BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei dengan tipe explanatory research, yaitu untuk mengetahui pengaruh karakteristik dan motivasi penderita TB
Paru terhadap kepatuhan berobat penderita di BP4 Medan tahun 2009 dengan pengujian hipotesa Singarimbun, 2006.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2010 di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru Medan di Jalan Asrama No.18 Medan. Pemilihan lokasi ini
dengan pertimbangan angka kesembuhan belum mencapai target yang ditetapkan pemerintah yaitu minimal 85 dan BP4 Medan merupakan Unit Pelaksana Teknis
yang bergerak di bidang kesehatan paru dalam lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB paru BTA positif baru bukan kambuhan yang telah melewati tahap pengobatan intensif 2 bulan
dalam program penanggulangan TB Paru di BP4 Medan pada bulan September sampai Desember tahun 2009 berjumlah 147 orang yang terdiri dari 44 orang pasien
di bulan September 41 pasien di bulan Oktober, dan 28 pasien di bulan Nopember
Universitas Sumatera Utara
dan 34 pasien di bulan Desember. Mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti baik berupa tenaga, waktu, maupun biaya, maka peneliti menetapkan
populasi penelitian yang berasal dari Kota Madya Medan saja.
3.3.2. Sampel
Menurut Notoatmodjo 2002 bila populasi lebih kecil dari 10.000 maka pengambilan sampel dapat menggunakan formula sebagai berikut :
N n =
1 + N d
2
Dimana : N = jumlah populasi 147 orang d = derajat kesalahan 0,1
n = jumlah sampel sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak :
147 n =
1 + 147 0,1
2
= 59,5 orang = 60 orang. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 60 orang yang terdiri dari 18 orang
pasien di bulan September, 17 orang pasien di bulan Oktober 11 pasien di bulan Nopember dan 14 orang pasien di bulan Desember. Teknik pengambilan sampel yaitu
dengan cara Simple Random Sampling.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Data primer : diperoleh dengan wawancara langsung dengan penderita TB Paru
yang berpedoman pada kuesioner yang telah ditetapkan. 2.
Data sekunder : diperoleh dari laporan pelaksanaan penanggulangan TB Paru di BP4 Medan.
3.5. Definisi Operasional
1. Umur adalah usia responden dilihat dari ulang tahunnya yang terakhir yang
dibedakan berdasarkan tingkat kedewasaan menurut Hurlock Anonimous, 2009 menjadi usia dewasa awal yaitu di bawah 40 tahun, usia dewasa madya yaitu 40-
60 tahun dan usia dewasa akhir yaitu diatas 60 tahun. 2.
Jenis Kelamin adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan identitasnya dari laki-laki dan perempuan.
3. Status perkawinan adalah suatu karakteristik responden yang dibedakan
identitasnya dari kawin, belum kawin dan cerai matihidup. 4.
Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilaksanakan oleh responden sebagai sumber pendapatan untuk mencukupi kebutuhan hidup, yang dibedakan atas PNS,
Pegawai Swasta, Wiraswasta, Pekerja Tidak Tetap, Tidak BekerjaIbu Rumah Tangga, Pensiunan, BuruhTukang Bangunan dan lain-lain.
5. Pengetahuan adalah hal–hal yang diketahui responden mengenai penyakit TB
Paru, dibedakan menjadi 3 kategori : a.
Baik, apabila respoden sudah mengetahui tentang hal-hal mengenai penyakit TB Paru.
Universitas Sumatera Utara
b. Sedang, apabila responden belum begitu mengetahui tentang hal-hal mengenai
penyakit TB Paru. c.
Buruk, apabila responden tidak mengetahui tentang hal-hal mengenai penyakit TB Paru.
6. Pengawasan PMO adalah penilaian responden tentang peran yang dilakukan oleh
seorang PMO dalam mengawasi responden agar mau berobat teratur, dibedakan menjadi 3 kategori :
a. Baik, bila peran yang dilakukan PMO sangat baik dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya mengawasi penderita TB Paru.
b. Sedang, bila peran yang dilakukan PMO kurang baik dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya kepada penderita TB Paru.
c. Buruk, bila peran yang dilakukan PMO tidak baik dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya kepada penderita TB Paru.
7. Dukungan keluarga adalah penilaian responden tentang partisipasi dan dorongan
keluarga dalam membantu pemulihan penyakit TB Paru, dibedakan menjadi 3 kategori :
a. Baik, bila partisipasi dan dorongan keluarga sangat baik terhadap penderita
TB Paru. b.
Sedang, bila partisipasi dan dorongan keluarga kurang baik terhadap penderita TB Paru.
c. Buruk, bila partisipasi dan dorongan keluarga tidak baik terhadap penderita
TB Paru.
Universitas Sumatera Utara
8. Dorongan petugas adalah persepsi responden terhadap tindakan petugas dalam
memberikan dorongan dan pengetahuan kepada responden selama pengobatan TB Paru, dibedakan menjadi 3 kategori :
a. Baik, bila persepsi penderita TB Paru sangat positif terhadap tindakan petugas dalam memberi dorongan kepada penderita TB Paru.
b. Sedang, bila persepsi penderita TB Paru positif terhadap tindakan petugas dalam memberi dorongan kepada penderita TB Paru.
c. Buruk, bila persepsi penderita TB Paru negatif terhadap tindakan petugas dalam memberi dorongan kepada penderita TB Paru.
9. Rasa tanggung jawab adalah rasa keterpanggilan dan tuntutan dalam diri
responden untuk sembuh dari penyakitnya demi menjaga kesehatan keluarganya agar tidak tertular penyakit TB Paru.
a. Baik, bila tuntutan dalam diri responden untuk sembuh dari penyakitnya
dengan menjalani pengobatan sudah tinggi. b.
Sedang, bila tuntutan dalam diri responden untuk sembuh dari penyakitnya dengan menjalani pengobatan masih rendah.
c. Buruk, bila tuntutan dalam diri responden untuk sembuh dari penyakitnya
dengan menjalani pengobatan sangat rendah. 10.
Kepatuhan berobat adalah ketaatan responden dalam menelan obat setiap hari selama tahap intensif, melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah
ditentukan dan menaati segala nasehat dari petugas kesehatan. Dibedakan menjadi 2 kategori :
Universitas Sumatera Utara
a. Baik, bila responden patuh dalam menelan obat setiap hari selama tahap
intensif, melakukan pemeriksaan dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan dan menaati segala nasehat dari petugas kesehatan.
b. Tidak baik, bila responden tidak patuh dalam menelan obat, tidak
memeriksakan dahak sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati segala nasehat dari petugas kesehatan.
3.6. Aspek Pengukuran