Padang Bulan Medan yaitu https:www.facebook.compdamtirtanadiinfo?ref=page_internal.
Selanjutnya untuk menghindari penurunan kinerja karyawan dapat dilakukan dengan banyak cara, salah satunya dengan menerapkan gaya
kepemimpinan transformasional. Karena dengan penerapan kepemimpinan transformasional bawahan akan merasa dipercaya, dihargai, loyal dan respek
kepada pimpinannya. Pada akhirnya bawahan akan termotivasi untuk melakukan lebih dari yang diharapkan dan ini tentunya akan dapat mewujudkan tujuan
PDAM Tirtanadi. Persoalan inilah yang menarik diteliti untuk membuktikan asumsi–asumsi
bahwa faktor kepemimpinan transformasional akan mempengaruhi kinerja karyawan PDAM Kota Medan. Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik
mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Terhadap Kinerja Karyawan Studi pada PDAM Tirtanadi Cab. Padang Bulan,
Medan”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah disebutkan di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian dari proposal penelitian ini adalah “Adakah
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional terhadap Kinerja Pegawai di PDAM Tirtanadi Cab. Padang Bulan, Medan?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan transformasional.
2. Untuk mengetahui kinerja karyawan PDAM Tirtanadi Cab. Padang Bulan,
Medan. 3.
Untuk mengetahui adakah pengaruh gaya kepemimpinan transformasional dengan kinerja karyawan.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1.
Secara subjektif, sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir dalam menulis karya ilmiah.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai masukan
yang bermanfaat bagi pemimpin di PDAM Tirtanadi Cab. Padang Bulan, Medan.
3. Secara akademis, sebagai bahan masukan bagi pelengkap referensi
maupun bahan perbandingan bagi mahasiswa yang ingin mengadakan penelitian di bidang yang sama.
1.5 Kerangka Teori
1.5.1 Kepemimpinan Transformasional 1.5.1.1 Kepemimpinan
Setiap organisasi harus mempunyai pemimpin, yang secara ideal dipatuhi dan disegani oleh bawahannya. Organisasi tanpa pemimpin akan kacau balau,
oleh karena itu harus ada seorang pemimpin yang memerintah dan mengarahkan bawahannya untuk mencapai tujuan individu, kelompok dan organisasi.
Hasibuan 2007:13 menyatakan bahwa pemimpin adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya untuk mengarahkan orang lain
serta bertanggungjawab atas pekerjaan orang tersebut dalam mencapai suatu tujuan. Kepemimpinan adalah gaya seorang pemimpin mempengaruhi
bawahannya agar mau bekerja sama dan bekerja efektif sesuai dengan perintahnya. Sedangkan Daft 2006:313 menyatakan bahwa kepemimpinan
merupakan kemampuan untuk mempengaruhi orang–orang untuk mencapai tujuan organisasi. Dari beberapa definisi di atas dapat dikatakan bahwa kepemimpinan
merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan. Kekuasaan power adalah kemampuan yang dimiliki
oleh seorang pemimpin untuk mempengaruhi orang lain. Kekuasaan kepemimpinan mendorong adanya visi, kreativitas dan perubahan dalam
organisasi, sehingga dapat memacu karyawan untuk dapat meningkatkan kinerjanya agar dapat mencapai tujuan organisasi.
Dubrin dalam Brahmasari dan Suprayetno, 2008:3 menyatakan bahwa kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi banyak orang melalui komunikasi
untuk mencapai tujuan, cara mempengaruhi orang dengan petunjuk atau perintah,
tindakan yang menyebabkan orang lain bertindak atau merespon dan menimbulkan perubahan positif, kekuatan yang memotivasi dan
mengkoordinasikan organisasi dalam rangka mencapai tujuan, kemampuan untuk menciptakan rasa percaya diri dan dukungan diantara bawahan agar tujuan
organisasi dapat tercapai. Rost dalam Khoirusmadi 2010:7 mendefinisikan kepemimpinan sebagai
sebuah hubungan saling menguntungkan diantara pemimpin dan pengikut bawahan menginginkan perubahan nyata mencerminkan tujuan bersama.
