bersangkutan lebih murah, dengan asumsi bahwa harga domestik kedua negara konstan. Sebaliknya, depresiasi mata uang suatu negara terhadap mata uang negara
lain mengakibatkan barang atau jasa luar negeri negara yang bersangkutan lebih murah, dan barang atau jasa luar negeri di negara yang bersangkutan lebih mahal,
dengan asumsi bahwa harga domestik kedua negara konstan Mata uang luar negeri diperdagangkan pada bursa mata uang paralel atau pada
sistem perbankan dan sistem pertukaran uang. Sistem perbankan siap membeli dan menjual denominasi deposit mata uang luar negeri karena dealer ini mempunyai
media komunikasi dengan biaya transaksi lebih rendah. Pasar paralel mata uang luar negeri sangat bersaing sehingga pengaruhnya terhadap fungsi pasar tidak berbeda
dengan pusat pasar mata uang internasional. Jika satu bank membeli deposit dalam bentuk mata uang USD dari pasar mata uang luar negeri maka bank tersebut membeli
deposit dalam denominasi mata uang USD. Mata uang luar negeri dapat dibeli dari pasar dealer seperti bank dan atau pasar pengecer lainnya. Biasanya harga pada pasar
dealer lebih tinggi dari harga pada pusat pasar mata uang internasional sehingga jumlah unit pembelian pada pasar dealer lebih kecil dibandingkan dengan jumlah unit
pembelian pada pusat pasar mata uang internasional.
2.5. Model Ekonomi Terbuka
Model perekonomian terbuka dikembangkan oleh Mundell-Fleming 1999, 2001 2002 dalam Mankiw 2007 adalah versi perekonomian terbuka dari model
IS-LM. Salah satu pelajaran dari model Mundell-Fleming adalah perilaku
Universitas Sumatera Utara
perekonomian tergantung pada sistem nilai tukarkurs yang diadopsinya. Analisis ekonomi moneter terbuka dengan ekspektasi rasional adalah mencakup penentuan
nilai tukar mengambang atau floating exchange rate. Hubungan perdagangan dengan negara tertentu menganut sistem uang kertas atau fiat money, artinya uang kertas yang
dijual oleh otoritas moneter merupakan alat transaksi internal. Harga satu unit mata uang terhadap mata uang lainnya ditentukan oleh pasar mata uang luar negeri atau
foreign exchange market, yang disebut dengan nilai tukar. Penggunaan model agregasi ekonomi makro merupakan alat analisis dalam penentuan nilai tukar mata
uang. Masuknya perdagangan internasional dalam Model IS menjelaskan model
ekonomi terbuka, yaitu:
x g
i c
y +
+ +
=
……………………………………………… 2.10 dimana:
y = output riil agregat , c = konsumsi riil rumahtangga,
i = investasi atau konsumsi riil perusahaan, g = konsumsi riil pemerintah, dan
x = adalah ekspor riil neto.
2.6. Penelitian Terdahulu
Penelitian Azis 2007, tentang implementasi algoritma cluster fuzzy dan neuro fuzzy studi kasus ekspor Indonesia ke Jepang, salah satu kesimpulan dari
Universitas Sumatera Utara
penelitian ini adalah menunjukkan bahwa secara keseluruhan peningkatan pendapatan Jepang dan nilai tukar riil Jepang-Indonesia peningkatan harga kompetitif Indonesia
akan berdampak positif terhadap ekspor Indonesia ke Jepang.
Aji 2006 dalam “Analisis Kinerja Ekspor Perikanan Indonesia ke Jepang
dan Amerika Serikat Tahun 1984-2003” menganalisis kinerja ekspor serta faktor- faktor yang mempengaruhi ekspor perikanan Indonesia ke Jepang dan Amerika
Serikat dengan analisis Constant Market Share dan adaptasi model Calna-Falcetti. Dengan membagi dua data time series 10 tahunan ekspor perikanan, memperlihatkan
bahwa ekspor ke Jepang 1984-1993 mengalami kenaikan sedangkan 1994-2003 mengalami penurunan kedua periode ekspor ini didorong oleh efek pertumbuhan
pasar Jepang. Ekspor ke Jepang signifikan dipengaruhi oleh pendapatan Jepang. Harga ekspor relatif berhubungan negatif sedangkan pendapatan mitra dagang
berhubungan positif dengan permintaan ekspor. Kusumadewi 2005 melakukan penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan ekspor tekstil dan produk tekstil di Indonesia periode tahun 2000-2005. Dalam penelitian Kusumadewi, estimasi yang dipakai menggunakan model penelitian
yang dilakukan sebelumnya tentang permintaan ekspor di Pakistan oleh Khumar dan Dhawan 1991. Penelitian dengan menggunakan data panel, dengan data triwulanan
dari tahun 2000-2005 pernegara mitra dagang untuk mengetahui permintaan ekspor komoditi TPT Industri Tekstil dan Produk Tekstil, final good dan intermediate
good. Didalam estimasi, uji signifikansi yang dilakukan adalah random effect yang merupakan bagian dari analisis data panel. Dengan sebelumnya melakukan uji
Universitas Sumatera Utara
spesifikasi F-test dan Hausman-test. Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel nilai tukar berpengaruh secara positif terhadap permintaan ekspor TPT, variabel harga
relatif berpengaruh secara negatif terhadap permintaan ekspor TPT. Analisa juga dilakukan untuk mengetahui jenis komoditi yang dapat ditingkatkan produksinya
untuk dapat menjadi unggulan serta negara mitra dagang mana saja menggunakan fixed effect model yang memiliki potensi eskpor bagi Indonesia.
