Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.” QS An-nisa : 3. Maka ‘Aisyah menjawab, Wahai anak saudara perempuanku, yatim di sini maksudnya anak perempuan yang ada di bawah asuhan walinya yang hartanya bercampur dengan harta walinya, dan harta serta kecantikan yatim itu membuat pengasuh anak yatim itu senang kepadanya lalu ingin menjadikan perempuan yatim itu sebagai isterinya. Tapi pengasuh itu tidak mau memberikan mahar maskawin kepadanya dengan adil, yakni memberikan mahar yang sama dengan yang diberikan kepada perempuan lain. Karena itu pengasuh anak yatim seperti ini dilarang mengawini anak-anak yatim itu kecuali kalau mau berlaku adil kepada mereka dan memberikan mahar kepada mereka lebih tinggi dari biasanya. Dan kalau tidak dapat berbuat demikian, maka mereka diperintahkan kawin dengan perempuan-perempuan lain yang disenangi. Beberapa hadits menunjukkan, bahwa Rasulullah SAW telah mengamalkan bolehnya poligami berdasarkan umumnya ayat tersebut, tanpa memandang apakah kasusnya berkaitan dengan pengasuhan anak yatim atau tidak. Diriwayatkan bahwa Nabi SAW berkata kepada Ghailan bin Umayyah ats- Tsaqafi yang telah masuk Islam, sedang ia punya sepuluh isteri,Pilihlah empat orang dari mereka, dan ceraikanlah yang lainnya Diriwayatkan Harits bin Qais berkata kepada Nabi SAW,Saya masuk Islam bersama-sama dengan delapan isteri saya, lalu saya ceritakan hal itu kepada Nabi SAW maka beliau bersabda,Pilihlah dari mereka empat orang. Meski demikian, kebolehan poligami tidak harus disangkut pautkan dengan keberadaan anak yatim pada pihak wanita yang akan dipoligami sebagaimana didegungkan oleh kaum liberal seperti halnya yang digaungkan oleh Moh. Shahrur dalam bukunya “ Metodologi Fiqih Demikian halnya Kalau kita kaji lebih dalam sebuah Kaidah Ushuliyah yang berbunyi : Idza warada lafzhul ‘umuum ‘ala sababin khaashin lam yusqith ‘umumahu, “ jika mau menelaah lebih jauh, bahwa teks tersebut mengungkapkan tentang sesuatu yang khusus tidak bisa menggugurkan kepada sesuatu yang bersifat umum . “ Pada prinsipnya perkawinan menurut hukum islam dan undang-undang perkawinan tahun 1974 adalah monogami sedangkan poligami hanya pengecualian saja. Hukum Islam mengatur poligami sebagai hal yang mubah. Namun demikian dalam pelaksanaan poligami tersebut harus di barengi dengan keadilan terhadap istri dan penuh tanggung jawab. apabila tidak di barengi dengan keadilan dan tanggung jawab tidak menutup kemungkinan akan membawa dampak yang negatif bagi orang yang akan melakukan poligami. masalah poligami memang menarik untuk di perbincangkan karena di lain pihak banyak juga ulama yang menentang adanya poligami dengan dasar kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan. Sebagian mereka yang menentang adanya poligami dengan alasan kesetaran gender, mereka berasumsi bahwa poligami kerap kali menjadi faktor utama terjadinya ketidak harmonisan dalam rumah tangga yang akhirnya berujung pada penganiyaan KDRT yang kerap kali dilakukan oleh suami sebagai tampuk kepemimpinan dalam rumah tangga. Isu poligami selalu memicu reaksi keras dan menjadi isu meresahkan terutama di kalangan perempuan. Padahal diantara kita masih banyak yang bingung ketika dimintai tanggapan tentang gagasan poligami. Sebagian besar orang masih memandang keluarga poligami dengan stigma negatif, meski keluarga poligami itu adalah contoh keluarga poligami yang baik. Keluarga dari perkawinan poligami sampai detik ini masih identik dengan stereotipe bahwa keluarga semacam itu tidak akan bisa hidup rukun, miskin dan tidak berpendidikan. Mereka yang mendukung poligami bakal dicap sebagai orang yang mau enak sendiri, tidak berpendidikan, tidak beradab sehingga muncul keprihatinan bahwa kemungkinan ada pemahaman yang kurang benar dari kalangan yang pro dan kontra terhadap isu yang sensitif