Latar Belakang Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si 4. Kasyful Mahalli, SE, M.Si

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia, namun faktor keterbukaan ekonomi dan kapasitas ekonomi Indonesia membuat Indonesia rentan terhadap gejolak ekonomi dunia. Bahkan gejolak ekonomi yang terjadi dinegara lain, bisa mempunyai pengaruh yang besar bagi perekonomian lokal Indonesia. Faktor keterbukaan perekonomian membuat Indonesia harus senantiasa melakukan antisipasi terhadap setiap gejolak yang timbul dalam perekonomian dunia, terutama negara-negara yang menjadi mitra dagang utama Indonesia. Perubahan dalam perekonomian global bisa membawa pengaruh positif dan negatif bagi perekonomian Indonesia. Gejolak perekonomian dunia yang membawa pengaruh negatif ini yang harus dapat diantisipasi dengan tepat oleh Indonesia agar dapat meredam pengaruh negatif terhadap perekonomian Indonesia. Gejolak perekonomian luar dapat terasa kedalam perekonomian Indonesia melalui beberapa variable makro ekonomi, diantaranya, real exchange ratekurs nilai tukar riil dan net export nilai ekspor bersihnet ekspor. Dua variable ini merupakan variable yang langsung berhubungan dengan perekonomian global dan juga merupakan cerminan perubahan dalam perekonomian global. 1 Universitas Sumatera Utara Kinerja net ekspor ini sangat dipengaruhi oleh kapasitas perekonomian dalam negeri, kurs atau nilai tukar riil, dan kapasitas perekonomian negara-negara lain didunia. Dalam konteks kapasitas perekonomian dunia inilah, analisis perekonomian negara lain terhadap Negara Indonesia menjadi sangat penting untuk dilakukan. Karena perubahan kapasitas perekonomian yang dalam hal ini adalah Gross Domestic Product GDP atau Produk Domestik Bruto PDB negara lain di dunia akan membawa pengaruh bagi perekonomian Indonesia. Karena perubahan PDB negara- negara mitra dagang Indonesia akan mempunyai pengaruh permintaan produk barang dan jasa dari Indonesia. Tentu yang paling besar pengaruhnya dan langsung terhadap perekonomian Indonesia adalah negara-negara yang menjadi mitra dagang utama Negara Indonesia, dimana sebahagian besar barang dan jasa yang di produksi Indonesia akan di pasarkan di negara mitra dagang utama. Begitu juga sebaliknya, produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh negara mitra dagang utama akan menjadi konsumsi masyarakat Indonesia dalam bentuk konsumsi barang dan jasa import. Yang dalam hal ini bergantung pada besarnya permintaan dalam negeri Indonesia terhadap produk luar negeri. Dari sisi yang lain peran net ekspor ini juga sangat besar pengaruhnya bagi perekonomian Indonesia, dimana net ekspor dapat menjadi pendorong bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia disaat variable investasi belum mampu menjadi pendorong utama bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Net ekspor juga sangat membantu Indonesia dalam upaya untuk dapat meningkatkan daya saing produk terhadap produk-produk negara lain didunia, sehingga diharapkan Indonesia, selain Universitas Sumatera Utara memiliki keunggulan komparatif, juga memiliki keunggulan kompetitif di dunia atas produk yang dihasilkan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 1985 sebesar 2.47. Hal in terjadi karena Indonesia harus menghadapi tantangan yang cukup berat yaitu kelesuan kegiatan ekonomi dalam negeri ditambah lagi dengan penurunan harga minyak bumi yang cukup tajam serta melemahnya daya saing barang-barang produksi dalam negeri sehingga penerimaan devisa dari ekspor menurun yang mengakibatkan neraca perdagangan Indonesia defisit. Pada tahun 1995, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai angka yang tertinggi, yakni sebesar 8.22. Kenaikan ini sebagian besar didorong oleh kenaikan konsumsi dan sebagai dampak dari adanya boom investasi yang terjadi pada tahun 1995 dengan nilai investasi sebesar 39.914,7 juta US Dollar. Krisis moneter dan krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 yang berlanjut menjadi krisis multidimensi membawa dampak pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pada tahun 1998 pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan yang cukup tajam sebesar -13.12. Lalu pada tahun-tahun berikutnya perekonomian nasional Indonesia mengalami pemulihan meskipun bila dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya yang mengalami krisis serupa, proses pemulihan ekonomi Indonesia relatif lebih lambat. Memasuki tahun 2000-an, perekonomian Indonesia diwarnai oleh nuansa optimisme yang cukup tinggi. Hal ini ditandai antara lain dengan menguatnya nilai tukar rupiah sejalan dengan penurunan inflasi dan tingkat suku bunga pada sektor riil. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2000 sebesar 4.86 lebih tinggi dari perkiraan Universitas Sumatera Utara awal tahun oleh Bank Indonesia sebesar 3 sampai dengan 4. Sementara pada tahun 2002 perekonomian Indonesia semakin membaik dibandingkan tahun 2001. Berdasarkan perhitungan PDB atas dasar harga konstan 1993, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2002 adalah sebesar 3.66 dan laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2001 sebesar 3.45, sementara pada tahun 2003 laju pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah sebesar 4.1. Perekonomian Indonesia menunjukkan kinerja yang membaik dan lebih stabil selama tahun 2003 sebagaimana yang tercermin pada pertumbuhan ekonomi yang meningkat. Walaupun demikian pertumbuhan ekonomi yang terjadi masih belum memadai untuk menyerap tambahan angkatan kerja sehingga jumlah pengangguran masih mengalami kenaikan. Aktifitas perdagangan dunia yang masih lesu mengakibatkan pertumbuhan volume ekspor Indonesia, khususnya komoditas nonmigas, relatif rendah. Dalam situasi demikian, kinerja ekspor secara nominal sangat terbantu oleh meningkatnya harga komoditas migas dan nonmigas dipasar internasional sehingga secara keseluruhan nilai ekspor pada tahun 2003 masih mengalami kenaikan yang signifikan dan menjadi penopang utama terjadinya surplus transaksi berjalan selama tahun 2003 Laporan Bank Indonesia, 2003. Perekonomian Indonesia pada tahun 2004 mengalami pertumbuhan sebesar 5.13 dibanding tahun 2003. Surplus transaksi berjalan disumbang oleh peningkatan ekspor sejalan dengan kenaikan volume perdagangan dunia dan harga komoditi. Namun demikian kenaikan ekspor tersebut diimbangi pula oleh kenaikan impor dan jasa-jasa secara signifikan sehingga transaksi berjalan pada tahun laporan mencatat Universitas Sumatera Utara surplus yang lebih rendah dari tahun 2003. Nilai PDB atas dasar harga konstan pada tahun 2004 mencapai Rp. 1.660,0 trillin, sedangkan pada tahun 2003 sebesar Rp. 1.579,6 triliun. Bila dilihat berdasar harga yang berlaku, PDB tahun 2004 naik sebesar Rp. 257,1 triliun dari Rp. 2.045,9 triliun pada tahun 2003 menjadi sebesar Rp. 2.303 triliun pada tahun 2004. Laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada transaksi ekspor dan impor masing-masing meningkat sebesar 11.05 dan 10.38. Kegiatan ekspor-impor barang dan jasa porsinya mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya 2003, yaitu ekspor dari 30.65 menjadi 30.91, dan impor meningkat relatif cukup tinggi yakni dari 23.02 menjadi 26.93 Berita Resmi Statistik, February 2005. Kinerja perekonomian Indonesia pada tahun 2005 mengalami pertumbuhan sebesar 5.60, terutama ditopang oleh pertumbuhan permintaan domestik yang relatif tinggi diparo pertama 2005. Meskipun lebih tinggi dari pertumbuhan sebesar 5.1 pada 2004, laju pertumbuhan yang dicapai 2005 lebih rendah dari perkiraan diawal tahun dan cenderung melambat. Setelah domestik pada paro kedua 2005 juga telah mendorong menurunnya impor, terutama impor bahan baku dan barang modal sehingga memperbaiki kontribusi sektor eksternal terhadap pertumbuhan ekonomi. Kenaikan harga minyak dan pengetatan moneter dunia memberikan dampak pada pelemahan nilai tukar yang pada gilirannya memperlambat pertumbuhan investasi. Ekspor juga tumbuh melambat seiring dengan semakin lemahnya permintaan dunia dan menurunnya daya saing produk ekspor Indonesia. Nilai PDB atas dasar harga konstan pada tahun 2005 mencapai Rp. 1.749,5 triliun, sedangkan pada tahun 2004 Universitas Sumatera Utara sebesar Rp. 1.656,8 triliun. Bila dilihat berdasar harga yang berlaku, PDB tahun 2005 naik sebesar Rp. 468 triliun dari Rp. 2.261,7 triliun pada tahun 2004 menjadi sebesar Rp. 2.729,7 triliun pada tahun 2005. Laju pertumbuhan yang tertinggi terjadi pada konsumsi pemerintah dan transaksi ekspor yang masing-masing meningkat sebesar 20.22 dan 5.08. Sementara dalam pola distribusi PDB penggunaan, ekspor barang dan jasa dari 32.25 meningkat menjadi sebesar 33.54. Demikian pula dengan kegiatan impor barang dan jasa yang porsinya juga mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya 2004 dari 27.57 menjadi 29.21 Berita Resmi Statistik, February 2006. Pertumbuhan ekonomi tahun 2006 sebagian besar bersumber dari komponen ekspor barang dan jasa. Perekonomian Indonesia pada tahun 2006 mengalami pertumbuhan sebesar 5.5 dibanding tahun 2005. Neraca perdagangan mencatat surplus yang lebih besar ditopang kinerja ekspor yang tumbuh pesat sementara impor melambat akibat belum pulihnya permintaan