Sejarah Munculnya Gerakan Buruh

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1 Sejarah Munculnya Gerakan Buruh

Sejak abad XIV Indonesia telah menjadi pusat perhatian dan menarik pedagang-pedagang luar negeri, karena kekayaan Indonesia mengenai hasil rempah-rempah seperti: lada, pala, ketumbar, kayu manis dan sebaginya yang diperdagangkan oleh pedagang-pedagang dari India, Persia, Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda. Untuk mendapatkan kepentingan ekonominya, pedagang- pedagang asing tersebut menggunakan pertentangan-pertentangan yang ada antara raja-raja di wilayah Indonesia. Perpecahan yang ada diantara raja-raja tersebut serta keunggulan teknik yang dimiliki oleh pedagang-pedagang asing itu menyebabkan raja-raja selalu kalah dalam peperangan menghadapi orang-orang asing. Pada tanggal 22 Juni 1596 armada Belanda berlabuh di Indonesia dibawah pimpinan Cornelis Houtman di Banten. Pada tahun 1602 dibentuk perkumpulan dagang bernama VOC Verenigde Oost Indische Compagnie serta kemudian diangkat seorang Gubernur Jenderal pada tahun 1610. Politik dalam negeri VOC melakukan exploitasi terhadap organisasi-organisasi feodal yang telah ada, sehingga rakyat menderita dua macam penindasan, yaitu dari raja-raja dan dari VOC. Timbulnya perlawanan-perlawanan dari kaum tani yang menderita dua hal ketertindasan tersebut serta merajalelanya korupsi di dalam VOC menyebabkan VOC dibubarkan dan kekuasaannya dialihkan langsung kepada pemerintah Belanda pada tahun 1800. Pada saat itu penjajahan Belanda terhadap Indonesia dengan cara penimbunan modal secara sederhana beserta sistem monopolinya. Dengan ikut sertanya kapital swasta di negeri Belanda dalam penjajahan kolonial terhadap Indonesia itu berarti pengalihan terjadi dari sistem monopoli menjadi sistem persaingan bebas. Berhubung dengan adanya krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1895, maka sebagian besar kapitalis-kapitalis swasta di negeri Belanda mengalami kehancuran, sehingga tinggal beberapa bagian kapitalis besar yang masih bertahan hidup. Ini menyebabkan ‘kapital finans’ berkuasa sepenuhnya perpaduan dari kapital bank, kapital industri dan kapital perdagangan. Dengan begitu maka zaman kapital industri yang berdasarkan persaingan bebas berakhir dan segera disusul oleh zaman imperialisme. Dengan demikian kedudukan Indonesia sejak tahun 1895 di dalam hubungan ekonomi Dunia ialah bahwa Indonesia dijadikan tempat sumber bahan mentah, tempat penanaman modal, tempat pemasaran hasil produksi kapitalis dunia serta sebagai sumber tenaga buruh yang sangat murah. Dengan lahirnya imperialisme Belanda di Indonesia itulah yang membuat munculnya kaum buruh di Indonesia. Dengan adanya penanaman modal industri oleh imperialis kapitalis monopoli tingkat tinggi dalam berbagai lapangan di Indonesia pabrik-pabrik, bengkel-bengkel, pertambangan, transport, perkebunan, industri-industri gula, industri-industri kecil dan lainnya lahirlah golongan rakyat dalam masyarakat yang baru yaitu “kaum Buruh”, sebagai golongan yang menurut kedudukan sosialnya berkepentingan untuk menghapuskan sistem penjajahan dan penindasan yang dijalankan oleh kaum kapitalis monopoli imperialis Belanda. Buruh yang menjual tenaga kerjanya untuk mendapat upah, muncul pada dekade-dekade terakhir abad XIX, terutama di perkebunan swasta yang berkembang di Jawa dan Sumatera. Penetrasi kapitalisme dalam wilayah pedesaan ditunjukkan dengan hadirnya para petani yang tidak memiliki tanah, dan bekerja pada tanah-tanah sewaan untuk mendapat upah. Sementara itu, di kota-kota besar, seiring dengan perkembangan teknologi yang diberlakukan kolonialisme, muncul pula bidang- bidang pekerjaan baru seperti masinis, sopir, pegawai kantor dan sebagainya. Munculnya buruh upah ini tidak seketika menghadirkan gerakan buruh yang terorganisir dan modern. Perubahan cara pandang, kereta api, surat kabar, dan pendidikan menjadi elemen-elemen penting yang membawa perubahan pada abad XX. Orang-orang pribumi berpendidikan, yang kemudian dikenal sebagai tokoh- tokoh pergerakan, menjadi pemimpin atau penggerak sejumlah organisasi modern seperti Budi Utama, Sarekat Islam, dan sebagainya. Sebaliknya gerakan buruh pada awalnya digerakkan oleh orang-orang Belanda. Di Eropa pada masa itu gerakan buruh sudah dikenal secara luas dalam masyarakat, sehingga bukan hal yang asing lagi jika timbulnya gerakan buruh di Jawa dipelopori oleh orang-orang Eropa. Hingga saat ini jumlah buruh yang terorganisasi tidak lebih dari 15 persen dari total buruh yang tercatat. Jumlah ribuan anggota yang diklaim oleh organisasi buruh tidak lebih dari sekedar klaim. Serikat buruh belum mendapatkan dukungan riil dari anggotanya apalagi secara politik. System organisasi yang masih paternalistic masih mewarnai sebagian besar serikat buruh di Indonesia. Sehingga belum mendukung terhadap pembangunan demokrasi. Pola kerja serikat buruh masih menunggu bola dimana organizer tidak berperan secara aktif hanya bersifat reaktif saja. Hal ini juga tercermin dari cara mereka dalam menyikapi berbagai isu, baik internal perusahaan maupun eksternal perusahaan. Sampai saat ini isu-isu yang diangkat dalam aksi buruh sebagian besar masih seputar isu-isu ekonomi. Sehingga belum terbentuknya keserikatburuhan. Sikap pemerintah dan pengusaha masih sama sejak zaman penjajahan yaitu represif dan lebih membela kepentingan modal. Tingginya angka pengangguran membuat posisi tawar buruh menjadi lemah. Tahun 2006 angka pengangguran mencapai 11.1 juta jiwa atau 10,4 persen dari total angkatan kerja tahun ini. Sulitnya memperoleh pekerjaan membuat buruh takut untuk kehilangan pekerjaan. Kondisi ini semakin dimanfaatkan oleh pemilik modal untuk menekan upah buruh semurah mungkin, menerapkan sistem kerja yang fleksibel, dengan syarat dan kondisi kerja yang tidak manusiwi. Keberpihakan pemerintah terhadap modal tercermin dengan dikeluarkannya rancangan revisi Undang-undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan RUUK yang berisi pemangkasan hak-hak pekerja, pelepasan perlindungan negara, ketidakpastian keberlangsungan kerja, persaingan dengan tenaga kerja asing, ketidakpastian hubungan kerja, penurunan kesejahteraan, dan lain-lain sehingga akan menurunkan kondisi sosial ekonomi buruh dan atau masyarakat secara luas. Menanggapi RUUK tersebut serikat buruh yang ada bersikap secara reaktif. Tahun 2006 dimulai aksi-aksi untuk menolak RUUK tersebut hingga puncaknya pada 1 Mei 2006 pada perayaan hari buruh internasional yang juga diberlakukan di Indonesia.

4.2 Sejarah Berdirinya HIPPMA Himpunan Pensiunan Perkebunan Maju Bersama