hutan seperti, menjadi pengusaha kayu, kelapa, pisang, cengkeh, petai, melinjo, kopi, durian, dan distributor hasil perkebunan lainnya.
2
Selanjutnya, berdasarkan pengamatan dan informasi serta hasil wawancara dengan masyarakat pelaku poligami, bahwa maraknya praktek
poligami di Desa Saninten tidak terlepas dari situasi dan kondisi, situasi yang terjadi secara turun- temurun dan contoh praktik poligami yang dilakukan oleh
sebagian tokoh mereka yang memberikan perubahan secara materil di tambah kondisi ekonomi yang tidak memadai serta minimnya pengetahuan pendidikan
formal dan adanya legalitas agama yang membolehkanya menjadi penyebab maraknya praktik poligami di Desa Saninten Kecamatan Kadu Hejo
Kabupaten Pandeglang.
3
B. Poligami Sebagai Sebuah Moral Dan Aturan Yang Manusiawi
Sebenarnya system poligami yang di syariatkan islam merupakan system yang moralis dan manusiawi. System itu dikatakan moralis karena ia tidak
memperkenalkan seorang laki-laki mengadakan hubungan badan dengan setiap perempuan yang di sukai dalam setiap saat yang di inginkanya. System ini juga
tidak membolehkan laki-laki mengawini perempuan lebih dari empat. Selain itu, wali perempuan harus mengetahui adanya hubungan yang sah
menurut syara’
2
Kantor Pemerintahan Desa Saninten, Data Desa, Pandeglang, 2011.
3
Pelaku poligami, Wawancara Pribadi, Pandeglang, 2011.
tersebut dan menyatakan kesetujuanya tanpa ada sikap pertentangan, akad nikah juga harus di catatkan menurut system modern di pengadilan agama KUA.
Islam memandang poligami sebagai sebuah moral dan aturan yang manusiawi. Disebut sebuah moral, karena poligami tidak mengizinkan pria
menggauli wanita yang di harapkanya sesuka hatinya. Ia tidak diizinkan berhubungan dengan lebih dari tiga wanita disamping istri pertamanya.
Hubungan dia dengan wanita-wanita tersebut harus di ikat dengan ikatan pernikahan dan masyarakat sekitarpun harus tau. Masyarakat harus mengetahui
hubungan sah ini dan harus menyetujuinya atau setidaknya tidak menolak. Hubungan tersebut harus tercatat berdasarkan system yang berlaku di pengadilan
agama. Dianjurkan mengadakan upacara pernikahan, dimana si pria mengundang kerabat dan teman-temannya.
Disebut aturan yang manusiawi, karena dengan adanya aturan tersebut seorang pria dapat meringankan beban masyarakat dengan memberi tempat
tinggal pada wanita yang tidak bersuami, dan dijadikanya istri untuk di lindungi, si pria pun melakukan hubungan seksnya berdasarkan pernikahan yang sah,
menyediakan perabotan rumah tangga dan memberi nafkah istrinya. Juga memberikan kebaikan social, yaitu terbentuknya keluarga yang mampu
menghasilkan keturunan yang produktif.