Pengertian Dan Prinsip-Prinsip Perkawinan Dalam Islam
                                                                                Nabi mempunyai kebiasaan bila akan menikahkan putri-putrinya terlebih dahulu  memberi  tahu  mereka.  Kebiasaan  Nabi  meminta  persetujuan  gadisnya
dalam  menentukan  jodoh  merupakan  hal  baru  dikalangan  masyarakat  Arab. Dalam  tatanan  masyarakat  Arab  ketika  itu  perempuan  dianggap  tidak  memiliki
dirinya  sendiri,  karena  itu  semua  keputusan  yang  berkaitan  dengan  dirinya termasuk  menentukan  jodohnya  tidak  perlu  dibicarakan  dengannya.  Seorang
ayah  mempunyai  hak  ijbar  memaksa  dalam  urusan  perkawinan.  Apakah  anak perempuan itu setuju atau tidak sama saja, tidak berpengaruh terhadap keputusan
yang akan diambil oleh sang ayah. Meskipun  Islam  memberikan  hak  pilih  yang  bebas  dalam  mencari
pasangan, namun tetap ada rambu-rambu  yang diberikan agar tidak salah dalam memilih  suami  atau  istri,  seperti  dilarang  menikahi  orang  musryik,  dilarang
menikahi  orang  yang  termasuk  dalam  kategori  mahram  yang  tidak  boleh dinikahi  menurut  syar’i  dan  dilarang  menikahi  pezina  dan  orang-orang  yang
berprilaku keji. Selain  itu  ada  petunjuk  praktis  memilih  jodoh,  seperti  terbaca  dalam
hadis Nabi saw :
يبأ ْ ع ّيعس  بأ  ْب ّيعس  نثّح  اق  ّلا ّْي ع ْ ع  يْحي انثّح دّسم انثّح ْي   بأ ْ ع
- نع ها  ض
- نلا  ع
- مّس   يّع ها  ّص
- اق
« ْ ب   يّلا  ا ب ْ فْظاف ، ا نيّل  ا لا ج  ا سحل  ا لا ل عبْ أ  أْ ْلا ح ْن
اّي »
2
2
Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim al-Bukhari lebih dikenal dengan Imam al-Bukhari,
Jami’ as-Shahih Shaih al-Bukhari, Dar al-Fikr, Beirut, 1401 H1981 M, Juz IV, h. 1958.
Artinya  : “biasanya  perempuan  dinikahi  karena  hartanya,  atau
keturunannya,  atau  kecantikannya,  atau  karena  agamanya.  Jatuthkanlah pilihanmu  atas  yang  beragama,  kalau  tidak  engkau  akan  sengsara.
”  H.R Bukhari
2. Prinsip Mawadah Wa Rahmah cinta dan kasih sayang
Prinsip ini antara lain ditemukan pada ayat 21 surat Ar-Rum.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
م لا :
Artinya  : “Dan  di  antara  tanda-tanda  kekuasaan-Nya  ialah  dia
menciptakan  untukmu  isteri-isteri  dari  jenismu  sendiri,  supaya  kamu cenderung  dan  merasa  tenteram  kepadanya,  dan  dijadikan-Nya  diantaramu
rasa  kasih  dan  sayang.  Sesungguhnya  pada  yang  demikian  itu  benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
” Q.S Ar-Ruum 21
Mawadah  secara  bahasa  barmakna  cinta  kasih,  sedangkan  Rahmah berarti kasih sayang. Mawadah Wa Rahmah terbentuk dari suasana hati yang
ikhlas dsan rela berkorban demi kebahagiaan pasangannya. Suami  Istri  sejak akad  nikah  hendaknya  telah  di  pertautkan  oleh  ikatan  mawadah  dan  rahmah
sehingga  keduanya  tidak  mudah  goyah  dalam  mengarungi  samudera perkawinan.
3. Prinsip Saling Melengkapi dan Melindungi
Prinsip ini ditemukan antara lain pada ayat 187 surat Al-Baqarah.
 