Kepemimpinan melibatkan hubungan pengaruh mendalam, terjadi diantara orang- orang yang menginginkan perubahan signifikan, dan perubahan tersebut
mencerminkan tujuan bersama yang dimiliki oleh pemimpin dan pengikutnya bawahan. Selanjutnya Khoirusmadi menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan
merupakan pola–pola perilaku pemimpin yang digunakan untuk mempengaruhi aktivitas orang–orang yang dipimpin untuk mencapai tujuan dalam suatu situasi
organisasinya yang dapat berubah. Selagi bagaimana pemimpin mengembangkan program organisasinya, menegakkan disiplin yang sejalan dengan tata tertib yang
telah dibuat, memperhatikan bawahannya dengan meningkatkan kesejahteraannya serta bagaimana pimpinan berkomunikasi dengan bawahannya.
Berdasarkan uraian diatas, penulis menyimpulkan bahwa kepemimpinan adalah seni mempengaruhi orang atau kelompok untuk bertindak seperti yang
diharapkan untuk mencapai tujuan perusahaan yang efektif dan efisien.
1.5.1.2 Gaya Kepemimpinan
Tiap pemimpin memiliki gaya tersendiri dalam menerapkan kepemimpinan, seorang pemimpin di perusahaan yang satu dengan pemimpin di
perusahaan yang lainnya belum tentu sama. Terkadang terdapat persamaan pada gaya kepemimpinan yang diterapkan pada masing-masing pemimpin, namun juga
terdapat perbedaan pada salah satu sisi. Davis dalam Chairunisah, 2010:2 menyatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola tindakan pemimpin secara
keseluruhan seperti yang dipersepsikan oleh karyawannya. Gaya kepemimpinan merupakan perilaku dan strategi sebagai hasil kombinasi dari keterampilan, sifat,
sikap yang sering diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya. Gaya kepemimpinan merupakan suatu pola tingkah laku
yang dirancang untuk mengintegrasikan kepentingan individual dengan kepentingan organisasi dalam mewujudkan motivasi karyawan yang diharapkan
dapat meningkatkan kinerja karyawan. Gaya kepemimpinan bertujuan untuk mendorong gairah kerja agar dapat mencapai tujuan organisasi yang maksimal.
Menurut Daft 2006 : 334 terdapat 4 perilaku pemimpin. ”4 perilaku pemimpin, yaitu :
1. Kepemimpinan Suportif Melibatkan perilaku pemimpin yang menunjukan perhatian terhadap
kesejahteraan dan kebutuhan pribadi para bawahan. Perilaku kepemimpinan tersebut terbuka, bersahabat, dan ramah. Pemimpin
menciptakan suasana tim dan memperlakukan para bawahan dengan sama.
2. Kepemimpinan direktif Muncul ketika pemimpin member tahu para bawahan apa yang harus
mereka kerjakan. Perilaku pemimpin meliputi perencanaan, pembuatan jadwal, penentuan tujuan–tujuan kerja, dan standar–
standar perilaku, serta penekanan pada ketaatan pada peraturan– peraturan.
3. Kepemimpinan Partisipatif Berarti pemimpin berkonsultasi dengan para bawahannya tentang
kebutusan– keputusannya. Perilaku pemimpin terdari atas
menanyakan opini dan saran, mendorong partisipasi dalam pembuatan keputusan, dan menemui para bawahan dilingkungan
kerja.
4. Kepemimpinan yang berorientasi pada pencapaian Muncul ketika pemimpin menentukan tujuan yang jelas dan
menantang bagi para bawahan. Perilaku pemimpin menekankan kinerja kualitas tinggi dan peningkatan kinerja saat ini. Pemimpin–
pemimpin yang berorientasi pada pencapaian juga menunjukan kepercayaan dalam diri para bawahan dan membantu mereka dalam
mempelajari cara mencapai tujuan yang lebih tinggi.”
