Pengaruh Status Perkawinan Terhadap Tingkat Kepatuhan Berobat Penderita TB Paru. Pengaruh Pekerjaan Terhadap Tingkat Kepatuhan Berobat Penderita TB Paru.

5.2. Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Tingkat Kepatuhan Berobat Penderita TB Paru.

Variabel jenis kelamin tidak dapat dilanjutkan ke dalam uji statistik Regresi Linier Berganda karena memiliki nilai p 0,25. Hasil uji statistik Korelasi Pearson menunjukkan bahwa variabel jenis kelamin tidak mempunyai hubungan dengan tingkat kepatuhan penderita TB Paru p = 0,288 0,05. Berbeda dengan hasil penelitian Simanungkalit 2006 yang menunjukkan bahwa ada hubungan terjadinya konversi pada penderita yang telah mendapat pengobatan fase intensif kategori I strategi DOTS dengan jenis kelamin, hal ini terjadi karena penderita dengan jenis kelamin perempuan lebih mudah termotivasi untuk berobat sehingga akses perempuan ke fasilitas kesehatan lebih tinggi Hudelson P,1996. Ini sesuai dengan penelitian Begum di Bangladesh pada tahun 2001, bahwa keberhasilan pengobatan lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki, karena perempuan lebih patuh untuk berobat. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pola kepatuhan berobat hampir sama pada jenis kelamin perempuan maupun laki-laki. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa tanggungjawab dan kesadaran responden untuk menyelesaikan pengobatannya sampai sembuh sesuai anjuran dokter walaupun membutuhkan waktu yang lama.

5.3. Pengaruh Status Perkawinan Terhadap Tingkat Kepatuhan Berobat Penderita TB Paru.

Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda, status perkawinan tidak mempunyai pengaruh terhadap tingkat kepatuhan berobat penderita TB Paru p=0,999 0,05. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Eliska 2005, bahwa Universitas Sumatera Utara status perkawinan tidak mempunyai pengaruh terhadap ketekunan berobat penderita TB Paru. Menurut hasil penelitian, responden memiliki kepatuhan berobat yang baik tidak dilatarbelakangi oleh status perkawinannya. Sebagian besar responden adalah bekerja, dan penyakit TB Paru sangat menganggu produktivitasnya dalam bekerja, hal ini mendorong penderita untuk menjalani pengobatan dengan baik untuk memperoleh kesembuhan.

5.4. Pengaruh Pekerjaan Terhadap Tingkat Kepatuhan Berobat Penderita TB Paru.

Variabel pekerjaan tidak dapat dilanjutkan ke uji statistik Regresi Linier Berganda karena memiliki nilai p0,25. Hasil uji statistik Korelasi Pearson menunjukkan bahwa variabel pekerjaan tidak mempunyai hubungan dengan kepatuhan penderita TB Paru p = 0,129 0,05. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Zuliana 2009 yang menyatakan bahwa pekerjaan tidak memiliki hubungan dengan tingkat kepatuhan berobat. Hasil yang berbeda diperlihatkan oleh penelitian Eliska 2005 yang menyatakan bahwa pekerjaan mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap kepatuhan berobat penderita TB Paru di Puskesmas Teladan Kota Medan. Menurut Andersen 1947, salah satu faktor struktur sosial yaitu pekerjaan akan memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Pekerjaan seseorang dapat mencerminkan sedikit banyaknya informasi yang diterima, informasi tersebut akan membantu seseorang dalam mengambil keputusan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada. Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penderita TB Paru untuk berobat ke pelayanan kesehatan yaitu BP4 Medan tidak berdasarkan pekerjaannya, tetapi berdasarkan kepercayaan bahwa BP4 Medan merupakan pelayanan kesehatan spesialistik paru, saran dari teman atau keluarga dan kemudahan untuk mencapai pelayanan kesehatan tersebut.

5.5. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Tingkat Kepatuhan Berobat Penderita TB Paru.