kesamaan dalam hal apapun yang ada sebelum kekeliruan berlangsung. Syafruddin:2005
4.4 Profil Informan
Profil informan dalam penelitian ini terdiri dari informan yang aktif terlibat dalam setiap proses gerakan sosial HIPPMA. Para informan memiliki
pengetahuan dan wawasan dalam memberikan informasi dan penjelasan tentang gerakan sosial HIPPMA Himpunan Pensiunan Perkebunan Maju Bersama
dalam memperjuangkan hak – hak pensiunan buruh PTPN II. 1.
Nama : Ir. Parlin Manihuruk
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 55 tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Wiraswasta
Jumlah Anak : 5 orang
Pak Parlin merupakan dewan penasehat HIPPMA yang merupakan bagian dari salah satu tokoh aktivis yang mendirikan dan menggagas perkembangan
HIPPMA. Pak Parlin sudah memulai kariernya sebagai seorang aktivis ketika ia sedang berada dijenjang perkuliahaan sampai sekarang. Awal karier pak Parlin
dimulai ketika terjadi konflik besar-besaran pada saat rezim orde baru dimana kondisi bangsa sedang kacau dan pak Parlin bersama aktivis lainnya mendirikan
suatu Lembaga Swadaya Masyarakat LSM yang kemudian pada masa reformasi bersama teman-teman seperjuangannya menggagas lahirnya AGRESU
Aliansi Gerakan Rakyat Sumatera Utara sebagai wadah untuk memperkuat
gerakan bersama di Sumatera Utara yang kemudian melahirkan berbagai macam kelompok buruh untuk meminimalkan konflik pada masa rezim orde baru tersebut
yang salah satunya adalah HIPPMA. Menjadi seorang tokoh aktivis bukanlah pekerjaan utamanya akan tetapi
pak Parlin tetap menyempatkan waktunya untuk memberikan arahan maupun gagasan dan ide-ide saat anggota HIPPMA yang lainnya sedang mengadakan
pertemuan dan diskusi. Menjadi salah satu tokoh yang penting dalam perjuangan HIPPMA membuat pak Parlin tidak melepaskan tanggung jawabnya.
“ Saya merasa tetap optimis dalam setiap perjuangan organisasi HIPPMA ini bahwa mereka pasti mendapatkan apa yang menjadi hak dan
tujuan bersama. 15 tahun merupakan perjuangan yang panjang dengan banyak masalah didalamnya tetapi anggota HIPPMA ini merasa
perjuangannya tidak akan pernah selesai dan akan terus berlanjut walaupun terkadang paraanggota sudah mengalami kejenuhan dan itu
bisa dimaklumi.” wawancara 13 Juni 2015 Pak Parlin memberikan pernyataan dengan tegas dan meyakinkan diri-
sendiri bahwa organisasi HIPPMA akan tetap eksis dan berjuang sampai tercapainya hak- hak yang di cita-citakan bersama. Ia juga menjelaskan perannya
di organisasi HIPPMA akan tetap berlangsung walaupun sudah sampai pada usia 15 tahun perjuangan, Pak Parlin tidak merasa pesimis untuk berjuang berasma-
sama dengan para pensiunan melihat sudah banyak upaya yang dilakukan oleh organisasi HIPPMA yang memberikan hasil positif.
2. Nama
: Sri Rahayu Jenis Kelamin
: Perempuan Usia
: 58 tahun Pendidikan
: SMP Pekerjaan
: Aktivis Jumlah Anak
: 2 orang Ibu Sri Rahayu yang sering dipanggil dengan Bunda Sri merupakan Ketua
HIPPMA pusat Sumatera Utara. Ibu Sri yang memilii jiwa Nasionalisme tinggi memulai kariernya sebagai aktivis lingkungan. Sepanjang menjadi aktivis
lingkungan, Ibu Sri memiliki kinerja yang baik sehingga diminta pula oleh Lembaga Agresu Aliansi Gerakan Rakyat Sumatera Utara untuk mengurusi
masalah para pensiunan para buruh PTPN II dimana persoalan tidak bisa diselesaikan sendiri oleh para pensiunan. Tertarik dengan permasalahan para
pensunan para buruh membuat Ibu Sri bersemangat untuk ikut serta dan ambil alih dalam setiap perjuangan. Ibu Sri merasa ia perlu untuk membantu
memperjuangkan nasib para buruh pensiunan dikarenakan para buruh pensiunan semakin tertindas. Ibu Sri dan anggota Agresu mulai merekrut anggota para
pensiunan pada tahun 1995. Ibu Sri yang menyelesaikan pendidikannya sampai SMP ini tidak merasa
takut dan gentar. Ia memiliki jiwa kepemimpinan dan tidak pernah menyerah dalam setiap perjuangannya. Ibu Sri selalu merangkul dan mendorong para
anggotanya untuk memiliki semangat seperti dirinya dan supaya para pensiunan tidak takut lagi untuk melawan penindasan yang terjadi. Ibu Sri bersama
suaminya Pak Tino memulai perjuangan dengan mendatangi satu persatu warga
buruh pensiunan agar mau bersatu dan pelahan-lahan para buruh pensiunan mulai terbuka secara pribadi dan mau untuk sama-sama berjuang.