ini. Akibatnya, banyak orang yang merasakan sangat sulit untuk mengakui dukungan mereka terhadap poligami atau bahkan mengakui keinginan mereka untuk memiliki isteri lagi dengan niat yang baik, karena takut dicap dengan label- label yang buruk. Poligami seharusnya tidak menjadi momok yang menakutkan jika ada perencanaan yang konsisten dan sikap tegas untuk menolak kekuatan-kekuatan dari luar yang membawa pengaruh negatif pada kehidupan keluarga. Situasinya akan lebih baik jika tetap berpegang teguh dan mengikuti agenda yang stabil yang akan membawa jiwa dari dua individu terkait secara utuh. Ada baiknya, kita tidak kehilangan arah untuk mengindetifikasi berbagai persoalan yang mungkin timbul akibat poligami dan bahwa ada legalitas keagamaan untuk melakukan poligami dan di sisi lain ada kalangan lelaki yang sengaja menyalahgunakan hak yang diberikan ini. Beberapa persoalan yang mungkin timbul dalam kehidupan poligami; 1. Ketidakpercayaan salah seorang isteri yang meyakini bahwa cinta tidak bisa dibagi-bagi. 2. Rasa cemburu di antara para isteri yang kadang-kadang memicu munculnya sikap negatif terhadap anak-anak mereka. 3. Kepala keluarga yang ingin poligami tapi ceroboh, tidak punya komitmen dan tanggung jawab yang kuat untuk mempertahankan keluarganya. 4. Pengaruh dari luar, seperti teman dan penasehat yang berpihak akan makin memicu kesalahpahaman dalam keluarga. Jika manusia bersikap realistis, hidup adalah serangkaian kejadian yang penuh pasang surut tapi selalu ada solusi jika terjadi tekanan-tekanan. Bagi mereka yang memilih hidup berpoligami, butuh perjuangan keras untuk membuat hidup mereka jadi mudah dan ujian kehidupan selayaknya dipandang sebagai sebuah tanggung jawab yang sangat penting. Dengan demikian, seharusnya tidak ada alasan untuk selalu memandang negatif ide poligami. Bahkan jika kehidupan poligami itu tidak sejahtera. Karena tidak ada indikasi akurat untuk sebuah perkawinan yang sukses dan lebih jauh lagi untuk masalah keluarga yang baik-baik. Di luar sana, banyak perkawinan tunggal yang juga bisa gagal, karena salah satu pasangan berkhianat atau akibat persoalan yang lebih serius lagi, seperti bersikap tidak jujur yang bisa menimbulkan penderitaan panjang. Tidak adil jika mengutuk poligami tanpa terlebih dulu menilai ada apa dibalik poligami itu, fakta membuktikan bahwa praktik poligami yang dilakukan Di Desa Saninten Kecamatan Kadu Hejo Kabupaten Pandeglang, membawa dampak yang positif bagi mereka bukan membawa dampak yang negative yang menimbulkan kesengsaraan. istilah poligami Di Desa Saninten adalah sesuatu yang sudah tidak asing lagi di telinga mereka bahkan mereka berasumsi bahwa banyak istri banyak rizki, menurut mereka dengan bertambahnya istri berarti bertambahnya kebutuhan dan bertambahnya semangat mereka dalam bekerja dan berarti juga bertambahnya penghasilan mereka. Yang lebih uniknya sebagian besar tokoh masyarakat di desa tersebut melakukan praktek poligami. sebagai contoh pelaku poligami yang peneliti wawancarai untuk sementara adalah : 1Bapak H. Basri yang beristri dua 2Bapak H. Aceng yang berisrti dua 3Bapak H. Udin beristri dua 4Bapak H. Edi yang beristri dua 5Bapak H. Dudung yang beristri empat beliau yang paling merasakan perubahan yang luar biasa setelah melakukan poligami hidupnya kini berkecukupan dengan rumah yang mewah dan harta yang berlimpah. Dan masih banyak pelaku poligami lainya yang merasakan dampak positif praktik poligami di Desa Saninten Kecamatan Kadu Hejo Kabupaten Pandeglang yang belum kami wawancarai. Yang menarik disini adalah poligami menurut mereka membawa keberkahan yang sangat luar biasa, karena mereka bisa melaksanakan ibadah haji justru setelah mereka berpoligami, sulit untuk kita bayangkan poligami yang selama ini dianggap sebagai musibah bagi sebagian orang, ternyata membawa keberkahan di Desa Saninten Kecamatan Kadu Hejo Kabupaten Pandeglang yang mayoritas mata pencaharianya adalah bertani. 