Selanjutnya Hidayat 2004 meneliti tentang analisis ekspor produk pertanian dan non pertanian terhadap pendapatan nasional di Indonesia, dengan menggunakan
data time series 1981, penelitian ini menunjukkan bahwa ekspor pertanian dan non pertanian berpengaruh positif terhadap pendapatan nasional. Dari penelitian ini juga
terlihat bahwa ekspor pertanian lebih besar dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi.
Malik 2004 menjelaskan dalam ekspor tekstil Pakistan dipengaruhi oleh permintaan ekspor dan penawaran ekspor. Permintaan ekspor dipengaruhi oleh harga
tekstil ekspor, nilai tukar efektif riil riil effective exchange rate dan pendapatan dunia. Dari hasil regresi yang dilakukan oleh Afia Malik terhadap permintaan dan
penawaran ekspor TPT di Pakistan disimpulkan bahwa : 1. Permintaan ekspor TPT Pakistan dipengaruhi oleh pendapatan dunia yang
bertanda positif pada tingkat kepercayaan 95, sedangkan variabel harga ekspor dan nilai tukar efektif riil bertanda negatif tetapi tidak signifikan;
2. Penawaran ekspor TPT Pakistan harga domestik bertanda negatif sedangkan variabel yang lain bertanda positif, dan pada tingkat kepercayaan 90 variabel
Universitas Sumatera Utara
nominal nilai tukar berpengaruh signifikan sedangkan variabel lainnya tidak signifikan;
3. Hasil dari regresi tersebut sama seperti yang dilakukan oleh Reidel 1988 yang melakukan penelitian terhadap penawaran dan permintaan ekspor manufaktur
Hongkong, dimana variabel harga dan pendapatan tidak signifikan sedangkan permintaan ekspor dipengaruhi oleh harga. Sebagian negara-negara kecil dalam
perdagangan, pendapatan dunia tidak mempunyai pengaruh terhadap ekspor. Tetapi ada perbedaan antara Hongkong dan Pakistan dalam menghadapi
hambatan non tariff dan daya saing produknya. Dan ternyata faktor mutu produk berpengaruh terhadap ekspor di negara-negara berkembang.
Anoraga 2004 dalam “Pengaruh Fluktuasi Rupiah PDB Mitra Dagang
Indonesia Terhadap Ekspor Indonesia” memperlihatkan bahwa variabel PDB Jepang dan Korea Selatan memiliki hubungan positif pada seluruh periode 1980-1997, 1998-
2003, 1980-2003 dengan volume ekspor Indonesia hal ini disebabkan posisi Indonesia menduduki peringkat ke 6 di Jepang sedang di korea menduduki peringkat
ke 5, sedangkan variabel PDB Amerika tidak signifikan mempengaruhi ekspor Indonesia hal ini juga diterangkan bahwa Indonesia hanya berada pada peringkat ke
19 di Amerika. Hal ini memberikan dukungan bahwa kondisi perekonomian Jepang punya pengaruh terhadap ekspor Indonesia secara keseluruhan.
Penelitian Lihan dan Yogi 2003 tentang ekspor dan pengaruhnya terhadap PDB Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh
pertumbuhan ekspor pada pertumbuhan PDB Indonesia. Data sekunder disusun dalam
Universitas Sumatera Utara
data runtun waktu time series dari tahun 1983 sampai dengan tahun 2001. Data dianalisis dengan menggunakan regresi berganda dengan pendekatan “Ordinary Least
Square” OLS. Hasil analisis menunjukkan bahwa peranan sektor ekspor di Indonesia tidak berpengaruh nyata terhadap perkembangan PDB di Indonesia.
Sedangkan Hamori dan Matsubayashi 2001 menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan jangka panjang antara kuantitas impor, real income dan harga relatif dengan menggunakan pendekatan metode standar EngleGranger serta
GregoryHansen, namun dengan tes Johansen terdeteksi paling tidak ada kointegrasi di lag pertama dan ke-delapan dari VAR dan tidak terjadi kointegrasi
pada lag ke-empat. Demikian pula dengan tes Johansen Bahmani-Oskooee dan Niroomand 1998 serta Masih dan Masih 2001 memperlihatkan adanya
kointegrasi. Beberapa penelitian tentang permintaan import Jepang ini menunjukkan implementasi empiris model permintaan import dimana kuantiti import memiliki
hubungan dengan pendapatan dalam negeri domestic income dan harga relatif antara domestik dan harga impor.