1.5.1.3 Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transformasional merupakan kepemimpinan yang memiliki visi kedepan dan mampu mengidentifikasikan perubahan lingkungan
serta mampu mentransformasi perubahan tersebut kedalam organisasi, memelopori perubahan dan memberikan motivasi dan inspirasi kepada para
karyawan untuk kreatif dan inovatif, membawa pembaharuan dalam kinerja manajemen, berani dan bertanggung jawab memimpin dan mengendalikan
organisasi. Usman 2009:333 menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional
dibangun dari dua kata yaitu kepemimpinan leadership dan transformasional transformasional. Kepemimpinan sebagaimana telah dijelaskan merupakan
setiap tindakan yang dilakukan oleh seseorang untuk mengkoordinasikan, mengarahkan dan mempengaruhi orang lain dalam memilih, dan mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Istilah transformasi berasal dari kata to transform, yang bermakna mentransformasikan atau mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang
berbeda, misalnya mentransformasikan visi menjadi realita. Sedangkan Bass dalam Nawawi 2012:2 menyatakan bahwa
kepemimpinan transformasional merupakan pemimpin yang mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi bawahan dengan cara–cara tertentu. Bawahan merasa
percaya, kagum, loyal, dan hormat terhadap atasannya sehingga bawahan termotivasi untuk berbuat lebih banyak dari pada apa yang biasa dilakukan dan
diharapkannya. Ivancevich et al 2006:213 menyatakan bahwa pemimpin transformasional mampu memotivasi para pengikutnya untuk bekerja mencapai
sebuah tujuan, bukan untuk kepentingan pribadi jangka pendek, dan untuk mencapai prestasi dan aktualisasi diri, bukan demi perasaan aman. Visi dari
pemimpin memberikan para pengikutnya motivasi untuk melakukan kerja keras untuk mencapai tujuan perusahaan.
Sedangkan menurut Coulter 2010:159 kepemimpinan transformasional bersifat lebih dari sebuah karisma karena pemimpin transformasional berusaha
menanamkan kepada bawahannya kemampuan mempertanyakan pandangan yang telah ada serta pandangan yang dimiliki oleh pemimpin. Pemimpin
transformasional merupakan pemimpin yang menginspirasi bawahan untuk mencapai hasil yang luar biasa.
Nurkholis dalam Khorusmadi 2010:8 menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional mampu mentransformasi dan memotivasi para pengikutnya
dengan cara, membuat mereka sadar pentingnya suatu pekerjaan, dan mendorong mereka untuk mementingkan organisasi dari pada kepentingan diri sendiri. Ada
beberapa ciri tipe kepemimpinan transformasional. Pertama, adanya kesamaan yang paling utama yaitu jalannya organisasi yang digerakan oleh kesadaran
bersama. Kedua, para pelaku mengutamakan kepentingan organisasi bukan kepentingan pribadi. Ketiga, adanya partisipasi dari pengikut atau orang yang
dipimpin.
Menurut Bass dalam Mutamimah, 2001:3 mendefinisikan kepemimpinan transformasional terjadi jika pemimpin memperluas dan membangkitkan minat
karyawannya, membangkitkan kesadaran dan penerimaan tujuan dan misi kelompok. Sedangkan
menurut O’Leary 2001:21 kepemimpinan transformasional berusaha membawa tiap-tiap individu dan tim bekerja
melampaui status–quo. Pemimpin transformasional adalah seorang yang memiliki kekuatan untuk mendatangkan perubahan di dalam diri para anggota tim dan di
dalam organisasi secara keseluruhan. Menurutnya kepemimpinan transformasional dapat digunakan bila diperlukan untuk meningkatkan kinerja.