“... mereka yang mau masuk dalam keanggotaan HIPPMA tidaklah dengan keterpaksaan yang kami buat tetapi diberikan kebebasan seluas-
luasnya untuk mau bergabung atau tidak. Ketika dia berpikir bahwa organisasi HIPPMA ini merupakan wadah yang tepat baginya untuk
bernaung, berlindung dan menyatukan aspirasi maka ia akan masuk keanggotaan HIPPMA tergantung kesadaran masing-masing orangnya.”
wawancara 18 Juni 015 Pernyatan Ibu Sri menegaskan bahwa keanggotaan HIPPMA ada bukan
karena hasil paksaan maupun ancaman tetapi karena adanya kesadaran dari para pensiunan maupun para buruh perkebunan untuk bergabung dalam organisasi
HIPPMA. Mereka masuk karena kesadaran untuk bersatu, memiliki wadah tempet perlindungan dan rasa membutuhkan satu dengan yang lainnya.
Eksistensi HIPPMA ternyata tidak hanya diawalnya saja, akan tetapi sepanjang perjuangan HIPPMA memiliki ancungan jempol dari berbagai pihak
karena kinerjanya yang bagus. Organisasi HIPPMA tetap bertahan dan tidak merasa takut karena mereka menuntut hak-hak sesuai dengan prosedur yang
berlaku. Artinya organisasi HIPPMA berjalan menuruti tata undang-undang yang berlaku, menggunakan pengacara dan memiliki bukti-bukti yang kuat untuk
mendapatkan haknya. Hanya saja adanya pihak-pihak yang mempersulit para buruh pensiunan dalam mendapatkan haknya. Akan tetapi Ibu Sri, para tokoh
aktivis dan para buruh pensiunan akan tetap terus berjuang.
Ibu Sri sebagai ketua pusat tidak memiliki kesulitan dalam anggota yang begitu banyak karena Bu Sri sejak awal telah memandirikan anggota-anggotanya
dengan mendirikan 21 ranting dan setiap ranting memiliki kepengurusan intinya sendiri sehingga setiap pertemuan dapat dilakukan secara bergilir dan setiap
masalah dapat diselesaikan segara tanpa harus mengumpulkan massa terlebih dahulu karena sudah ada yang mengurus, mengatur dan mendampingi para buruh
pensiunan.Ibu Sri berharap semangat para pensiunan tetap ada dan kesolidan tetpa terjaga demi menghindari ancaman- ancaman dari luar HIPPMA sendiri.
3. Nama
: Mahmudin Jenis Kelamin
: Laki-laki Usia
: 61 tahun Pendidikan
: SMA Pekerjaan sebelum pensiun
: Bagian keuangan Jumlah Anak
: 2 orang Pendapatan pensiunan
: Rp.570.620bulan Pak Mahmudin merupakan pensiunan PTPN II yang aktif dalam gerakan
HIPPMA. Ia mulai masuk dalam organisasi HIPPMA sejak tahun 2009. Pak Mahmudin pada periode saat ini menjabat sebagai ketua ranting Kandir Tanjung
Morawa. Sebagai ketua ranting, Pak Mahmudin memiliki banyak pengalaman dalam setiap gerakan yang dilakukan bersama HIPPMA. Pak Mahmudin telah
bekerja selama 26 tahun di PTPN II tetapi ia merasakan hak-haknya belum sepenuhnya terpeuhi selama bekerja di PTPN II. Dengan ketidakpuasan terhadap
hak-hak yang tidak terpenuhi itu akhirnya Pak Mahmudin memutuskan untuk masuk dalam organisasi HIPPMA.
