Teori Konflik dalam Gerakan Sosial

2.3 Teori Konflik dalam Gerakan Sosial

Teori konflik adalah salah satu perspektif di dalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu sistem yang terdiri dari bagian atau komponen yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda dimana komponen yang satu berusaha menaklukkan kepentingan yang lain guna memenuhi kepentingannya atau memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Karl Marx dalam buku Elly M. Setiadi 2013 memberikan landasan pemikiran tentang kehidupan sosial: 1. Masyarakat sebagai arena yang didalamnya terdapat berbagai bentuk pertentangan . 2. Negara dipandang sebagai pihak yang terlibat aktif dalam pertentangan dengan berpihak pada kekuatan yang dominan. 3. Paksaan dalam wujud hukum dipandang sebagai faktor utama untuk memelihara lembaga-lembaga sosial seperti milik pribadi, perbudakan kapital yang menimbulkan ketidaksaan hak dan kesempatan. Kesenjangan sosial terjadi dalam masyarakat karena bekerjanya lembaga paksaan tersebut yang bertumpu pada cara-cara kekerasan, penipuan dan penindasan dengan demikian titik tumpuh adalah kesenjangan sosial. 4. Negara dan hukum dilihat sebagai alat penindasan yang digunakan oleh kelas yang berkuasa kapitalis demi keuntungan mereka. 5. Kelas-kelas dianggap sebagai kelompok-kelompok sosial yang mempunyai kepentingan sendiri yang bertentangan satu sama lain sehingga konflik tidak terelakkan lagi. Sebagaimana dikemukakan oleh Karl Marx yang memandang masyarakat terdiri dari dua kelas yang didasarkan pada kepemilikan sarana dan alat produksi yaitu kelas borjuis dan kelas proletar. Kelas borjuis adalah kelompok yang memiliki sarana dan alat produksi yang dalam hal ini adalah perusahaan sebagai modal dalam produksi atau usaha. Kelas proletar adalah kelas yang tidak memiliki sarana dan alat produksi sehingga dalam pemenuhan akan kebutuhan ekonominya tidak lain adalah hanya menjual tenaganya. Menurut Marx masyarakat terintegrasi karena adanya struktur kelas dimana kelas borjuis menggunakan negara dan hukum untuk mendominasi kelas proletar. Konflik antar kelas sosial terjadi melalui proses produksi sebagai salah satu kegiatan ekonomi dimana dalam proses produksi terjadi kegiatan pengeksploitasian terhadap kelompok proletar oleh kelompok borjuis. Elly M. Setiadi : 2013 Fenomena konflik kemudian dipandang oleh Simmel dalam buku sosiologi konflik Novri Susan : 2009 sebagai proses sosiasi. Sosiasi dapat menciptakan asosiasi, yaitu para individu yang berkumpul sebagai kesatuan kelompok masyarakat. Sebaliknya sosiasi melahirkan diasosiasi yaitu para individu mengalami interaksi saling bermusuhan karena adanya feeling of hostility secara alamiah. Ketika konflik menjadi bagian dari interaksi sosial maka konflik menciptakan batasan-batasan antarkelompok dengan memperkuat kesadaran internal yang membuat kelompok tersebut terbedakan dan terpisah dari kelompok lain. Hal ini berlaku secara permusuhan timbal balik. Permusuhan timbal balik ini mendirikan identitas dari berbagai jenis kelompok dalam sistem dan sekaligus juga menolong untuk memelihara keseluruhan sistem sosial. Ketimpangan ekonomi dan kekuasaan yang menimbulkan kontradiksi dan konflik antara berbagai segmen penduduk kelas, strata, kelompok kepentingan dan sebagainya menurut Dahrendorf Piotr, 2004:340 selalu dijadikan faktor pendorong utama untuk memobilisasi gerakan. Perbedaan hierarkis kepentingan tersembunyi yang menimbulkan ketegangan dan kepedihan, keluhan dan kerugian dikalangan rakyat, akan memotivasi orang untuk bergabung dalam gerakan protes atau pembaruan. Perasaan kehilangan kesempatan , peluang hidup, akses terhadap sumber daya dan barang berharga, menyediakan langganan yang siap untuk melakukan gerakan. Mereka mudah untuk direkrut dan dimobilisasi untuk bertindak dengan tujuan redistribusi struktural terhadap hak istimewa dan kepuasan.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Penelitian sosial dengan format deskriptif bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat sebagai objek penelitian. Pendekatan kualitatif bertujuan untuk memahami secara lebih mendalam permasalahan yang diteliti. Penelitian dengan metode deskriptif dalam tulisan ini mencoba menggambarkan bagaimana gerakan sosial HIPPMA Himpunan Pensiunan Perkebunan Maju Bersama dalam memperjuangkan hak-hak pensiunan tersebut di Desa Tanjung Sari,Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang. 3.2 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini berada di di Desa Tanjung Sari,Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang. Adapun alasan peneliti dalam memilih lokasi penelitian ini adalah karena peneliti merasa tertarik dengan permasalahan- permasalahan buruh saat ini yang tidak pernah selesai dan tidak ada jalan damai di dua pihak terutama pada PTPN 2 yang memiliki banyak konflik terhadap buruh yang pernah bekerja disana.