Robbins 2008:90 mendefinisikan kepemimpinan transformasional adalah pemimpin yang menginspirasi para pengikutnya untuk mengenyampingkan
kepentingan pribadi mereka demi kebaikan organisasi dan mereka mampu memiliki pengaruh yang luar biasa pada diri para pengikutnya. Mereka menaruh
perhatian terhadap kebutuhan pengembangan diri para pengikutnya; mengubah kesadaran para pengikut atas isu-isu yang ada dengan cara membantu orang lain
memandang masalah lama dengan cara yang baru; serta mampu menyenangkan hati dan menginspirasi para pengikutnya untuk bekerja keras guna mencapai
tujuan-tujuan bersama. Konsep kepemimpinan transformasional ini mengintegrasikan ide-ide
yang dikembangkan dalam pendekatan-pendekatan sifat traits, gaya style dan kontingensi. Kepemimpinan transformasional juga menggabungkan dan
menyempurnakan konsep-konsep terdahulu yang dikembangkan oleh ahli-ahli sosiologi seperti Weber dan ahli-ahli politik lainnya yang menyebutkan bahwa
gaya kepemimpinan transformasional adalah gaya kepemimpinan penerobos breakthrough leadership.
Disebut sebagai pemimpin penerobos karena pemimpin dengan karakter ini mempunyai kemampuan untuk membawa perubahan-perubahan yang sangat
besar terhadap individu-individu maupun organisasi dengan jalan memperbaiki kembali reinvent karakter diri individu dalam organisasi ataupun perbaikan
organisasi, memulai proses penciptaan inovasi, meninjau kembali struktur, proses dan nilai-nilai organisasi agar lebih baik dan lebih relevan dengan cara menarik
dan menantang bagi semua pihak yang terlibat dan mencoba untuk merealisasikan tujuan-tujuan organisasi yang selama ini dianggap tidak mungkin dilaksanakan
Daryanto dan Daryanto, 1999:12-13.
1.5.1.4 Perilaku-perilaku Kepemimpinan Transformasional
Perilaku-perilaku dalam kepemimpinan transformasional menurut Bass dan Avolio dalam Voon et al, 2011:2 adalah sebagai berikut:
1. Perhatian individu individualized consideration, yaitu
kemampuan dan tanggung jawab pemimpin untuk memberikan kepuasan dan mendorong produktivitas pengikutnya. Pemimpin
cenderung bersahabat, informal, dan memperlakukan pengikutkaryawannya dengan perlakuan yang sama memberikan
nasehat, membantu dan mendukung serta mendorong self- development para pengikutnya.
2. Inspirasi atau motivasi inspirasional inspirational motivation,
tercermin dalam perilaku yang senantiasa menyediakan tantangan, inspirasi dan makna atas pekerjaan orang–orang yang dipimpin,
peran pemimpin dalam menginspirasi karyawan dengan memberikan pemahaman dan tantangan pada pekerjaan karyawan.
Sehingga dapat meningkatkan semangat karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya, diperlihatkan dari antusiasme dan
optimisme yang tinggi. Pemimpin menciptakan ekspektasi komunikasi yang baik dengan bawahan dan juga mempraktikkan
komitmen pada tujuan bersama.
3. Stimulasi intelektual intellectual stimulation, yaitu sebuah proses
dimana para pemimpin meningkatkan kesadaran para pengikut terhadap masalah-masalah dan mempengaruhi para pengikut
untuk memandang sebuah masalah dari sebuah perspektif yang baru.
4. Idealisasi pengaruh idealized influence, yang dijelaskan sebagai
perilaku yang menghasilkan rasa hormat respect dan rasa percaya diri trust dari orang–orang yang dipimpinnya. Idealisasi
pengaruh mengandung makna saling berbagi resiko, melalui pertimbangan atas kebutuhan yang dipimpin diatas kebutuhan
pribadi, dan perilaku moral serta etis.Menyangkut visi dan tujuan yang menantang dan memotivasi karyawan untuk bekerja diluar
kepentingan pribadi mereka untuk mencapai tujuan bersama.”
Sedangkan menurut Robbins 2008:93 Pemimpin transformasional mempunyai perilaku-perilaku sebagai berikut:
1. Karisma: memberikan visi dan rasa misi, menanamkan
kebanggaan, memperoleh respek dan kepercayaan. 2.
