Uji Asumsi Klasik Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si 4. Kasyful Mahalli, SE, M.Si

Hipotesis nol untuk persamaan 3.6 adalah jika = 0 atau ρ = 1 maka diperoleh unit root, artinya time series tidak stasioner. Untuk hipotesis alternatif, apabila = 1 atau ρ = 0, artinya time series adalah stasioner. Seri yang belum stasioner dapat dijadikan stasioner melalui proses diferensiasi. Diferensiasi Y t pada derajat pertama I 1 dapat dinyatakan sebagai berikut: ∆ 2 Y t = β + β 1 ∆Y t-1 + t ………………………………………… 3.6 Jika hipotesis nol β 1 =0 ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa Y t telah stasioner pada derajat pertama I 1. Untuk menguji hipotesis nol adalah menaksir persamaan 3.7 dengan OLS Ordinary Least Square yaitu membagi taksiran koefisien Y t-1 setiap standard error digunakan untuk menghitung tau statistika dan membandingkannya dengan table DF. Jika nilai mutlak dari statistik tau | τ| lebih besar dari DF atau Mc. Kinnon maka hipotesis nol ditolak atau time series adalah stasioner.

3.7. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linier berganda yang berbasis Ordinary Least Square OLS. Pada prinsipnya model regresi linier yang dibangun sebaiknya tidak boleh menyimpang dari asumsi BLUE Best, Linier, Unbiased dan Estimator. Ada tiga uji asumsi klasik yang akan dilakukan dalam penelitian ini antara lain: Universitas Sumatera Utara 1. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi adalah untuk melihat apakah terjadi korelasi antara suatu periode t dengan periode sebelumnya t -1. Secara sederhana adalah bahwa analisis regresi adalah untuk melihat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat, jadi tidak boleh ada korelasi antara observasi dengan data observasi sebelumnya. Uji autokorelasi hanya dilakukan pada data time series runtut waktu dan tidak perlu dilakukan pada data cross section seperti pada kuesioner di mana pengukuran semua variabel dilakukan secara serempak pada saat yang bersamaan. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi pada data maka dilakukan Breusch-Godfrey test BG test melalui LM test Langrange Multiplier test dan diteruskan dengan pembuktian gambar pada correlogram untuk melihat apakah ada data yang melewati batas yang digunakan dalam uji Barlett. Kedua uji ini sudah cukup untuk membuktikan apakah data mengandung autokorelasi atau tidak. Ada tidaknya korelasi dapat dilihat bahwa probability dari ObsR-square hasil pengujian dengan Breusch-Godfrey: Bila probability α =5, berarti tidak ada autokorelasi; Bila probability α = 5, berarti terjadi autokorelasi. Nilai p autoregresif dari BG test tidak dapat ditentukan secara teoritis dan biasanya ditentukan berdasarkan percobaan Akaike and Schwarz information criteria untuk menentukan panjang tenggang waktu p. Menurut tabel regresi diatas ditunjukkan bahwa panjang tenggang waktu p=4 pembulatan kebawah. Universitas Sumatera Utara 2. Uji Normalitas Untuk melihat apakah semua error mempunyai distribusi yang normal atau tidak maka perlu dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji Jarque-Bera JB. Untuk mendeteksi apakah error-nya berdistribusi normal atau tidak kita perlu membandingkan antara nilai Jarque-Bera JB dengan χ 2 tabel, yaitu: a. Jika nilai JB χ 2 tabel, maka error‐nya berdistribusi tidak normal; b. Jika nilai JB χ 2 tabel, maka error‐nya berdistribusi normal. 3. Uji Spesifikasi Model Linieritas Uji spesifikasi model dilakukan melalui Ramsey Reset test untuk mendeteksi apakah model linear atau tidak dengan cara membandingkan F statistik dengan F tabel yaitu: a. Jika nilai F statistik F tabel maka hipotesis yang menyatakan bahwa model linier, ditolak; b. Jika nilai F statistik F tabel maka hipotesis yang menyatakan bahwa model linier, diterima.

3.8. Uji Kointegrasi Johansen Johansen Cointegration Test