domestik. Membaiknya kinerja ekspor didukung pertumbuhan ekonomi global yang relatif masih kuat dan harga komoditas primer yang masih tinggi dipasar internasional. Nilai PDB atas dasar harga konstan pada tahun 2006 mencapai Rp. 1.846,7 triliun, sedangkan pada tahun 2005 sebesar Rp. 1.759 triliun. Bila dilihat berdasarkan harga berlaku, PDB tahun 2006 naik sebesar Rp. 553,2 triliun dari Rp. 2.785,0 triliun pada tahun 2005 menjadi sebesar Rp. 3.338,2 triliun pada tahun 2006. Dari 5.5 pertumbuhan tahun 2006 sebesar 4.1 bersumber dari komponen ekspor barang dan jasa. Ekspor barang dan jasa tumbuh mencapai 9.2, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan impor yang Universitas Sumatera Utara mencapai 7.6. Selama 2006, net ekspor memberikan sumbangan positif sebesar 1.4 terhadap pertumbuhan PDB, lebih dari 1.1 pada 2005. Tingginya pertumbuhan ekspor dipengaruhi oleh menguatnya permintaan dunia dan tingginya harga komoditas primer Berita Resmi Statistik, February 2007 dan Bank Indonesia 2006. Perekonomian Indonesia pada tahun 2007 mengalami pertumbuhan sebesar 6.3 dibanding tahun 2006. Nilai PDB atas harga konstan pada tahun 2007 mencapai Rp. 1.964,0 triliun, sedangkan pada tahun 2006 sebesar Rp. 1.847,3 triliun. Jika dilihat berdasarkan harga berlaku, PDB tahun 2007 naik sebesar Rp. 617,9 triliun, yaitu dari Rp. 3.339,5 triliun pada tahun 2006 menjadi sebesar Rp. 3.957,4 triliun pada tahun 2007. Pertumbuhan ekonomi tahun 2007 sebagian besar bersumber dari komponen ekspor barang dan jasa. Ekspor tetap mampu tumbuh tinggi ditengah pertumbuhan ekonomi global yang melambat. Dari 6.3 pertumbuhan tahun 2007 sebesar 3.8 bersumber dari komponen ekspor barang dan jasa. Ekspansi kegiatan ekonomi berdampak pada meningkatnya pertumbuhan impor riil yang tumbuh sebesar 8.9, lebih tinggi bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Disamping perkembangan nilai tukar yang relatif stabil, peningkatan impor juga didukung oleh tingginya permintaan domestik baik konsumsi maupun investasi. Secara rata-rata nilai tukar selama tahun 2007 cenderung menguat, namun bila dibandingkan dengan negara lain dikawasan regional, penguatan rupiah masih relatif rendah sehingga mendukung daya saing ekspor dari sisi harga Berita Resmi Statistik, February 2008 dan Bank Indonesia 2007. Universitas Sumatera Utara Perekonomian Indonesia pada tahun 2008 mengalami pertumbuhan sebesar 6.1 dibanding tahun 2007. Pada tahun 2008, kondisi perekonomian Indonesia kembali diwarnai oleh perkembangan yang sangat dinamis dan penuh tantangan akibat gejolak perekonomian dunia yang relatif drastis perubahannya. Disisi eksternal, meski terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi global, secara keseluruhan ekspor Indonesia masih dapat tumbuh sebesar 9.5 atau lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Tingginya pertumbuhan ekspor terutama ditopang oleh tingginya harga minyak dunia pada semester pertama tahun 2008 yang diikuti pula oleh kenaikan harga komoditas ekspor terutama pertanian dan pertambangan. Meskipun tumbuh tinggi sampai dengan triwulan III-2008, pertumbuhan ekonomi Indonesia secara drastis melambat pada triwulan IV-2008 seiring dengan perlambatan ekonomi dunia yang semakin dalam. Perlambatan pertumbuhan terjadi pada seluruh komponen permintaan agregat terutama ekspor yang anjlok secara tajam seiring dengan turunnya harga komoditas dan pertumbuhan negara mitra dagang. Seiring dengan itu, kuatnya permintaan domestik telah menyebabkan nilai impor juga tumbuh tinggi, baik untuk barang modal, bahan baku, maupun untuk kepentingan konsumsi. Tingginya kebutuhan impor ini menyebabkan neraca transaksi berjalan mencatat defisit pada triwulan II-2008. Nilai PDB atas dasar harga konstan pada tahun 2008 mencapai Rp. 2.028,1 triliun, sedangkan pada tahun 2007 sebesar rp. 1.963,1 triliun. Jika dilihat berdasarkan harga berlaku, PDB tahun 2008 naik sebesar Rp. 1.004,7 triliun, yaitu dari Rp. 3.949,3 triliun pada tahun 2007 menjadi sebesar Rp. 4.954 triliun pada tahun 2008. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 sebagian Universitas Sumatera Utara besar bersumber dari komponen ekspor barang dan jasa. Dari 6.1 pertumbuhan tahun 2006, sebesar 4.6 bersumber dari komponen ekspor barang dan jasa Berita Resmi Statistik, February 2009 dan Bank Indonesia 2008. Atas dasar uraian diatas maka dirasakan perlu adanya antisipasi pengaruh perubahan yang ditimbulkan oleh perubahan perekonomian dunia, terutama mitra dagang sehingga dapat dilakukan antisipasi yang tepat terhadap perekonomian dalam negeri untuk masa selanjutnya.

1.2. Rumusan Masalah