Pada awal berdirinya organisasi HIPPMA yaitu tahun 2000, Pak Mahmudin masih enggan untuk masuk dalam keanggotaan, tetapi pelahan-lahan
mulailah muncul kesadaran untuk masuk dalam organisasi HIPPMA tepatnya pada tanggal 10 Juli 2009 karena Pak Mahmudin melihat organisasi HIPPMA ini
merupakan suatu wadah yang tepat untuk berlindung dan mampu merealisasikan apa yang menjadi tuntutan Pak Mahmudin bagi PTPN II. Pak Mahmudin yang
masuk keanggotaan HIPPMA ketika ia masih aktif bekerja di PTPN II ini melihat bahwa struktur kepengurusan organisasi HIPPMA berjalan dengan baik dengan
keanggotaan yang sah, lingkungan sosial yang memang sama-sama memperjuangkan hak-hak demi kepentingan bersama serta memiliki badan hukum
yang jelas sehingga struktur kepengurusan menjadi terorganisir. Pak Mahmudin kembali menjelaskan tentang cara pemilihan calon
kepengurusan setiap ranting yaitu “pemilihan kepengurusan ga sembarangan. Sebelum dilakukan pemilihan
ya kita semua ngumpul dulu trus dipilihlah siapa saja yang menjabat sebagai kepengurusan inti setiap ranting yaitu berdasarkan kesepakatan
bersama dengan musyawarah dan ketika terpilih setiap bagiannya lalu dilantiklah oleh ketua umum. Setelah itu barulah kami boleh bergerak
sesuai tugas masing-masing dan menjalankan amanah yang sudah dipercayakan anggota bagi kami.” wawancara 19 juni 2015
Pak Mahmudin menegaskan bahwa pemilihan calon kepengurusna organisasi HIPPMA yang terdiri dari 21 ranting tersebut dilakukan secara serius
dengan cara musyawarah mufakat sehingga setiap orang boleh menyatakan aspirasinya untuk memilih siapa yang tetap untuk menjadi calon kepengurusan
organisasi HIPPMA sehingga organisasi HIPPMA lebih baik danmaju lagi. Menurut Pak Mahmudin perjuangan organisasi HIPPMA sudah
mengangkat harkat pensiunan perkebunan yang seakan hak-hak normatif diabaikan oleh pihak PTPN II. Perjuangan tidak akan pernah selesai sampai hak-
hak dapat terealisaikan. Hak – hak pensiunan lambat untuk diproses tetapi ketika pihak ketiga datang untuk menawarkan bisnis maka PTPN II cepat melakukan
prosesnya. Pak Mahmudin melihat adanya mafia – mafia dibalik PTPN II misalnya adanya kepemilikan tanah negara sebanyak 5 Ha yang dimiliki oleh
mantan Dirut PTPN II yang kemudian sekarang ditahan di Polda. Itu semua terdapat mafia- mafia didalamnya yang menggunakan petinggi PTPN II sebagai
alat untuk mengambil tanah negara. Menurut Pak Mahmudin ketidak berpihakan PTPN II terhadap para
pekerja maupun para pensiunan perkebunan dapat dilihat dari kejadian yang menimpa salah seorang pensiunan.
“ketidak berpihakan PTPN II terjadi misalnya di kebon Tanjung Jati ada pensiunan yang terbakar rumahnya trus pihak PTPN II ngasih solusi
untuk dipindahkan kerumah lainnya dan rumah tersebut tidak layak huni. Lalu anggota HIPPMA jadinya gotong royong untuk membangun kembali
rumah ditempat perkara kebakaran dan akhirnya rumah tersebut pun
berdiri lebih bagus dari rumah yang sebelumnya. Direksi PTPN II berusaha untuk melawan dan menakuti kami dengan ancaman tetapi
setiap anggota tetap bertahan dan mampu untuk melawan pihak direksi.”wawancara 19 juni 2015
Pernyataan Pak Mahmudin ini menegaskan kembali bahwa pihak PTPN II tidak memiliki keberpihakan kepada para pekerja maupun pensiunannya.
Orientasi hanya berada pada kepentingan ekonomi saja. Ketika para pensiunan perkebunan tetap bertahan untuk melwan pihak PTPN II maka mereka akan bisa
tetap tinggal dirumah yang sudah lama mereka tempati tersebut. Pak Mahmudin menambahkan bahwa masuk dalam keanggotaan HIPPMA
memiliki keistimewaan lainnya. Bukan hanya memperjuangkan hak-hak para pensiunan saja, organisasi HIPPMA juga memperjuangan hak-hak para ahli waris.
Dimana ahli waris merupakan orang dari anggota keluarga yang mewakili orangtuanya yang telah meninggal untuk meneruskan terwujudnya keinginan
pencapaikan hak-hak yang telah diperjuangkan orangtuanya selama masa hidupnya. Itulah beberapa hal yang menjadi keistimewaan organisasi HIPPMA
sehingga Pak Mahmudin tetap bertahan dalam kepengurusan. Walaupun ia merasa bahwa mencapai terpenuhinya hak-hak berjalan lambat tetapi pasti masih ada
harapan dan tidak akan pernah menyerah.
