Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Poligami

No Pertanyaan Jawaban S TS KS ST S JM L 1 Tujuan berpoligami menghindari zina, dakwah islamiyah, tujuan politik, dan mendapat keberkahan 325 325 2 Poligami memberikan keberkahan dalam rizki karena memotivasi untuk bekerja lebih keras 244 27 54 325 3 Poligami berpengaruh negative bagi keluarga 325 325 4 Istri setuju untuk di poligami 161 50 114 325 5 Wanita yang dapat dipoligami adalah yang mengerti agama 325 325 6 Keluarga poligami tidak berpendidikan 95 230 325 7 Keluarga poligami tidak baik dan tidak harmonis 207 50 68 325 8 Banyak istri banyak rizki 227 30 68 325 9 Poligami membuat keluarga melaksanakan ibadah haji 249 93 60 1 325 KET : S = Setuju KS = Kurang Setuju TS = Tidak Setuju STS = Sangat Tidak Setuju 10 Poligami tindakan tidak adil terhadap perempuan 57 52 216 325 11 Tidak semua orang dapat melakukan poligami 184 60 80 1 325 12 Orang yang mampu berpoligami adalah orang yang berpendidikan tinggi dan banyak harta 47 238 40 325 13 Orang yang ingin melakukan poligami harus mengerti betul ilmu agama 325 325 14 Poligami lebih banyak negatifnya ketimbang positifnya 63 232 30 325 15 Poligami diharamkan menurut pendapat sebagian orang 104 72 149 325 16 Pemerintah mengharamkan poligami 325 325 Berdasarkan hasil penelitian diatas maka dapat disimpulkan sebab-sebab terjadinya poligami di Desa Saninten Kecamatan Kadu Hejo Kabupaten Pandeglang adalah sebagai berikut : 1. Faktor Agama Legalitas Agama adalah merupakan salah satu penyebab kuat terjadinya poligami sampai kapanpun. 2. Faktor Social Ekonomi Keadaan ekonomi yang kurang adalah penyebab atau alasan terjadinya poligami. 3. Faktor Pendidikan Karena minimnya pendidikan formal resmi menjadi salah satu penyebab terjadinya poligami. 4. Faktor Social Budaya Kebiasaan poligami di daerah tersebut yang terjadi secara turun - temurun serta dampak positif yang di timbulkan dari para pelaku poligami di daerah tersebut menjadi penyebab terjadinya poligami. 5. Faktor Biologis Karena ingin memperoleh kepuasan seksual, maka poligami adalah jalan satua-satunya untuk menghindari maraknya perzinahan.

B. Pendapat Ulama Tentang Poligami

Poligami dalam Islam tidak terikat dengan syarat sebagaimana dikatakan misalnya kondisi istri pertama sakit atau tidak dapat melahirkan, karena ada alasannya poligami itu menjadi mubah. Seorang muslim boleh menikah dua, tiga, atau empat istri selama ia melihat ada kemampuan pada dirinya untuk memberi nafkah kepada seluruh istrinya dan bersikap adil antara mereka. Dengan adanya Islam, syarat dan batasan diterapkan dalam poligami. Pembatasan mempunyai istri maksimal empat, seperti kisah Ghilan Ibnu Shalma menjadi muslim ketika ia mempunyai sepuluh orang istri, maka Nabi bersabda kepadanya “pilihlah empat diantara mereka dan tinggalkanlah ceraikan yang lainnya. ” Hal yang sama terjadi bagi orang yang memeluk Islam, ketika ia mempunyai istri lebih dari empat orang. Mereka diperintahkan oleh Nabi untuk tidak memliki istri lebih dari empat orang saja. Sebagaimana pernihakan Nabi terhadap sembilan istri, kadang-kadang dibatasi dan dikhususkan oleh Allah swt baginya untuk menyerukan Islam dan bagi keperluan bangsa mereka setelah kewafatannya. Hampir dari sebagian hidupnya tinggal bersama dengan satu istri, hadijah. Mungkin Allah senang padanya istri nabi yang di mulyakan Allah yang telah memilih di jalan Allah, kerasulanya dan setelah kewafatanya. Oleh karena itu Allah melarangnya untuk menikahi wanita lain tidak juga memilih pengganti salah satu istrinya. Syaikh Mahmud Salut mengatakanya bahwa ayat ke dua An-Nisa : 129,saling bekerja sama dengan ayat pertama An-Nisa ayat : 3, dalam melegalisasi dasar poligami, suatu hal yang mengilangkan keraguan.dan dalam asas ini Rasulullah saw, juga para sahabat serta para Tabi’in berpoligami, kemudian kaum muslimin secara berkesinambungan pada setiap tingkatan dan zaman turut serta berpoligami. Mereka melihat bahwasaanya poligami yang di sertai dengan berbuat adil kepada para istri secara khusus termasuk perbuatan baik laki-laki kepada perempuan. Dan secara umum kepada masyarakat. Syaikh Mahmud Salut menyifati orang yang menyatakan bahwa poligami tidak di syari’atkan karena tergantung dengan syarat yang mustahil untuk di penuhi, sebagai orang yang menyimpangkan dan membengkokan ayat-ayat Allah swt dari kedudukanya. 1 Demikian pula dengan sunah nabi telah menjelaskan keutamaan poligami bahwasanya Sa’id Bin Jubair berkata “ Ibnu Abbas berkata kepadaku : apakah engkau telah menikah ? Aku berkata : belum, lalu Dia berkata : segeralah menikah karena yang paling baik dari umat ini adalah yang terbanyak istrinya. 2 Poligami telah ada sejak sebelum di utusnya Nabi Muhammad saw, dan telah di laksanakan di dunia Arab dan selain Arab. Kemudian datanglah islam untuk menegaskan syariat tersebut,meluruskan, membatasi, dan menetapkan syarat-syarat kebolehanya. 1 Isham Muhammad Al-Syarif, Poligami Tanya Kenapa, PT. Mirkat Tebar Ilmu, Jakarta, 2008, Hal. 102 2 Yusuf Qardhawi,Op.Cit,Hal.71 Banyak orang salah paham tentang poligam. Mereka mengira poligami itu baru di kenal setelah islam, menganggap bahwa islamlah yang membawa ajaran tentang poligami,bhkan ada yang secara extrim berpendapat bahwa jika bukan karena islam, poligami tidak di kenal dalam sejarah manusia. Pendapat demikian sungguh keliru, yang benar adalah berabad-abad sebelum di wahyukan, masyarakat islam di berbagai belahan dunia telah mengenal dan melakukan praktek poligami. Di jazirah Arab sendiri jauh sebelum islam, masyarakatnya telah mempraktekan poligami, bahkan telah melakukan poligami yang tak terbatas. Sejumlah riwayat menceritakan bhwa rata-rata pemimpin suku ketika itu memiliki puluhan istri bahkan ratusan istri. Orang-orang kristen dan orientalis menempatkan poligami sebagai salah satu tata cara islam, atau salah satu kewajiban. Itu sangat tidak tepat dan salah persepsi. Bagi muslim menikahi seorang wanita hanya untuk menghiburnya, memuaskan perasanya, menjaga rumah dan untuk menjaga rahasianya. Jadi kedamaian, cinta, dan sayang, dasar kelangsungan pernikahan menurut Al- Qur’an, akan mendukung mereka. Allah berfirman, dalam surat An-Nisa ayat : 129.