Hasil Hasil Pengujian Error Correction Model

Uji Normalitas Pada uji normalitas menggunakan uji Jarque Bera, jumlah lag v ditentukan sebesar 4, α=5 maka χ 2 tabel = 9,488. Dari hasil analisis output lampiran 6 diketahui hasil nilai Jarque Bera hitung adalah sebesar 0.624. Jika dibandingkan dengan χ 2 tabel maka nilai Jarque Bera hitung ini lebih kecil 0.624 9,488 dari nilai χ 2 tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa error berdistribusi normal. Uji Spesifikasi Model Linieritas Tabel 4.4 Uji Ramsey Reset Ramsey RESET Test: F-statistic 1.714501 Probability 0.230260 Log likelihood ratio 15.29414 Probability 0.004128 Sumber: Data sekunder diolah dengan Eviews Dari hasil Ramsey Reset diatas didapat F statistik adalah sebesar 1.715, sementara F tabel 0,057,20 adalah sebesar 2.51. Berarti F statistik = 1.715 F tabel = 2.51 berarti hipotesis nol diterima dan model adalah linier.

4.6. Hasil

Uji Kointegrasi Johansen Secara sederhana, metode Johansen menguji hipotesis apakah hubungan kointegrasi antar variabel full rank atau tidak. Hipotesis nol dari pengujian cointegrating rank adalah: H : i =0, dimana i=r+1….n Universitas Sumatera Utara Secara sederhana, metode Johansen menguji hubungan kointegrasi, yaitu Trace statistik dan Maximum Eigenvalue statistik. Adanya kointegrasi didasarkan pada uji likelihood ratio LR. Jika nilai hitung LR lebih besar dari nilai kritis LR maka kita menerima adanya kointegrasi dan jika sebaliknya maka tidak ada kointegrasi. Nilai kritis LR diperoleh dari tabel maximum eigenvalue statistik yang dikembangkan oleh Osterwald-Lenun. Tabel 4.5 Uji Kointegrasi Johansen H : r n-r Eigenvalue Maximum Eigenvalue Critical Value 5 Critical Value 1 Trace Statistic Critical Value 5 Critical Value 1 r = 0 r 1 r 2 r 3 r 4 r 5 r 6 7 6 5 4 3 2 1 0.982420 0.901382 0.761329 0.676570 0.601336 0.497682 0.079819 105.0651 60.22898 37.24937 29.34805 23.91054 17.90159 2.162819 45.28 39.37 33.46 27.07 20.97 14.07 3.76 51.57 45.10 38.77 32.24 25.52 18.63 6.65 275.8664 170.8013 110.5724 73.32299 43.97495 20.06440 2.162819 124.24 94.15 68.52 47.21 29.68 15.41 3.76 133.57 103.18 76.07 54.46 35.65 20.04 6.65 Sumber: Data sekunder diolah dengan Eviews Ket: dan signifikan pada α=1 dan α=5 Uji kointegrasi ini menunjukkan bahwa hubungan antara variabel merupakan hubungan jangka panjang. Hipotesis nol yang menyatakan tidak terdapat kointegrasi r=0 diantara variabel-variabel ditolak karena uji statistik likelihood ratio LR menunjukkan bahwa terdapat 6 persamaan yang menunjukkan adanya kointegrasi. Dengan demikian ada hubungan jangka panjang antara Net Ekspor Indonesia dengan variabel yang mempengaruhi kenaikan dan penurunan Net Ekspor Indonesia. Universitas Sumatera Utara

4.7. Hasil Pengujian Error Correction Model

Setelah melihat adanya kointegrasi atau hubungan jangka panjang antara Net Ekspor Indonesia dan variabel-variabel yang mempengaruhinya, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis perilaku Net Ekspor Indonesia jangka pendek. Karena semua data yang digunakan untuk menganalisis perilaku Net Ekspor Indonesia tidak stasioner pada tingkat level tetapi stasioner pada derajat integrasi pertama dan antar variabel terdapat kointegrasi maka penelitian ini akan menggunakan model koreksi kesalahan