2.1.6. Prinsip Pengobatan Tuberkulosis Paru
Menurut Depkes RI 2002, obat TB Paru diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, agar
semua kuman termasuk kuman persisten dapat dibunuh. Pengobatan TB Paru diberikan dalam dua tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
1. Tahap Intensif
Pada tahap intensif awal penderita mendapat obat setiap hari selama dua bulan dan diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT
terutama rifampisin. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2
minggu. Sebagian besar penderita TB Paru BTA positif menjadi BTA negatif konversi pada akhir pengobatan intensif. Pengawasan ketat dalam tahap intensif
sangat penting untuk mencegah terjadinya kekebalan obat. 2.
Tahap Lanjutan Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
jangka waktu yang lebih lama yaitu selama minimal empat bulan. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten dormant sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan. Apabila paduan obat yang digunakan tidak adekuat jenis, dosis dan jangka
waktu pengobatan, kuman TB Paru akan berkembang menjadi kuman kebal obat resisten. Untuk menjamin kepatuhan penderita menelan obat, pengobatan perlu
dilakukan dengan pengawasan langsung DOTS = Directly Observed Treatment Shortcourse oleh seorang Pengawas Minum Obat PMO.
Universitas Sumatera Utara
2.1.7. Penanggulangan Penyakit TB Paru dengan Strategi DOTS
Pada tahun 1995 WHO menganjurkan strategi DOTS Directly Observed Treatment Shortcourse, yaitu strategi komprehensif untuk digunakan oleh pelayanan
kesehatan primer di seluruh dunia untuk mendeteksi dan menyembuhkan penderita TB Paru, agar transmisi penularan dapat dikurangi di masyarakat. Prinsip DOTS
adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan melakukan pelacakan bila penderita
tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang ditetapkan Aditama, 1994. Pengertian DOTS dapat diterapkan dalam kasus per kasus TB yaitu dimulai
dari memfokuskan perhatian direct attention dalam usaha
menemukanmendiagnosis penderita secara baik dan akurat, utamanya melalui pemeriksaan mikroskopik. Selanjutnya setiap penderita harus diawasi observed
dalam meminum obatnya yaitu obat diminum didepan seorang pengawas, dan inilah yang dikenal sebagai Directly Observed Therapy DOT. Penderita juga harus
menerima pengobatan treatment dalam sistem pengelolaan, penyediaan obat anti tuberkulosis yang tertata dengan baik, termasuk pemberian regimen OAT yang
adekuat yakni melalui pengobatan jangka pendek short course sesuai dengan klasifikasi dan tipe masing-masing kasus Aditama, 1994.
Tujuan penanggulangan dengan strategi DOTS adalah untuk mencapai angka kesembuhan TB Paru yang tinggi, mencegah putus berobat, mengatasi efek samping
obat jika timbul dan mencegah resistensi ganda terhadap obat TB yang disebut Multiple Drug Resistance MDR Sembiring, 2001.
Universitas Sumatera Utara
2.1.8. Pengawas Minum Obat PMO