4. Nama
: Nurhayat Jenis Kelamin
: Laki-laki Usia
: 58 tahun
Pendidikan : YAIN
Pekerjaan sebelum pensiun : Pendidikan agama islam
Jumlah Anak : 5 orang
Pendapatan pensiunan : Rp.481.000bulan
Pak Nurhayat merupakan salah satu anggota aktif di organisasi HIPPMA. Tidak hanya sebagai anggota, Pak Nurhayat terpilih sebagai wakil ketua ranting
daerah Kandir. Pak Nurhayat selalu mengikuti perkembangan gerakan HIPPMA dan menjadi fasilitator antara ranting Kandir dengan ranting lainnya sehingga Pak
Nurhayat juga memiliki peran yang penting untuk meningkatkan HIPPMA menjadi lebih baik. Pak Nurhayat juga merupakan jenjang YAIN yang berprofesi
pada bagian umum dari PTPN II yaitu di pendidikan agama islam. Pak Nurhayat menyatakan bahwa ia telah masuk dalam keanggotan HIPPMA sejak tahun 2007.
Ia menyatakan bahwa masuk HIPPMA merupakan suatu keputusan yang tepat. Ia merasa bahwa ia perlu untuk bernaung dalam suatu wadah organisasi yang benar-
benar memperjuangkan hak-haknya dan juga memperjuangkan kepentingan bersama.
Pak Nurhayat menjelaskan bahwa PTPN II sendiri memiliki organisasi internal akan tetapi organisasi internal tersebut dirasakan kurang karena tidak pro
karyawan dan tidak aktif dalam mengatasi masalah-masalah karyawan yang masih aktif bekerja. Pak Nurhayat mengaku masuk dalam organisasi HIPPMA ketika ia
sedang masih bekerja aktif di PTPN II. Pak Nurhayat menjelaskan secara langsung bahwa
“bagi yang masih aktif pada waktu itu seperti kami ini banyak yang masuk HIPPMA dengan kesadaran masing-masing bukan dengan paksaan dari
berbagai pihak. Kedalam masuk anggota HIPPMA waktu aktif bekerja kena ancam akan mutasi sehingga kami cari solusi yaitu bagi anggota
yang masih aktif bekerja tidak boleh dulu ikut melakukan gerakan atau istilahnya kita berperan dibalik layar. Tapi waktu masuk masa MBT
Masa Bebas Tugas nah disitulah kami baru aktif dalam setiap gerakan yang dilakukan HIPPMA. Kami lampiaskan segala kekecewaan dengan
bersemangat melakukan gerakan.” wawancara 19 juni 2015 Pak Nurhayat menjelaskan bahwa masuk dalam organisasi yang diluar dari
PTPN II tidaklah mudah. Ancaman selalu datang sehingga ketika Pak Nurhayat masuk dalam kepengurusan organisasi HIPPMA, ia tidak bisa berperan aktif
didalamnya untuk menghindari ancaman yang terjadi. Tetapi ketika ia sudah menjadi pensiunan barulah ia aktif dalam setiap kegiatan.
Pak Nurhayat berharap agar setiap anggota tidak jenuh-jenuhnya untuk berjuang walaupun sudah 15 tahun perjuangan HIPPMA ini. Ia juga berharap agar
satu persatu hak-hak mereka dapat terpenuhi. Setidaknya adanya harapan dan titik terang dalam setiap perjuangan mereka dan kedepannya organisasi HIPPMA
semakin eksis dan tidak akan mati karena perjuangan masih panjang yang harus dipenuhi.
5. Nama
: Edi Saputra Jenis Kelamin
: Laki-laki Usia
: 60 tahun Pendidikan
: SMA Pekerjaan sebelum pensiun
: Tehnik Jumlah Anak
: 3 orang Pendapatan pensiunan
: Rp.510.000bulan Pak Edi merupakan anggota aktif dalam HIPPMA. Ia memiliki peran
penting dalam organisasi HIPPMA ranting yaitu sebagai sekretaris organisasi HIPPMA di ranting Kandir. Pak Edi yang selama bekerja memiliki penghasilan
Rp.1.800.000 ini merasa gaji yang didapatnya tidaklah cukup apalagi dengan gaji pensiunannya yang hanya Rp.510.000 ini membuatnya bersemangat masuk dalam
keanggotaan HIPPMA untuk memperjuangkan hak-haknya. Selain gaji yang rendah ia juga merasa bahwa PTPN II mempersulit kehidupannya karena berusaha
menggusurnya dari rumah yang telah ditempatinya selama puluhan tahun. Hal yang sulit itupun tidak hanya dirasakan oleh Pak Edi saja tetapi oleh para anggota
organisasi HIPPMA lainnya sehingga mereka sepakat untuk sama-sama berjuang demi kepentingan bersama.
Pak Edi menjelaskan bahwa ia masuk dalam kepengurusan sejak tahun 2008 dan ia masuk keanggotaan ketika ia masih aktif bekerja di PTPN II. Ia
menyadari bahwa HIPPMA mampu menolongnya untuk memperjuangkan haknya hingga sampai pada saat ini Pak Edi melihat hasilnya yaitu ia masih bisa tetap
tinggal dirumah yang sejak lama diminta dikosongkan oleh PTPN II.