untuk menganalisis perilaku Net Ekspor Indonesia jangka pendek. Menurut Engle-Granger, kita harus memasukkan variabel koreksi kesalahan untuk menghilangkan ketidakseimbangan dalam jangka pendek. Variabel koreksi kesalahan ini adalah residual periode sebelumnya yang diperoleh dari residual estimasi jangka panjang Engle and Granger, 1987 dan Widarjono, 2004. Sebelum maju ke pembahasan hasil estimasi, telah terlebih dahulu dilakukan uji diagnosis apakah model jangka pendek Net Ekspor Indonesia tersebut memenuhi asumsi klasik seperti uji autokorelasi, uji normalitas dan uji spesifikasi kesalahan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua hasil uji asumsi klasik menunjukkan bahwa model koreksi kesalahan ini telah lolos dari uji asumsi klasik. Universitas Sumatera Utara Uji ECM PDB Malaysia Model ECM untuk melihat hubungan antara Net Ekspor Indonesia dan PDB Indonesia, PDB Malaysia, kurs riil diatas seperti yang tertulis pada persamaan 3.11 sebelumnya adalah: ∆NX t = α + α 1 ∆Y_Ind t + α 2 ∆Y_Mal t + α 3 ∆Kurs t + α 4 ECT 1 + t ………..…. 3.11 Dari hasil analisis regresi ECM bila ditulis dalam bentuk persamaan linier adalah sebagai berikut: DNX = -0.0554 - 0.2001 DPDB Indonesia + 0.3161 DPDB Malaysia + 0.0004 DKurs riil – SE 0.5284 0.0715 0.1713 0.0002 t statistik -0.1048 -2.7997 1.8458 1.926 0.7351 ECT-1 SE 0.1704 t statistik -4.3136 R 2 = 0.6081 Prob F-statistik = 0.0003 DW = 1.6428 Fstatistik = 8.5358 Dari model diatas terlihat bahwa hubungan perubahan PDB Indonesia, PDB Malaysia dan kurs riil dalam jangka panjang akan diseimbangkan oleh error sebelumnya. Pada persamaan diatas, ∆Y_Ind t , ∆Y_Mal t dan ∆Kurs t menggambarkan gangguan jangka pendek dari PDB Indonesia, PDB Malaysia, kurs riil, dan error kointegrasi merupakan penyesuaian menuju ke keseimbangan jangka panjang. Dengan demikian jika koefisien α 4 signifikan, maka koefisien tersebut akan menjadi penyesuai bila terjadi fluktuasi variabel-variabel yang diamati menyimpang dari hubungan jangka panjangnya. Universitas Sumatera Utara Secara statistik, koefisien koreksi kesalahan signifikan pada α=1. Tanda koefisien koreksi kesalahan adalah negatif sesuai dengan yang diharapkan oleh teori, dan nilai koefisien koreksi kesalahan adalah -0.7351 menunjukkan bahwa -735.100 dollar ketidakseimbangan dalam jangka pendek akan disesuaikan dalam setiap tahunnya. Bila ECT 1 0 maka model tidak berada dalam keseimbangan. Misal ∆PDB Indonesia = ∆PDB Malaysia = ∆kurs riil = 0 dan ECT 1 0, hal ini berarti Net Ekspor Indonesia t-1 berada diatas nilai keseimbangannya, yang seharusnya adalah: α + α 1 PDB Indonesia + α 2 PDB Malaysia + α 3 Kurs Riil. Maka dari itu nilai koefisien koreksi kesalahan diharapkan negatif, dengan demikian α 4 ECT 1 0 akibatnya ∆Net Ekspor Indonesia 0 agar kembali pada ke keseimbangan, artinya jika Net Ekspor Indonesia berada diatas nilai keseimbangannya, maka Net Ekspor Indonesia akan menurun pada periode berikutnya untuk mengoreksi kesalahan keseimbangan. Jika ECT 1 0 maka Net Ekspor Indonesia berada dibawah nilai keseimbangannya dan α 4 ECT 1 0 yang mengakibatkan Net Ekspor Indonesia 0 sehingga nilai Net Ekspor Indonesia meningkat pada periode ke-t. Dengan demikian nilai absolute dari koefisien korekasi kesalahan, dalam hal ini α 4 , menentukan