Inspirasi: mengkomunikasikan harapan yang tinggi, menggunakan lambang-lambang untuk memfokuskan upaya,
mengungkapkan maksud-maksud penting dalam cara yang sederhana.
3. Rangsangan intelektual: menggalakkan kecerdasan, rasionalitas,
dan pemecahan masalah yang teliti. 4.
Pertimbangan pribadi: memberikan perhatian pribadi, memperlakukan karyawan secara individual, melatih dan
menasehati.
Perilaku dari kepemimpinan transformasional tersebut saling berhubungan untuk mempengaruhi perubahan-perubahan pada para pengikut. Dengan
menggunakan inspirasi, karismatik, perhatian individual atau rangsangan intelektual, para pemimpin transformasional membantu pengikut menjadi lebih
percaya untuk mencapai sasaran-sasaran yang ada dan bekerja sesuai dengan arah yang akan mengarah ke pencapaian sasaran yang lebih tinggi di masa yang akan
datang. Pada setiap tahap dari proses transformasional tersebut, keberhasilan pemimpin tergantung kepada sikap, nilai, dan ketrampilan pemimpin tersebut.
1.5.1.5 Karakteristik Kepemimpinan Transformasional
Menurut Safaria 2004:63 karakteristik kepemimpinan transformasional adalah sebagai berikut:
1. Menciptakan visi dan kekuatan misi,menanamkan kebanggan pada
diri bawahan, memperoleh dan memberikan kehormatan,serta menumbuhkan kepercayaan diantara .bawahan.
2. Menumbuhkan dan meningkatkan kecerdasan, rasionalitas, dan
pemecahan masalah secara hati-hati pada bawahan. 3.
Menumbuhkan dan meningkatkan. 4.
Memberikan perhatian secara personal, membimbing dan melayani tiap bawahan secara individual, melatih dan memberikan
saran-saran, menggunakan dialog dan diskusi untuk mengembangkan potensi dan kinerja bawahan.
Sedangkan menurut Benyamin Harits 2005:867 para pemimpin transformasional yang efektif memiliki karakteristik atau atribut sebagai berikut:
1. Mereka melihat diri sendiri sebagai agen perubahan,
2. Mereka adalah para pengambil resiko yang hati-hati,
3. Mereka yakin pada orang-orang dan sangat peka terhadap
kebutuhan-kebutuhan mereka, 4.
Mereka mampu mengartikulasikan sejumlah nilai inti yang membimbing prilaku mereka,
5. Mereka fleksibel dan terbuka terhadap pelajaran dari pengalaman,
6. Mereka memiliki keterampilan yang kognitif dan yakin kepada
pemikiran yang berdisiplin dan kebutuhan akan analisis masalah, 7.
Mereka adalah orang-orang yang mempunyai visi dan mempercayai intuisi mereka.”
Menurut Daft dan Noe 2001 kepemimpinan transformasional berbeda mempunyai 4 karakteristik, yaitu:
1. Kepemimpinan transformasional mengembangkan bawahan
menjadi pemimpin, bawahan diberi kebebasan untuk mengontrol perilaku mereka.
2. Kepemimpinan transformasional mengangkat bawahan dari
tingkat bawah kebutuhan fisiologis ke tingkat yang lebih tinggi seperti kebutuhan penghargaan dan aktualisasi diri.
3. Kepemimpinan transformasional menginspirasi bawahan untuk
maju melebihi keinginan diri untuk kebaikan kelompok. 4.
Kepemimpinan transformasional menggambarkan visi tentang suatu masa depan diinginkan dan mengkomunikasikannya bahwa
perubahan yang dibuat oleh pimpinan sebanding dengan usaha yang dilakukan.”
1.5.2 Kinerja Karyawan 1.5.2.1 Kinerja
Sebuah organisasi memerlukan manusia sebagai sumber daya pendukung utama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sumber daya manusia yang
berkualitas akan turut memajukan organisasi sebagai suatu wadah peningkatan produktivitas kerja. Kedudukan strategis untuk meningkatkan produktivitas
organisasi adalah karyawan, yaitu individu – individu yang bekerja pada suatu organisasi atau perusahaan.