2 Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, saya tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang praktik poligami yang dilakukan di Desa Saninten Kecamtan Kadu Hejo Kabupaten Pandeglang. lewat ini saya ingin mengambil judul: “DAMPAK POSITIF POLIGAMI DALAM 2 Pelaku Poligami, Wawancara pribadi, Pandeglang, 10 November 2010 PERSPEKTIF HUKUM ISLAM ” Studi Kasus di Desa Saninten Kecamatan Kadu Hejo Kabupaten Pandeglang. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan masalah Berdasarkan uraian di atas, bahwa poligami menimbulkan permasalahan yang sangat luas, untuk itu saya gariskan saja mengenai apa yang akan saya bahas disini adalah sekitar praktik poligami di Desa Saninten Kecamatan Kadu Hejo Kabupaten Pandeglang sehingga berdampak positif. 2. Perumusan Masalah Menurut undang-undang perkawinan tahun 1974 maupun KHI bahwa izin poligami itu di persulit tapi pada kenyataanya banyak orang yang melakukan poligami bahkan berdampak positif pula. rumusan tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : a. Bagaimana prinsip-prinsip perkawinan dalam perspektif hukum islam ? b. Bagaimana kedudukan poligami dalam perspektif hukum islam ? c. Bagaimana dampak positif poligami terhadap keluarga ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian Adapun penulis membuat skripsi ini bertujuan sebagai berikut : a. Untuk mengetahui prinsip-prinsip perkawinan dalam islam b. Untuk mengetahui kedudukan poligami dalam hukum islam c. Untuk mengetahui dampak positif poligami terhadap keluarga 2. Manfaat Penelitian a. Melatih peneliti untuk membuat karya tulis ilmiah sesuai dengan obyek penelitian. b. Menjadikan penelitian ini sebagai masukan bagi pemerintah sebagai pemegang kebijaksanaan, masyarakat sebagai pelaku hukum dan civitas akademika dalam dunia intelektual.

D. Tinjauan review Kajian Terdahulu

Penulis dalam hal ini melakukan review terdahulu sebelum menentukan judul Proposal dalam Review terdahulu penulis meringkas skripsi yang ada kaitannya dengan pernikahan dan poligami, diantaranya adalah : Skripsi dari Fathurohman, NIM. 105044201452 dengan Judul: “Alasan Muslim Berpoligami Lebih dari Empat Orang ”.

E. Metodologi Penelitian

Untuk memperoleh data serta penjelasan mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan permasalahan yang penulis angkat diperlukan suatu pedoman penelitian atau metode penelitian. Hal ini dikarenakan dengan menggunakan metode penelitian yang benar akan didapat validitas data serta memudahkan melakukan penelitian. Hal-hal yang perlu dijelaskan berkaitan dengan dengan metode penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Ditinjau dari jenis data yang diteliti penelitian ini termasuk penelitian lapangan Field Research. penelitian lapangan Field Research Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data dari lapangan yaitu dengan cara observasi. 3 Dimana peneliti melakukan penelitian berupa wawancara langsung secara mendalam dengan para pelaku poligami Di Desa Saninten Kecamatan Kadu Hejo Kabupaten Pandeglang dengan tanya jawab secara lisan yang berpedoman pada pertanyaan tertutup. Selain data dilapangan penulis juga melakukan penelitian kepustakaan Library Research. penelitian kepustakaan Library Research yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data, buku-buku, atau teks-teks tulisan lain. 4 Dengan cara membaca dan memahami serta menganalisa hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini. Ditinjau dari pembahasan masalahnya penelitian ini merupakan penelitian Dekriptif yaitu penelitian yang menggambarkan dan menjelaskan 3 M. Nasir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985. H.53 4 M. Nasir, Metode Penelitian, H.53