“.... karena kegigihan dalam perjuangan yang tidak pernah hentinya dan ketidakputusasaan kami inilah makanya kami masih bisa tinggal dirumah
kami. Jika tidak berjuangkan sekarang mungkin sudah tidak ada tempat tinggal lagi makanya masuk organisasi HIPPMA menjadikan saya merasa
aman jika mau digusur dan saya melihat banyak mafia-mafia dibalik PTPN II sehingga sampai sekarang kami-kami ini selalu dipersulit untuk
mendapatkan hak kami.” wawancara 20 Juni 2015 Pak Edi memberikan penjelasan tentang gambaran perjuangan organisasi
yang hasilnya sudah dirasakan oleh ia dan keluarganya yang masih bisa tetap menempati rumah sampai dan tidak takut lagi untuk digusur karen sudah berada
dalam wadah organisasi HIPPMA. 6.
Nama : Karsono Edi
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 69 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan sebelum pensiun : Infeksi Verifikasi
Jumlah Anak : 5 orang
Pendapatan pensiunan : Rp.540.000bulan
Pak Karsono dengan umurnya yang sudah tua ini merupakan anggota aktif dalam gerakan organisasi HIPPMA. Ia masuk dalam keanggotaan HIPPMA sejak
tahun 2005. Selama 10 tahun bergabung dalam organisasi HIPPMA, Pak Karsono tidak pernah menyerah dalam setiap perjuangannya demi mendapatkan apa yang
menjadi hak-haknya. Usia yang semakian tua tidak membuat semangatnya turun
walaupun jenuh tetap ada tapi itu hanya sementara. Perjuangan bagi Pak Karsono adalah hal yang terpenting karena jika bukan para pensiunan yang berjuang demi
kepentingannya lalu siapa lagi yang akan memperjuangkan nasib mereka. Anggota tetap HIPPMA sebagian besar adalah orang yang sudah tua dan rentan
terhadap kata jenuh. Walaupun semangat juang tidak begitu stabil tapi Pak Karsono yakin masih ada harapan untuk terwujudnya hak-hak mereka.
Pak Karsono yang tetap bersemangat ini menyatakan bahwa hak atas rumah dan tanah adalah hal yang terpenting karena tempat tinggal yang paling
dibutuhkan setiap orang untuk tempatnya berinteraksi dan bisa juga diberikan pada anak cucu untuk tempat tinggal bagi generasi selanjutnya. Pak Karsono
menjelaskan keistimewaan masuk dalam organisasi HIPPMA ini adalah solidaritas yang kuat diantara setiap anggotanya. Pak Karsono memberikan contoh
kecil yaitu “.... dimana hak-hak para pensiunan di 21 ranting ini tidak semuanya
sama kan. Ada yang belum mendapatkan catu beras, ada yang belum dapatkan jubelium, ada yang mau digusur dan banyak hak lainnya. Tetapi
dengan beranekaragaman hak-hak tersebut tidak membuat kami menjadi terpecah-pecah. Malahan kami semakin bersatu demi kepentingan
bersama bukan untuk kepentingan pribadi walupun dalam setiap organisasi pasti memiliki hambatan baik dari internal maupun eksternal
dari organisasi HIPPMA ini.” wawancara 20 Juni 2015 Contoh yang diberikan oleh Pak Karsono mejelaskan bahwa walaupun hak
yang mereka tuntut berbeda-beda namun mereka tetap memiliki solidaritas untuk
mencapai terpenuhinya hak mereka secara bersama-sama tanpa mempertimbangkan hak siapa yang harus terlebih dahulu diutamakan.
Sebagai anggota yang sudah lama aktif dalam organisasi HIPPMA, Pak Karsono merasa bahwa organisasi HIPPMA bukanlah organisasi yang
sembarangan karena memiliki dasar landasan yang kuat yaitu Undang-Undang serta diperketat oleh Badan Hukum yang mendukung kebenaran perjuangan
mereka. Menurutnya tidak semua organisasi bisa melakukan hal yang sama sehingga ia menikmati setiap perjuangan yang dilakukan bersama-sama.
7. Nama
: Supito Jenis Kelamin
: Laki-laki Usia
: 74 tahun Pendidikan
: SR Pekerjaan sebelum pensiun
: Mandor Jumlah Anak
: 4 orang Pendapatan pensiunan
: Rp.490.000bulan Pak Supito merupakan pensiunan dari PTPN II sejak 20 tahun yang lalu.
Pada saat ini Pak Supito menjabat sebagai Ketua Ranting Kelumpang. Para pensiunan perkebunan yang masuk dalam organisasi HIPPMA tidak terlepas dari
berbagai macam masalah. Berbagai masalah tersebut membuat Pak Supito memiliki peran yang penting sebagai ketua ranting yaitu selalu memberikan
pendekatan dan motivasi kepada anggotanya ketika setiap anggota memiliki
masalah. Pak Supito masuk dalam organisasi HIPPMA sudah sejak berdirinya organisasi HIPPMA tersebut yaitu sejak tahun 2000.
