11,8 menyatakan merasa bosan karena terlalu lama minum obat, tidak patuh berobat karena masih tidak percaya terhadap diagnosa penyakit TB Paru yang
dideritanya sehingga lebih memilih untuk berobat jalan atau berobat ke pengobatan alternatif dan menyatakan pulang kampung sehingga tidak melanjutkan pengobatan
dan 1 responden 5,9 tidak dapat melanjutkan pengobatan karena terjadi resistensi OAT karena pengaruh narkoba. Secara rinci alasan responden tidak patuh berobat
kepatuhan berobat tidak baik dapat dilihat pada Tabel 4.15 berikut :
Tabel 4.15. Alasan Responden Tidak Patuh Berobat No.
Alasan Responden N
1. Sudah merasa sembuh dan keluhan yang dirasakan sudah
hilang 2
11,8 2.
Obat terlalu keras dan tidak tahan terhadap efek samping obat yang timbul pada saat minum obat.
5 29,4
3. Lupa minum obat karena bekerja dan tidak ada yang
mengambil obat. 3
17,6 4.
Merasa bosan karena terlalu lama minum obat 2
11,8 5.
Masih tidak percaya terhadap diagnosa penyakit TB Paru yang dideritanya sehingga lebih memilih untuk berobat jalan
atau berobat ke pengobatan alternatif 2
11,8
6. Pulang kampung
2 11,8
7. Komplikasi narkoba, terjadi resistensi OAT
1 5,9
Jumlah 17
100
4.3. Analisis Bivariat
Untuk menjelaskan hubungan karakteristik penderita TB Paru umur, jenis kelamin, status perkawinan, pekerjaan dan pengetahuan serta faktor motivasi
pengawasan PMO, dukungan keluarga, dorongan petugas kesehatan dan rasa tanggung jawab dengan tingkat kepatuhan berobat penderita TB Paru digunakan uji
statistik korelasi Pearson Product Moment dengan hasil sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Pada karakteristi
k responden, hanya variabel pengetahuan ρ=0,029 yang menunjukkan hubungan secara signifikan dengan tingkat kepatuhan berobat
penderita TB Paru yang memiliki nilai ρ0,05. Pada motivasi responden, variabel
dukungan keluarga ρ=0,017, serta rasa tanggung jawab ρ=0,000 berhubungan secara signifikan dengan tingkat kepatuhan berobat TB Paru.
2. Variabel umur, jenis kelamin, status perkawinan, pekerjaan, dan variabel
pengawasan PMO serta dorongan petugas tidak memiliki hubungan secara signifikan dengan tingkat kepatuhan berobat penderita TB Paru ρ0,05.
3. Menurut Colton Hastono,2001 melalui hasil uji statistik dari korelasi Pearson
dapat dilihat kekuatan hubungan dari dua variabel secara kualitatif sehingga ditarik kesimpulan sebagai berikut Hastono,2001 :
a. Hubungan variabel pengetahuan responden dengan tingkat kepatuhan berobat
penderita TB Paru menunjukkan hubungan yang sedang r=0,281 dan berpola positif, artinya semakin tinggi pengetahuan responden maka akan terjadi
peningkatan kepatuhan berobat penderita TB Paru. b.
Hubungan variabel dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan berobat penderita TB Paru menunjukkan hubungan yang sedang r=0,308 dan berpola
positif, artinya semakin baik dukungan keluarga yang dirasakan penderita TB Paru maka semakin baik pula kepatuhan berobatnya.
c. Hubungan variabel rasa tanggung jawab dengan tingkat kepatuhan berobat
penderita TB Paru menunjukkan hubungan yang kuat r=0,594 dan berpola positif, artinya semakin tinggi rasa tanggung jawab penderita TB Paru dalam
Universitas Sumatera Utara
menjalani pengobatan untuk sembuh maka akan terjadi peningkatan kepatuhan berobat penderita TB Paru Tabel 4.15.
Tabel 4.16. Hasil Uji Statistik Korelasi Pearson No.
Variabel Correlation
Coefficient r Sig
ρ
1. Umur
0,144 0,274
2. Jenis Kelamin
0,139 0,288
3. Status Perkawinan
-0,198 0,129
4. Pekerjaan
-0,094 0,475
5. Pengetahuan
0,281 0,029
6. Pengawasan PMO
0,220 0,210
7. Dukungan Keluarga
0,308 0,017
8. Dorongan Petugas
Kesehatan 0,233
0,074 9.
Rasa Tanggung Jawab 0,594
0,000 Ket :
: Signifikan
4.4. Analisis Multivariat