Kepatuhan Berobat TINJAUAN PUSTAKA

motivasi dari dalam diri penderita TB Paru seperti rasa tanggung jawab. Adapun faktor eksternalnya yaitu motivasi dari luar diri penderita TB Paru yang meliputi dukungan keluarga, pengawasan PMO dan dorongan petugas. Perilaku seseorang itu sebenarnya dapat dikaji sebagai saling interaksinya atau ketergantungannya beberapa unsur yang merupakan suatu lingkaran. Sebagaimana menurut Fred Luthans dalam Thoha 2008 terdiri dari tiga unsur yakni kebutuhan need, dorongan drive, dan tujuan goals. Unsur-unsur itu secara pokok terdiri dari motivasi dan tujuan. Motivasi seseorang tergantung pada kekuatan dari motivasi itu sendiri. Dorongan ini yang menyebabkan mengapa seseorang itu berusaha mencapai tujuan-tujuan, baik sadar ataupun tidak sadar. Dorongan ini pula yang menyebabkan seseorang itu berperilaku, yang dapat mengendalikan dan memelihara kegiatan- kegiatan serta menetapkan arah umum yang harus ditempuh oleh seseorang tersebut.

2.4. Kepatuhan Berobat

Menurut Sacket Ester,2000, kepatuhan pasien adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan. Menurut Sarafino Bart, 1994, kepatuhan atau ketaatan sebagai tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau boleh yang lain. Menurut Sarafino Bart, 1994, secara umum ketidaktaatan meningkatkan risiko berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk kesakitan yang sedang diderita. Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan pengobatan. Universitas Sumatera Utara Faktor-faktor yang memengaruhi ketidakpatuhan dapat digolongkan menjadi empat bagian, yaitu : 1. Pemahaman tentang Instruksi Tak seorang pun mematuhi instruksi jika orang tersebut salah paham tentang instruksi yang diberikan padanya. Ley dan Spelman Ester, 2000 menemukan bahwa lebih dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti tentang instruksi yang diberikan pada mereka. Kadang-kadang hal ini disebabkan oleh kegagalan profesional kesehatan dalam memberikan informasi yang lengkap, penggunaan istilah-istilah medis, dan banyak memberikan instruksi yang harus diingat oleh pasien. Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan pasien ditemukan oleh DiNicola dan DiMatteo Ester, 2000, yaitu : a. Buat instruksi yang jelas dan mudah diinterpretasikan. b. Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal yang harus diingat. c. Jika seseorang diberi suatu daftar tertulis tentang hal-hal yang harus diingat, maka akan ada “efek keunggulan”, yaitu mereka berusaha mengingat hal-hal yang pertama kali ditulis. d. Instruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum non medis dan hal-hal penting perlu ditekankan. 2. Kualitas Interaksi Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan. Meningkatnya interaksi Universitas Sumatera Utara profesional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis. Pasien membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini, apa penyebabnya dan apa yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti ini. 3. Isolasi Sosial dan Keluarga Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang program pengobatan yang dapat mereka terima. Keluarga juga memberi dukungan dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit. 4. Keyakinan, sikap, Kepribadian Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antara pengukuran- pengukuran kepribadian dan kepatuhan. Mereka menemukan bahwa data kepribadian secara benar dibedakan antara orang yang patuh dengan orang yang gagal. Orang- orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami depresi, sangat memperhatikan kesehatannya, memiliki kekuatan ego yang lebih lemah dan yang kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada dirinya sendiri. Blumenthal et al Ester, 2000 mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang disebutkan di atas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh drop out dari program pengobatan. Menurut Schwartz Griffin Bart, 1994, riset tentang ketaatan pasien didasarkan atas pandangan tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat dokter yang pasif dan patuh. Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang lalai, dan masalahnya dianggap sebagai masalah kontrol. Riset berusaha untuk Universitas Sumatera Utara mengidentifikasi kelompok-kelompok pasien yang tidak patuh berdasarkan kelas sosio ekonomi, pendidikan, umur dan jenis kelamin. Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku dan kaset oleh pasien secara mandiri. Usaha-usaha ini sedikit berhasil, seseorang dapat menjadi tidak taat kalau situasinya memungkinkan. Teori-teori yang lebih baru menekankan faktor situasional dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses pengobatannya. Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk mengendalikan perilakunya, bahkan jika hal tersebut bisa menimbulkan risiko mengenai kesehatannya. Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan : 1. Ciri-ciri kesakitan dan ciri-ciri pengobatan Menurut Dickson dkk Bart, 1994, perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit kronis karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau risiko yang jelas, saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama, pengobatan yang kompleks, serta pengobatan dengan efek samping. Menurut Sarafino Bart,1994, tingkat ketaatan rata-rata minum obat untuk menyembuhkan kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar 78, untuk kesakitan kronis dengan cara pengobatan jangka panjang, tingkat tersebut menurun sampai 54. 2. Komunikasi antara pasien dan dokter Berbagai aspek komunukasi antara pasien dengan dokter memengaruhi tingkat ketidaktaatan misalnya, informasi dengan pengawasan yang kurang, Universitas Sumatera Utara ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter serta ketidakpuasan terhadap pengobatan yang diberikan. 3. Variabel-variabel sosial Secara umum, orang-orang yang merasa menerima penghiburan, perhatian, dan pertolongan yang dibutuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya cenderung lebih mengikuti nasihat medis daripada pasien yang kurang mendapat dukungan sosial. 4. Ciri-ciri individual Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaatan. Sebagai contoh : di Amerika Serikat kaum wanita, kaum kulit putih dan orang tua cenderung mengikuti anjuran dokter. 2.5. Motivasi 2.5.1. Definisi Motivasi