Pak Supito menjelaskan sudah banyak perjuangan yang dilakukan oleh organisasi HIPPMA ini karena Pak Supito sudah berperan ketika awal
keberjuangan HIPPMA. Pak Supito melihat adanya rasa saling memiliki diantara anggota. Ia menjelaskan bahwa para pensiunan masuk ke organisasi HIPPMA
karena merasa tidak punya tempat untuk menyampaikan keluh kesahnya. Hal ini didukung dengan pernyataan
“yang memotivasi kami ini masuk HIPPMA ya orang pensiunan ini berfikir kalau tidak ada wadahnya itu sama seperti ayam kehilangan
induknya.”wawancara 10 Juli 2015 Pernyataan Pak Supito didukung dengan memberikan contoh seperti
“...kita pernah diancam oleh pihak PTPN II tahun 2008 dapat surat pengosongan rumah ya itu jadi masalah buat kita dan berpikir mau
kemana kalau diusir. Tapi karena ada rentetan surat-surat kita dari tahun 2000 ada surat kesepakatan yang ditandatangani oleh DPR, pihak
pensiunan dan Direksi itulah yang dipertahankan. Maka kalu kami tidak punya wadah saya rasa sudah morat-marit kita ini artinya ga ada yang
mimpin dan ga ada wadahnya dan yang jelas ga ada
kekuatannya.”wawancara 10 Juli 2015 Pernyataan Pak Supito menegaskan bahwa dengan adanya organisasi
HIPPMA mereka bisa bertukar pikiran dengan orang-orang yang tahu cara untuk menyelesaikan masalah para pensiunan, lalu memiliki wadah yang jelas seperti
organisasi HIPPMA ini dan adanya dasar-dasar hukum yang membuat mereka menjadi kuat dalam setiap perjuangan untuk mendapatkan haknya.
Dalam setiap organisasi biasanya dipimpin oleh orang-orang yang dinilai memiliki kekuatan yaitu laiki-laki. Streotipe bahwa wanita lemah dan tidak bisa
memimpin ternyata dibantah oleh anggota organisasi HIPPMA yang notabet anggotanya adalah laki-laki. Bagi Pak Supito, ketua umum organisasi HIPPMA
dipimpin oleh seorang wanita tidaklah menjadi masalah. Ia menyatakan bahwa “ Kami yakin bahwa Bu Sri mampu untuk memimpin kami walaupun dia
seorang perempuan karena sudah ada buktinya. Kalau ga ada buktinya ya orang ga percaya. Waktu kami diteror oleh PTPN II siapa yang nangkis?
Ya yang pertama perintah Ibu kumpulkan surat kemudian dibawa Ibu Sri ke kantor DPR dan setelah itu pihak PTPN II dipanggil. DPR bilang kok
begini jadinya, harusnya hasilnya sesuai dengan surat kesepakatan tahun 2000 dan terakhit PTPN II mundur. Coba kalau kita tidak punya wadah
organisasi udah morat-maritlah ini istilahnya.” Bagi Pak Supito keberjuangan tidaklah mudah namun ia tetap menikmati
setiap keberjuangan. Kejenuhan merupakan hal yang wajar baginya dan bagi anggota lainnya namun masih ada harapan dari mereka agar masalah ini segera
selesai. Harapan yang sama disampaikan oleh Pak Supito agar organisasi HIPPMA tetap eksis sampai ke anak cucu nantinya.