 
 
 
لا :
Artinya  : “Istri-istri  kamu  adalah  pakaian  untuk  kamu  dan  kamu
adalah pakaian
untuk mereka.”Q.S Al-Baqarah : 187
Firman  Allah  tersebut  mengisyaratkan  bahwa  sebagai  makhluk,  laki- laki  dan  perempuan,  masing-  masing  memiliki  kelemahan  dan  keunggulan.
Tidak ada orang yang sempurna dan hebat dalam semua hal, sebaliknya tidak ada  pula  yang  serba  kekurangan.  Karena  itu  dalam  kehidupan  suami  istri,
manusia  pasti  saling  membutuhkan,  masing-masing  harus  dapat  berfungsi memenuhi kebutuhan pasangannya, ibarat pakaian memenuhi tubuh.
4. Prinsip Mu’asyarah Bil-Ma’ruf memperlakukan istri dengan baik
Prinsip ini jelas sekali dikemukakan pada ayat 19 surat An-Nisa.
 
 
 
 
 
 
 
 ءاسنلا
: ٩
Artinya : “Pergaulilah istri-istrimu dengan sopan, dan apabila kamu
tidak  lagi  mencintai  mereka  janngan  putuskan  tali  perkawinan,  karena boleh  jadi  kamu  tidak  menyenangi  sesuatu  tetapi  Allah  menjadikan  padanya
dibalik itu kebaikan yang banyak.” Q.S An-Nisa : 19
Ditemukan sejumlah tuntunan dalam Al- Qur’an dan Hadits agar suami
mamperlakukan  istrinya  secara  sopan  dan  santun.  diantaranya  adalah  hadis Nabi yang berbunyi :
انثّح ّ حم
ْب يْحي
انثّح ّ حم
ْب فس ي
انثّح ايْفس
ْ ع ماش
ْب ْ ع
ْ ع يبأ
ْ ع شئاع
ْ لاق اق
س ّلا
- ّص
ها يّع
مّس « -
ْم ْيخ ْم ْيخ
ّْ أ ا أ
ْم ْيخ ّْ أ
اذإ ام
ْم حاص عّف
»
Artinya  : “Sebaik-baik  kalian  adalah  yang  paling  baik  terhadap
keluarganya  istrinya  dan,  aku  adalah  sebaik-baik  kalian  terhadap keluargaku.  Dan  apabila  pasangan  sebagian  kalian  meninggal,  maka
jangan sebut-sebut kekurangannya ”
Berdasarkan  uraian  diatas  terlihat  bahwa  perkawinan  dalam  Islam mengandung  dua  unsur  yang  dominan,  unsur  material  dan  unsure  spiritual.
Unsur  material  dalam  perkawinan  adalah  aspek  seksual,  yang  dalam  diri  kaum muda  sedang  berada  dalam  keadaan  yang  bergejolak,  namun  secara  berangsur-
angsur akan mereda dan menjadi tenang. Adapun unsur spiritualnya adalah aspek yang  berkaitan  dengan  mawadah  wa  rahmah  cinta  kasih,  keluhuran  budi,
kehangatan, dan ketulusan yang meliputi kehidupan suami istri. Laki-laki dan perempuan sering berbeda dalam memandang kedua unsur
perkawinan  tadi.  Pada  umumnya  perempuan  melihat  unsur  spiritual  itu  lebih penting.  Sebaliknya,  bagi  laki-laki  unsur  material  lebih  utama  atau  sekurang-
kurangnya  unsur  itu  sama  penting  baginya.  Kebahagiaan  dan  kesejahteraan rumah  tangga  terletak  pada  kesucian,  kesetiaan,  kesabaran,  pengorbanan,  dan
kepedulian  kedua  belah  pihak,  yaitu  suami-istri.  Sedangkan  semua  ini  hanya dimungkinkan  dalam  perkawinan  monogamy  dan  sulit  dibayangkan  dalam
perkawinan poligami.
                