Kinerja merupakan prestasi kerja, yakni perbandingan antara hasil kerja yang nyata dengan standar kerja yang ditetapkan Dessler 2000:41. Dengan
demikian kinerja memfokuskan pada hasil kerjanya. Menurut Siagian 2008:25 kinerja adalah konsep yang bersifat universal yang merupakan efektivitas
operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan bagian karya berdasar standar dan kriteria yang ditetapkan. Kinerja merupakan perilaku manusia dalam suatu
organisasi yang memenuhi standar perilaku yang ditetapkan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Menurut Robbins 2001:187 bahwa kinerja pegawai adalah sebagai fungsi dari interaksi antara kemampuan dan motivasi. Dalam studi manajemen kinerja
pekerja atau karyawan ada hal yang memerlukan pertimbangan yang penting sebab kinerja individual seorang karyawan dalam organisasi merupakan bagian
dari kinerja organisasi, dan dapat menentukan kinerja dari organisasi tersebut.
Berhasil tidaknya kinerja karyawan yang telah dicapai organisasi tersebut akan dipengaruhi oleh tingkat kinerja dari karyawan secara individu maupun kelompok.
Kinerja merefleksikan seberapa baik dan seberapa tepat seorang individu memenuhi permintaan pekerjaan. Berdasarkan definisi-definisi tersebut diatas,
kinerja dipandang sebagai hasil yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Berhasil tidaknya kinerja yang telah dicapai oleh organisasi dipengaruhi oleh tingkat
kinerja karyawan secara individu maupun kelompok, dimana kinerja diukur dengan instrument yang dikembangkan dalam studi yang tergantung dengan
ukuran kinerja secara umum, kemudian diterjemahkan kedalam penilaian perilaku secara mendasar yang dapat meliputi berbagai hal yaitu: kuantitas pekerjaan,
kualitas pekerjaan, pendapat atau pernyataan yang disampaikan, keputusan yang diambil dalam melakukan pekerjaan dan deskripsi pekerjaan.
1.5.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Henry Simamora 1995 yang dikemukakan kembali oleh A.A. Anwar Prabu Mangkunegara 2000:14, faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu:
1. Faktor individual yang terdiri dari;
a. Kemampuan dan keahlian.
b. Latar belakang.
c. Demografi.
2. Faktor psikologis yang terdiri dari:
a. Persepsi
b. Attitude
c. Personality
d. Pembelajaran
e. Motivasi
3. Faktor organisasi yang terdiri dari :
a. Sumber daya
b. Kepemimpinan
c. Penghargaan
d. Struktur
e. Job design
Menurut A. Dale Timple 1992:31, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
disposisional yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang, sedangkan faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
seseorang yang berasal dari lingkungan seperti pimpinan, fasilitas kerja, dan iklim organisasi. dalam A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, 2006:31
Sedangkan menurut James A. F. Stoner dan R.E. Freeman dalam Dharma, 2001:554 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja adalah :
1. Kuantitas kerja quantity of work, yaitu jumlah kerja yang
dilakukan dalam suatu periode waktu yang ditentukan. 2.
Kualitas kerja quality of work, yaitu kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya.
3. Kreativitas creativeness, yaitu keaslian gagasan-gagasan yang
dimunculkan dan tindakan-tindakan yang dilakukan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang muncul.
4. Pengetahuan mengenai pekerjaan knowledge of job, yaitu
luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan keterampilannya. 5.
Kerjasama cooperation, yaitu kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain sesama anggota organisasi.
6. Inisiatif initiative, yaitu semangat untuk melaksanakan tugas-
tugas baru. 7.
Ketergantungan dependability, yaitu kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal kehadiran dalam melaksanakan pekerjaan.
8. Kualitas pribadi personal quality, yaitu menyangkut kepribadian,
kepemimpinan, keramahtamahan, dan integritas pribadi.