8. Nama
: Yahya Efendi Jenis Kelamin
: Laki-laki Usia
: 76 tahun Pendidikan
: SR Pekerjaan sebelum pensiun
: Danton Kepala Keamanan Hansip
Jumlah Anak : 3 orang
Pendapatan pensiunan : Rp.230.000bulan
Pak Yahya merupakan salah satu ketua ranting dari 21 ranting organisasi HIPPMA yaitu di ranting Bulu Cina. Pak Yahya yang pensiun sejak tahun 1966
ini telah bekerja di PTPN II selama 30 tahun. Pak Yahya menyatakan bahwa ia masuk dalam kenaggotaan HIPPMA sejak 15 tahun yang lalu setelah mengenal
Ibu Sri Rahayu sejak tahun 1998. Ibu Sri yang pertama sekali memperkenalkan orgaisasi HIPPMA kepada Pak Yahya sehingga ia mau untuk masuk dalam
keanggotaan. Sebagai ketua ranting, Pak Yahya berperan untuk melindungi anggota-anggotanya dari ancaman berbagai pihak. Ketika anggotanya diancam
untuk digusur maka Pak Yahya yang pergi ke kantor PTPN untuk menyelesaikannya. Pak Yahya juga menambahkan bahwa setiap ranting
diupayakan untuk mandiri dalam menyelesaikan masalah. Ketika masalah sudah tidak dapat terselesaikan maka melapor ke ketua umum yang bertempatan di
kantor pusat yaitu di Desa Tanjung Sari. Pak Yahya menjelaskan alasannya masuk organisasi HIPPMA karena
“...HIPPMA ini kan memperjuangkan orang-orang yang kehilangan haknya dan menampung segala keluh kesah para pensiunan maupun
karyawan PTPN II yang bergabung dalam keanggotaan HIPPMA. Awalnya kami menderita betul, kami kesana-kemari dan akhirnya Ibu Sri
datang menghimbau kami. Disitulah kami mulai tuntut SHT habis itu rumah dan pekerangan untuk dijadikan hak milik. Ya kalau dibilang 15
tahun ini jatuh bangun.” Pak Yahya menegaskan bahwa dia dan anggota lainnya telah sepakat akan
terus berjuang sampai akhir hayat nantinya. Itu sudah menjadi tekat mereka hingga sekarang. Keberjuangan akan terus berlanjut dan ketika meninggal pun ada
ahli waris yang akan sama-sama berjuang untuk meneruskan perjuangan dari orangtua mereka. Dan harapan Pak Yahya tidak banyak hanya masalah
kepemilikan tanah dan rumah itu yang terlebih dahulu diselesaikan bersama.
9. Nama
: Tumin Jenis Kelamin
: Laki-laki Usia
: 72 tahun Pendidikan
: SMA Pekerjaan sebelum pensiun
: Mandor Jumlah Anak
: 7 orang Pendapatan pensiunan
: Rp.486.000bulan Pak Tumin merupakan ketua ranting Swisemayang yang resmi masuk
dalam keanggotaan organisasi HIPPMA sejak tahun 2000. Pak Tumin memiliki
tanggung jawab yang besar dalam mengayomi anggota yang berjumlah lebih dari 600 kepala keluarga. Selama Pak Tumin bekerja di PTPN II, ia memiliki jenjang
karier yang baik mulai dari krani, devisi lapangan hingga terakhir bekerja sebelum pensiun adalah sebagai mandor. Jenjang karier ini membuat Pak Tumin memiliki
pengalaman tentang ketidakberpihakan PTPN II terhadap para karyawannya bahkan pada para pensiunan perkebunan. Dengan kesadaran tentang
ketidakberpihakan PTPN II inilah yang membuat Pak Tumin memilih untuk masuk dalam keanggotaan organisasi HIPPMA.
“Saya menaruh harapan besar terhadap organisasi HIPPMA agar tetap berjuang serta tetap didampingi oleh Ibu Sri selaku ketua umum. Saya
yakin dengan struktur organisasi yang baik, solid dan kuat menjadikan organisasi HIPPMA ini tidak kehilangan taring keberjuangannya dan
segala hak yang sedang diperjuangkan akan mendapatkan titik terang.” wawancara 11 Juli 2015
Berdasarkan pernyataan Pak Tumin terlihatlah bahwa keanggotaan di Swisemayang sendiri menjadi contoh bagi ranting lainnya karena kenggotaan
mereka masih tetap bertahan dan aktif. Kekompakan ranting Swisemayang seharusnya menjadi contoh sehingga dibutuhkan diskusi tentang perkembangan
setiap ranting.
10. Nama
: Negino Jenis Kelamin
: Laki-laki Usia
: 37 tahun
Pendidikan : STM
Pekerjaan sebelum pensiun : ahli waris
Jumlah Anak : 2 orang
Pendapatan pensiunan : Rp.160.000bulan
Pak Negino merupakan anggota aktif organisasi HIPPMA yang masuk keanggotaan sejak tahun 2007. Pak Negino merupakan ahli waris dari
orangtuanya yang pernah bekerja di PTPN II dan merupakan pensiunan tahun 1985. Keberjuangan orangtua Pak Negino ini menjadi dasar baginya untuk
melanjutkan perjuangan yang sudah pernah dilakukan oleh orangtuanya. Pak Negino dapat dikatakan sebagai ahli waris atas kesepakatan bersama didalam
keluarganya bagi siapa yang menempati rumah peninggalan orangtuanya maka ia yang akan disebut sebagai ahli waris dan sebagai ahli waris, Pak Negino merasa
penting untuk masuk dalam keanggotaan organisasi HIPPMA. Menurut Pak Negino masuk dalam keanggotaan organisasi HIPPMA
merupakan langkah yang tepat. Organisasi HIPPMA merupakan rumah kedua baginya untuk berlindung. Pak Negino menceritakan kronologi masalah yang
terus dihadapinya sebelum masuk dalam keanggotaan HIPPMA hingga ia bisa masuk organisasi HIPPMA
“... masuk HIPPMA karena sebelum masuk HIPPMA banyak kali persoalan maupun gangguan tentang tanah dan rumah. Jadi kita disuruh
keluar dari rumah dan tidak mendapatkan perlindungan dari siapapun. Jadi setelah dengar keberjuangan HIPPMA, kami masuk sehingga
sekarang sudah mendapatkan perlindungan. Jadi berikutnya setelah dapat
laporan dari PTPN II untuk mengosongkan rumah ya saya tingal melapor sama HIPPMA dan ada tanggapan. Para anggota HIPPMA membantu
saya dan terbukti hingga sekarang saya tidak beranjak dari rumah dan saya merasa terlindungi.” wawancara 11 Juli 2015
Pernyataan Pak Negino menjelaskan bahwa masuk dalam organisasi HIPPMA merupakan langkah yang tetapt baginya. Ia membutuhkan organisasi
yang mampu melindungi haknya dan bisa sama-sama berjuang dalam struktur keanggotaan.