seberapa cepat keseimbangan bisa tercapai kembali bila didapat penyimpangan Nachrowi, 2006. Hasil regresi perilaku Net Ekspor Indonesia jangka pendek pada kasus PDB mitra dagang Malaysia menunjukkan bahwa tanda semua koefisien sesuai dengan teori ekonomi. Komponen perubahan Net Ekspor Indonesia yaitu PDB Indonesia bertanda negatif sedangkan PDB Malaysia bertanda positif. Universitas Sumatera Utara Koefisien variabel bebas PDB Indonesia bertanda negatif menunjukkan bahwa PDB Indonesia memiliki hubungan yang negatif terhadap Net Ekspor. Mengapa PDB Indonesia bisa bertanda negatif? Hal ini bisa dijelaskan melalui teori marginal propensity to import MPI yang diberi simbol m. Disini impor M dianggap dipengaruhi oleh tingkat pendapatan nasional. Semakin tinggi pendapatan nasional Y suatu negara semakin besar pengeluaran untuk barang-barang impor, hal ini dibuktikan melalui persamaan dibawah ini: M = m Y Dimana m merupakan marginal propensity to import yaitu bagian dari tambahan pendapatan yang digunakan untuk mengimpor barang, M merupakan Import dan Y merupakan pendapatan nasional. Hubungan antara impor dan ekspor dapat ditunjukkan melalui diagram berikut: Gambar 4.4 Bagian Dari Pendapatan yang Digunakan untuk Mengimpor Barang Gambar tersebut menunjukkan pengeluaran untuk impor pada berbagai tingkatan pendapatan nasional. Perbedaan antara permintaan aggregate untuk Universitas Sumatera Utara perekonomian tertutup dan perekonomian terbuka adalah ditambahkannya X-M dan bagian ini yang dikenal dengan nama neraca pembangunanpembayaran Mankiw, 2007. Berdasarkan uji statistik t, semua variabel signifikan pada α=10 mempengaruhi Net Ekspor Indonesia dalam jangka pendek. Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel PDB Malaysia memiliki dampak paling besar dibanding variabel-variabel lain yaitu 0.3161, disusul masing-masing oleh variabel PDB Indonesia dan kurs riil dengan koefisien estimasi masing-masing -0.2001 dan 0.0004. Hal ini diartikan bahwa setiap peningkatan PDB Malaysia sebesar 1 juta dollar akan menyebabkan kenaikan Net Ekspor Indonesia sebesar 316.100 dollar dengan asumsi variabel peubah lain adalah tetap ceteris paribus. Sedangkan setiap kenaikan 1 juta dollar pada PDB Indonesia akan menurunkan Net Ekspor Indonesia sebesar 200.100 dollar begitu juga dengan kenaikan Rp. 1 kurs riil akan menaikkan Net Ekspor Indonesia sebesar 0.0004 dollar dengan asumsi variabel lain adalah tetap Cet. Par. Dilihat dari nilai estimasi koefisien regresi maka faktor yang dominan mempengaruhi Net Ekspor Indonesia di dalam jangka pendek adalah PDB Malaysia. Uji ECM PDB Singapura Model ECM untuk melihat hubungan antara Net Ekspor Indonesia dan PDB Indonesia, PDB Singapura dan kurs riil diatas seperti yang tertulis pada persamaan 3.12 sebelumnya adalah: Universitas Sumatera Utara ∆NX t = α + α 1 ∆Y_Ind t + α 2 ∆Y_Sin t + α 3 ∆Kurs t + α 4 ECT 2 + t …………...