Menurut Mathis dan Jackson 2000:78 kinerja pegawai adalah mempengaruhi seberapa banyak kontribusi kepada organisasi antara lain
Kuantitas, diukur dari persepsi karyawan terhadap jumlah aktivitas yang ditugaskan beserta hasilnya.
1. “Kuantitas, diukur dari persepsi karyawan terhadap jumlah
aktivitas yang ditugaskan beserta hasilnya. 2.
Kualitas, dapat diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap
ketrampilan dan kemampuan karyawan. hasil pekerjaan yangdilakukan mendekati sempurna atau memenuhi tujuan yang
diharapkan dari pekerjaan tersebut.
3. Ketepatan waktu, diukur dari persepsi pegawai terhadap suatu
aktivitas yang diselesaikan dari awal waktu sampai menjadi output. dapat menyelesaikan pada waktu yang telah ditetapkan
serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas yang lain.
4. Efektifitas, pemanfaatan secara maksimal sumber daya dan waktu
yang ada pada organisasi untuk meningkatkan keuntungan dan mengurangi kerugian.
5. Kehadiran, tingkat kehadiran karyawan dalam perusahaan dapat
menetukan kinerja karyawan.”
1.5.2.3 Indikator Kinerja
Indikator kinerja karyawan yang dipakai di dalam penelitian ini adalah dari pendapat yang dikemukakan James A. F. Stoner dan R.E. Freeman dalam
Dharma, 2001:554. Indikator tersebut adalah sebagai berikut : 1.
Kualitas kerja 2.
Kuantitas kerja 3.
Pengetahuan mengenai pekerjaan 4.
Kerjasama 5.
Ketepatan waktu
6. Efektivitas
7. Kemandirian
8. Komitmen kerja
Alasan digunakannya indikator ini adalah agar dapat disesuaikan dengan objek yang diteliti dalam hal ini karyawan di PDAM Tirtanadi Cabang Padang
Bulan Medan.
1.6 Pengaruh Kepemimpinan Transformasional terhadap Kinerja Karyawan
Perilaku seorang pemimpin dalam suatu organisasi dapat menjadi panutan yang dapat diteladani oleh pengikutnya dalam melakukan pekerjaan, tugas serta
tanggung jawabnya. Peran pemimpin sangat besar dalam memotivasi serta membangkitkan gairah kerja karyawannya agar bekerja sesuai dengan program
kerja yang telah ditetapkan organisasi. Akibat yang mungkin timbul dari adanya perilaku kepemimpinan yang buruk adalah penurunan kinerja karyawan yang akan
membawa dampak kepada penurunan kinerja dari organisasi. Adanya kepemimpinan yang efektif dapat meningkatkan kinerja karyawan
sebagai pengendali seluruh aktivitas organisasi. Hubungan antara tujuan perorangan dengan tujuan organisasi mungkin menjadi lemah bila tanpa
kepemimpinan. Pemimpin memegang peranan paling besar dalam mempengaruhi kesanggupan organisasi untuk mencapai tujuannya. Pemimpin dengan
kemampuan yang dimilikinya dapat mempengaruhi karyawan untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diarahkan dan diinginkannya dalam mencapai
tujuan organisasi. Untuk mencapai tujuan tersebut maka peranan pemimpin untuk
menciptakan kinerja karyawan yang tinggi merupakan sesuatu yang paling dibutuhkan oleh organisasi tersebut.
Bass dalam Nawawi 2012:2 menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional merupakan pemimpin yang mempunyai kekuatan untuk
mempengaruhi bawahan dengan cara–cara tertentu. Bawahan merasa percaya, kagum, loyal, dan hormat terhadap atasannya sehingga bawahan termotivasi untuk
berbuat lebih banyak dari pada apa yang biasa dilakukan dan diharapkannya. Apabila pengikut sudah memiliki arah berpikir untuk melakukan pekerjaan
dengan sungguh-sungguh untuk tujuan organisasi maka karyawan dikatakan memiliki kinerja yang tinggi.
1.7 Hipotesis