11. Nama
: Sunardi Jenis Kelamin
: Laki-laki Usia
: 70 tahun Pendidikan
: SR Pekerjaan sebelum pensiun
: Hansip pabrik gula Jumlah Anak
: 3 orang Pendapatan pensiunan
: Rp.510.000bulan Pak Sunardi merupakan pensiunan tahun 2001 dari PTPN II yang telah
bekerja selama 35 tahun. Pak Sunardi mulai masuk dalam keanggotaan HIPPMA sejak tahun 2004. Pada awalnya yang memotivasi Pak Sunardi untuk masuk
dalam keanggotaan HIPPMA yaitu karena adanya kesadaran dengan melihat perjuangan organisasi HIPPMA itu positif dan beberapa hal yang dicita-citakan
oleh para pensiunan tercapai sehingga membuat Pak Sunardi percaya jika organisasi HIPPMA mampu memperjuangkan hak-haknya.
Pak Sunardi yang sudah menempati rumah sejak tahun 1950-an ini merasa bahwa pihak PTPN II tidak memiliki hak lagi atas kepemilikan rumahnya karena
pihak PTPN II tidak memberikan bantuan untuk rehabilitasi rumah dan semua biaya kerusakan rumah ditanggung oleh orang yang menempati rumah tersebut.
Pak Sunardi optimis bahwa organisasi HIPPMA sudah 99 memperjuangkan hak-hak para pensiunan perkebunan karena Pak Sunardi sudah sering mengikuti
perkembangan organisasi HIPPMA. Tinggal 1 lagi yaitu tentang surat-surat kepemilikan para pensiunan.
Sebagai seorang anggota HIPPMA ranting Swisemayang, Pak Sunardi merasa bangga karena rating Swisemayang memiliki rasa kekeluargaan yang
tinggi dan juga kesolidan yang baik. Itu semua dapat terlihat dari rumah para pensiunan yang dipintu rumahnya terdapat stempel bertuliskan HIPPMA dan itu
dilakuakan para pensiunan tanpa terkecuali sehingga terlihat bahwa organisasi HIPPMA ternyata eksis di Swisemayang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pak
Sunardi yaitu “Kami di Swisemayang ini mencet rumah dan memberi stempel ataupun
stiker HIPPMA didepan rumah kami sebagai bukti kekompakan. Hal ini dilakukan supaya pihak PTPN II tidak berani lagi datang untuk menegor
dan malahan kalau tidak dibuat stiker selalu kena ancaman kami ini. Makanya kami semua sepakat wajib untuk membuat stempel didepan
rumah biar dilihat tu sama PTPN II.” wawancara 11 juli 2015 Seperti pernyataan Pak Sunardi, ranting Swisemayang memiliki cara
tersendiri untuk melindungi anggotanaya dari ancaman pihak PTPN II yang ingin
menggusur. Cara ini cocok untuk diikuti oleh bagian ranting lainnya sehingga soidaritas mereka terlihat.
Pak Sunardi yakin bahwa organisasi HIPPMA dapat berhasil dalam perjuangannya. Jika HIPPMA ini berhasil untuk mendapatkan salah satu hak para
pensiunan perkebunan maka organisasi HIPPMA akan berkembang dan tidak dipandang sebelah mata oleh orang lain baik itu dari pihak PTPN maupun oleh
para pensiunan yang tidak mau bergabung dalam organisasi HIPPMA. Pak Sunardi meyakinkan dirinya akan tetap bertahan di organisasi HIPPMA walaupun
hak –haknya sudah terpenuhi dan ketika sudah meninggal nanti para generasi berikutnya anak-anak mereka akan masuk ke organisasi HIPPMA untuk
melanjutkan perjuangan yang masih belum selesai. Itu yang menjadi tekat Pak Sunardi dan rekan-rekan seperjuangan lainnya.
4.5 Analisis Data 4.5.1 Analisis Kondisi Masyarakat