… 3.12 Dari hasil analisis regresi ECM bila ditulis dalam bentuk persamaan linier adalah sebagai berikut: DNX = 0.02 - 0.1381 DPDB Indonesia + 0.1995 DPDB Singapura + 0.0003 DKurs Riil SE 0.5960 0.0469 0.1372 0.0002 t statistik 0.0338 -2.9445 1.4538 1.3785 - 0.6842 ECT-1 SE 0.1806 t statistik -3.7877 R 2 = 0.5665 Prob F-statistik = 0.0007 DW = 1.5435 Fstatistik = 7.1877 Hasil regresi menunjukkan koefisien koreksi kesalahan signifikan pada α=1 yaitu sebesar -0.6842, dengan tanda negatif pada koefisien yang sesuai dengan teori. Nilai ECT tersebut menunjukkan bahwa -684.200 dollar ketidakseimbangan dalam jangka pendek akan disesuaikan dalam setiap tahunnya. α 4 ECT 2 0 akibatnya ∆Net Ekspor Indonesia 0 agar kembali pada ke keseimbangan, artinya jika Net Ekspor Indonesia berada diatas nilai keseimbangannya, maka Net Ekspor Indonesia akan menurun pada periode berikutnya untuk mengoreksi kesalahan keseimbangan. Regresi perilaku Net Ekspor Indonesia jangka pendek pada kasus PDB Singapura menunjukkan bahwa tanda semua koefisien sesuai dengan teori ekonomi. Komponen perubahan Net Ekspor Indonesia yaitu PDB Indonesia bertanda negatif, sedangkan kurs riil dan PDB Singapura bertanda positif. Berdasarkan uji statistik t, Universitas Sumatera Utara semua tanda pada koefisien regresi telah sesuai dengan teori ekonomi dan signifikan pada α=10 mempengaruhi Net Ekspor Indonesia dalam jangka pendek. Koefisien regresi PDB Indonesia sebesar -0.1381 artinya setiap kenaikan PDB Indonesia sebesar 1 juta dollar akan menurunkan Net Ekspor Indonesia sebesar 138.100 dollar dengan asumsi variabel lain adalah tetap Cet. Par. Koefisien regresi PDB Singapura sebesar 0.1995 artinya setiap kenaikan PDB Singapura sebesar 1 juta dollar akan menaikkan Net Ekspor Indonesia sebesar 199.500 dollar dengan asumsi variabel lain adalah tetap Cet. Par. Koefisien regresi kurs riil sebesar 0.0003 artinya setiap kenaikan kurs riil sebesar Rp.1 akan menaikkan Net Ekspor Indonesia sebesar 0.0003 dollar dengan asumsi variabel lain adalah tetap Cet. Par. Uji ECM PDB Amerika Model ECM untuk melihat hubungan antara Net Ekspor Indonesia dan PDB Indonesia, PDB Amerika dan kurs riil diatas seperti yang tertulis pada persamaan 3.13 sebelumnya adalah: ∆NX t = α + α 1 ∆Y_Ind t + α 2 ∆Y_US t + α 3 ∆Kurs t + α 4 ECT 3 + t …………..… 3.13 Dari hasil analisis regresi ECM bila ditulis dalam bentuk persamaan linier adalah sebagai berikut: DNX = -0.7204 - 0.0988 DPDB Indonesia + 0.005 DUS + 0.0003 DKurs Riil SE 0.7759 0.0314 0.0026 0.0002 t statistik -0.9284 -3.1475 1.9375 1.4608 - 0.5759 ECT-1 SE 0.1641 t statistik -3.5087 Universitas Sumatera Utara R 2 = 0.6275 Prob F-statistik = 0.0002 DW = 1.5135 Fstatistik = 9.2647 Hasil regresi menunjukkan koefisien koreksi kesalahan bertanda negatif signifikan pada α=1 yaitu sebesar -0.5759, hal ini tentunya telah sesuai dengan teori. Nilai ECT tersebut menunjukkan bahwa -575.900 dollar ketidakseimbangan dalam jangka pendek akan disesuaikan dalam setiap tahunnya. α 4 ECT 3 0 akibatnya ∆Net Ekspor Indonesia 0 agar kembali pada ke keseimbangan, artinya jika Net Ekspor Indonesia berada diatas nilai keseimbangannya, maka Net Ekspor Indonesia akan menurun pada periode berikutnya untuk mengoreksi kesalahan keseimbangan. Regresi perilaku Net Ekspor Indonesia jangka pendek pada kasus PDB Amerika menunjukkan bahwa tanda semua koefisien sesuai dengan teori ekonomi. Komponen perubahan Net Ekspor Indonesia yaitu PDB Indonesia bertanda negatif signifikan sedangkan kurs riil dan PDB Amerika bertanda positif signifikan. Berdasarkan uji statistik t, semua variabel signifikan pada α=10 mempengaruhi Net Ekspor Indonesia