Hambatan Eksternal Hambatan Gerakan Sosial HIPPMA

4.5.4.2 Hambatan Eksternal

1.Pihak PTPN II Pihak PTPN II menjadi salah satu penghambat gerakan organisasi HIPPMA karena sering melakukan intimidasi bagi para pensiunan perkebunan untuk mengosongkan rumah. Surat-surat pernyataan untuk mengosongkan rumah menjadikan para pensiunan menjadi merasa takut dan bingung untuk melakukan apa padahal mereka tidak punya biaya untuk keluar dan menempati rumah yang lain diluar dari tanah negara yang sudah diserahkan bagi para pensiunan. 2. Pihak ketiga. Pihak ketiga merupakan ancaman kedua bagi para pensiuan perkebukan karena pihak ketiga memberikan pengaruh buruk bagi keanggotaan organisasi HIPPMA. Pihak ketiga tersebut dapat berupa mafia, pengembang dan orang-rang yang memiliki kepentingan untuk dipilih sebagai kepala daerah. Para mafia datang kepada para pensiunan dengan cara berjanji untuk membuat surat tanah para pensiunan sampai selesai dengan biaya tertentu tetapi kenyataannya terjadi penipuan dan mafia tersebut melarikan diri. Begitu pula dengan pihak pengembang yang berjanji mengasih uang 175 juta rumah tetapi para pensiunan tidak tertarik karena berdasarkan penghitungan, 175 juta itu tidak cukup untuk membeli tanah dan membangun rumah dan juga belum pasti kapan uang tersebut akan diberikan. Selain para mafia dan pihak pengembang, ada pula masyarakat yang sedang mencalonkan diri sebagai kepala desa. Untuk merekrut masyarakat dan mendapatkan perhatian, orang yang mencalonkan diri tersebut berjanji bila terpilih akan diberikan tanah 31,6 Ha sehingga anggota HIPPMA mulai goyah untuk mau keluar dari kenggotaan dan memilih untuk ikut dengan calon tersebut. Setelah itu muncullah penggarap tanah yang mengincar tanah para pensiunan dan tanpa izin para pensiunan, penggarap tanah ini mulai menimbun tanah dan meningkatkan amarah para pensiunan perkebunan. “ ... di depan rumah saya itu kan ada tanah perjuangan kita. Kemudian ada orang yang ngemob saya katanya nanti saya usir kemudian saya tantang apa dasarnya tolong ketuamu datang kerumah saya. Saya ingin tahu ketuamu sampai mana punya punya dasarnya kalau ini tana kalian. Terus saya jawab kalau mau tahu kau baca surat-surat saya sebagai anggota ada dasarnya lalu saya tunjukkan surat-surat HIPPMA. Dia bersikeras bahwa itu adalah haknya karena sudah dia timbun terus ku jawab siapa suruh nimbun kan kau sendiri, coba kasih tunjuk mana suratnya tapi dia ga punya suratnya tapi mengaku sudah membeli tanah itu. Saya terus jelaskan ini tanah orang kebun, ini hak saya. Terus saya tantang dia untuk membuktikan kebenarannya tetapi dia jadi ga berani lagi datang.” Sipon, anggota ranting Kelumpang 3. Omongan orang lain Para pensiunan perkebunan PTPN II ada yang masuk dalam kenaggotaan HIPPMA dan ada pula yang tidak masuk dalam keanggotaan. Mereka yang tidak masuk dalam keanggotaan organisasi HIPPMA menjadi salah satu hambatan yang mempengaruhi anggota organisasi HIPPMA. Omongan orang lain sebagai bentuk untuk menjelekkan organisasi HIPPMA misalnya untuk apa masuk dalam keanggotaan HIPPMA nanti lama prosesnya padahal kenyataannya orang-orang yang menjelekkan nama HIPPMA tersebut pun tidak mampu untuk memperjuangkan dirinya sendiri. Selain dengan menjelekkan organisasi HIPPMA, ada pula yang mengatakan bahwa tidak perlu memperjuangkan hak-hak mereka karena nanti pasti akan diberikan tinggal tunggu waktunya saja. Perkataan seperti itu membuat anggota menjadi merasa tidak nyaman. 4. Ancaman mutasi Organisasi HIPPMA tidak hanya beranggotakan para pensiunan tetapi para pekerja yang masih aktif di PTPN II juga menjadi anggota. Bagi para pekerja aktif yang masuk dalam keanggotaan HIPPMA diancam akan dimutasi bila ketahuan oleh pihak PTPN II. Sehingga yang masih aktif bekerja tidak bisa ikut melakukan gerakan tetapi memberikan dukungan dibalik layar. Tetapi setelah mereka masuk dalam MBT Masa Bebas Tugas barulah mereka dapat aktif dalam gerakan karena sudah tidak ada ikatan kerja di PTPN II. 5. Organisasi lain Di Indonesia kebebasan berserikat merupakan hak setiap masyarakat karena negara kita menganut sistem demokrasi sehingga setiap masyarakat berhak atas menyampaikan aspirasinya dan untuk mendirikan kelompok- kelompok sosial seperti organisasi. Organisasi yang terbentuk ternyata tidak semuanya untuk memperjuangkan kepentingan bersama. Ada pula yang mendirikan organisasi untuk kepentingan pribadi dan untuk mencari nama baik. Setiap orang yang masuk dalam organisasi tidaklah dengan paksaan tetapi karena adanya kesadaran dan rasa membutuhkan sehingga ia memilih untuk masuk dalam organisasi. Organisasi HIPPMA merupakan salah satu organisasi yang besar karena memiliki anggota sebanyak 6.070 kepala keluarga. Selain susunan kepengurusannya yang baik, SDM yang dimiliki oleh organisasi HIPPMA mendukung kuatnya keberjuangan organisasi. Organisasi HIPPMA yang besar sering mendapatkan masalah dalam hal perekrutan organisasi karena timbulnya organisasi-organisasi lainnya yang ingin mengacaukan organisasi HIPPMA demi kepentingan pribadi. Perekrutan organiasi lain menawarkan harapan yang lebih dalam mencapai apa yang telah diimpikan oleh para pensiunan perkebunan terutama tentang tanah dan kepemilikan rumah. Organisasi-organisasi lain yang masuk dan berusaha mencuri perhatian para pensiunan adalah P3RI Persatuan Purnakarya Pensiunan Republik Indonesia dan organisasi Grand Sultan yang merupakan organisasi berasal dari dalam PTPN II sendiri dan itu mengancam para pensiunan yang tergabung dalam organisasi HIPPMA.

4.5.5 Hasil Gerakan Organisasi HIPPMA