkan Kreativitas Melalui Kegiatan Menggambar Bebas Pada Anak Kelompok B Semester Gasal Di Tk Indriyasana Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen Tahun

0 1 11

UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KREATIVITAS MELALUI KEGIATAN PENCAMPURAN WARNA PADA ANAK Upaya Mengembangkan Kemampuan Kreativitas Melalui Kegiatan Pencampuran Warna Pada Anak Kelompok B TK Aisyiyah Gondang Tahun Ajaran 2013/2014.

0 1 16

UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KREATIVITAS MELALUI KEGIATAN PENCAMPURAN WARNA PADA ANAK Upaya Mengembangkan Kemampuan Kreativitas Melalui Kegiatan Pencampuran Warna Pada Anak Kelompok B TK Aisyiyah Gondang Tahun Ajaran 2013/2014.

0 2 18

UPAYA MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGGAMBAR BEBAS Upaya mengembangkan kreativitas anak melalui kegiatan menggambar bebas pada anak kelompok A di TK MTA Jirapan, Masaran, Sragen.

0 1 14

UPAYA MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGGAMBAR BEBAS Upaya mengembangkan kreativitas anak melalui kegiatan menggambar bebas pada anak kelompok A di TK MTA Jirapan, Masaran, Sragen.

0 1 11

UPAYA MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERMAINAN BALOK DI TK PERTIWI 4 BEDORO KABUPATEN SRAGEN.

0 0 9

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS SISWA MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN DIRI DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI 1 PONOROGO

0 2 114