Susilo 2001 meneliti tentang dampak ketidakpastian nilai tukar efektif riil Indonesia terhadap pertumbuhan ekspor non migas riil, menggunakan periode waktu
1979.1 – 1998.4. Hipotesa yang diuji adalah apakah ketidakpastian nilai tukar efektif riil mempunyai dampak negatif terhadap ekspor non migas riil baik dalam jangka
pendek maupun jangka panjang. Hasil uji kointegrasi prosedur Johansen adanya kointegrasiketerkaitan antara variabel ekspor non migas riil dengan pendapatan luar
negeri, harga relatif, index nilai tukar dan ketidakpastian nilai tukar riil. Temuan
Universitas Sumatera Utara
penelitian ini juga menunjukkan bahwa hanya dalam jangka panjang variabel ketidakpastian nilai tukar efektif riil memberikan dampak negatif terhadap ekspor non
migas riil, sedangkan dalam jangka pendek tidak mempengaruhi ekspor non migas riil.
Zainal 2007, meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor sepatu olah raga dan sepatu kulit Indonesia tahun 2002 – 2006. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan data panel untuk mengestimasi permintaan ekspor sepatu olah raga dan sepatu kulit. Dari hasil regresi menggunakan eviews-4
diperoleh hasil bahwa permintaan ekspor sepatu olah raga, model yang terbaik adalah random effect, sedangkan permintaan eskspor sepatu kulit model yang terbaik adalah
fixed effect. Hasil estimasi penelitian menunjukkan bahwa variabel PDB riil berpengaruh positif terhadap permintaan ekspor sepatu olah raga, variabel harga
relatif berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor sepatu kulit, dan variabel nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara mitra dagang berpengaruh positif terhadap
permintaan ekspor sepatu kulit. Dalam penelitian Sinha Roy 2007 dikatakan bahwa hasil ekspor dalam
jangka panjang dapat dihubungkan dengan faktor-faktor permintaan dan penawaran.
Dalam model penelitian Goldstein dan Khan 1978, 1985 dalam Sinha Roy 2007
menunjukkan bahwa faktor-faktor penawaran dan permintaan adalah sama pentingnya dalam menentukan peningkatan ekspor lintas negara. Dengan
mengembangkan model persamaan simultan disepanjang garis model subtitusi tidak sempurna dengan nilai tukar riil dan permintaan dunia sebagai determinan disisi
Universitas Sumatera Utara
permintaan, dan harga relatif dan kemampuan penawaran sebagai variable explanatory disisi penawaran. Dengan menggunakan Error Correction Model untuk
sampai kepada estimasi. Hasil menunjukkan representasi signifikan error correction bagi keduanya yaitu sisi permintaan dan penawaran dan estimasi ditemukan menjadi
kuat untuk semua group produk disaggregat. Hanya pengecualian dipola ini adalah diekspor garmen dan tekstil, dimana representasi simultan error correction
ditemukan tidak sesuai. Faktor permintaan ditemukan lebih berpengaruh dalam menjelaskan pelaksanaan ekspor disaggregat di India selama 1960-1999. Dalam
hubungannya dengan harga, respon permintaan terhadap ekspor manufaktur adalah tidak signifikan, tetapi signifikan terhadap ekspor barang-barang kimia, mesin dan
peralatan transport. Seluruh ekspor disaggregate memiliki responkaitan terhadap permintaan dunia. Rendah atau penurunan atas permintaan dunia menghambat
pertumbuhan ekspor. Ekspor, bagaimanapun, tidak merespon secara signifikan pertumbuhan permintaan dunia selama masa 1960-an. Hal ini dikarenakan
pembatasan secara besar-besaran diperdagangan tekstil dunia dan tingginya volume perdagangan antara negara maju. Ekspor merespon permintaan dunia semenjak awal
tahun 1970-an, khususnya semenjak pertengahan tahun 1980-an ketika meningkatnya pengaruh ekspor terhadap pertumbuhan permintaan dunia dari negara-negara
berkembang di Asia. Penelitian Nuryadin Sodik 2005 mengenai Volatilitas Nilai Tukar dan
Pertumbuhan Ekspor Studi Kasus Ekspor Indonesia: 1980:1-2004:4 dengan menggunakan uji kointegrasi Johansen Maximum Likelihood untuk estimasi jangka
Universitas Sumatera Utara
panjang dan Error Correction Model untuk mengestimasi hubungan jangka pendek. Data sekunder disusun dalam data runtut waktu dari tahun 1980 sampai dengan tahun
2004 dan variabel-variabel yang mempengaruhinya antara lain yakni rasio harga, pendapatan luar negeri, nilai tukar riil dan volatilitas nilai tukar. Hasil analisis
menyimpulkan bahwa variabel-variabel tersebut memiliki hubungan dalam jangka panjang atau berkointegrasi dan secara umum koefisien estimasi setiap variabel baik
dalam jangka panjang atau jangka pendek memiliki tanda konsisten dengan teori.
2.7. Kerangka Konsep