dalam jangka pendek. Hasil estimasi jangka pendek menunjukkan bahwa variabel PDB Indonesia memiliki pengaruh paling besar dibanding variabel- variabel yang lain yaitu sebesar -0.0988 lalu disusul oleh PDB Amerika dengan koefisien estimasi sebesar 0.005 dan kurs riil sebesar 0.0003. Hal ini diartikan bahwa setiap peningkatan PDB Indonesia sebesar 1 juta dollar akan menyebabkan penurunan Net Ekspor Indonesia sebesar 98.800 dollar dengan asumsi variabel peubah lain adalah tetap Cet. Par. Sedangkan setiap kenaikan PDB Amerika sebesar 1 juta dollar akan menyebabkan kenaikan Net Ekspor Indonesia sebesar 5.000 dollar Universitas Sumatera Utara dan setiap kenaikan kurs riil sebesar Rp. 1 akan menaikkan Net Ekspor Indonesia sebesar 0.0003 dollar dengan asumsi variabel lain adalah tetap Cet. Par. Uji ECM PDB Thailand Model ECM untuk melihat hubungan antara Net Ekspor Indonesia dan PDB Indonesia, PDB Thailand dan kurs riil diatas seperti yang tertulis pada persamaan 3.14 sebelumnya adalah: ∆NX t = α + α 1 ∆Y_Ind t + α 2 ∆Y_Thai t + α 3 ∆Kurs t + α 4 ECT 4 + t ……………….3.14 Dari hasil analisis regresi ECM bila ditulis dalam bentuk persamaan linier adalah sebagai berikut: DNX = 0.1572 - 0.1798 DPDB Indonesia + 0.1436 DPDB Thailand + 0.0007 DKurs Riil SE 0.7212 0.0827 0.1622 0.0004 t statistik 0.218 -2.1745 0.8851 1.8194 ‐ 0.7223 ECT‐1 SE 0.1895 t statistik -3.8122 R 2 = 0.5462 Prob F-statistik = 0.001 DW = 1.6034 Fstatistik = 6.6212 Hasil regresi diatas menunjukkan koefisien koreksi kesalahan ECT signifikan pada α=1 yaitu sebesar -0.7223, dengan tanda negatif pada koefisien yang sesuai dengan teori. Nilai ECT tersebut menunjukkan bahwa -722.300 dollar ketidakseimbangan dalam jangka pendek akan disesuaikan dalam setiap tahunnya. α 4 ECT 4 0 akibatnya ∆Net Ekspor Indonesia 0 agar kembali pada ke keseimbangan, artinya jika Net Ekspor Indonesia berada diatas nilai Universitas Sumatera Utara keseimbangannya, maka Net Ekspor Indonesia akan menurun pada periode berikutnya untuk mengoreksi kesalahan keseimbangan. Hasil regresi perilaku Net Ekspor Indonesia jangka pendek pada kasus PDB Thailand menunjukkan bahwa tanda semua koefisien telah sesuai dengan teori. Semua koefisien estimasi variabel bebas adalah signifikan pada α=10 mempengaruhi Net Ekspor Indonesia dalam jangka pendek kecuali PDB Thailand sendiri. Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel PDB Indonesia memiliki dampak yang paling besar dibanding variabel-variabel lain yaitu -0.1798 lalu disusul oleh kurs riil dengan koefisien estimasi sebesar 0.0007. Hal ini diartikan bahwa setiap peningkatan PDB Indonesia sebesar 1 juta dollar akan menyebabkan penurunan pada Net Ekspor Indonesia sebesar 179.800 dollar dengan asumsi variabel lain adalah tetap Cet. Par. Sebaliknya dengan kurs riil, setiap kenaikan Rp. 1 pada kurs riil akan menyebabkan kenaikan pada Net Ekspor Indonesia sebesar 0.0007 dollar dengan asumsi variabel lain adalah tetap Cet. Par. Sedangkan koefisien estimasi PDB Thailand jangka pendek adalah sebesar positif 0.1436 atau 143.600, tanda koefisien telah sesuai dengan teori tetapi secara uji statistik t nilai koefisien estimasi tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Net Ekspor Indonesia.

4.8. Hasil Pengujian Hubungan Jangka Panjang