36
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Psikomotorik
Aspek yang diamati
Penilaian
Kecepatan merangkai
kecepatan merangkai gambar Ketepatan
merangkai kecocokan  penempatan  gambar  dengan  keterangan
gambar Kerapian
merangkai kerapian dalam menempelkan gambar pada kolom yang
disediakan
G. Instrumen Penelitian
1.  Tes Instrumen  yang  digunakan  pada  penelitian  ini  berupa  tes  pilihan  ganda
sebanyak  31  soal  sebagai  instrument  kognitif.  Instrumen  ini  mengukur  aspek kognitif  yang  meliputi:  pengetahuan,  pemahaman,  penerapan,  analisis,  sintesis,
dan evaluasi. 2.  Non Tes
Instrumen  non  tes  yang  digunakan  berupa  angket  sebagai  instrumen afektif  dan  lembar  observasi  sebagai  instrumen  psikomotorik.  Lembar  angket
afektif mengukur aspek afektif yang melibatkan ekspresi, perasaan atau pendapat pribadi  siswa  terhadap  hal-hal  yang  relatif  sederhana  berdasarkan  fakta.
Sedangkan lembar observasi psikomotorik mengukur aspek keterampilan siswa.
3
H. Kalibrasi Instrumen
1.  Pengujian Validitas Validitas  adalah  derajat  ketepatan  suatu  alat  ukur  tentang  pokok  isi  atau  arti
sebenarnya  yang  diukur.  Validitas  yang  dipakai  adalah  validitas  isi  yaitu  untuk mengetahui  kesesuaian  antara  soal  dengan  tujuan  pembelajaran.  Untuk
3
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi pendidikan, Jakarta: Bumi aksara, 2008, hal. 117- 122
37 mengetahui  setiap  item  soal  memiliki  validitas  yang  baik  maka  dalam  penelitian
ini setiap item soal dihitung validitasnya dengan menggunakan point biserial. Berdasarkan  perhitungan  dapat  diketahui  bahwa  soal  yang  valid
sebanyak  31  soal,  sedangkan  soal  yang  tidak  valid  sebanyak  sembilan  soal. Dengan  demikian  soal  yang  diambil  sebagai  penilaian  hasil  belajar  kognitif
sebanyak 31 soal. Nomor soal yang valid yaitu 1, 2, 3, 5, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, dan 40.
2. Pengujian Reliabilitas Reliabilitas  didefinisikan  sebagai  konsistensi  suatu  tes.  Reliabilitas
instrumen  hasil  belajar  biologi  pada  penelitian  ini  diuji  dengan  menggunakan rumus berikut :
4
 
 
 
 
 
 
 
 
2 2
11
1 s
pq s
k k
r
Keterangan:
r
11
= koefisien reliabilitas internal seluruh item p       = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q       = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah k       = banyaknya item soal
S = standar deviasi
Berdasarkan  perhitungan  dihasilkan  reliabilitas  0,76.  Maka,  dapat diketahui  bahwa  instrumen  dapat  dikatakan  tinggi  dikarenakan  berada  dalam
rentang 0,600 – 0,799.
3. Pengujian Tingkat  Kesukaran Tingkat kesukaran soal  adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal
pada  tingkat  kemampuan  tertentu  yang  biasanya  dinyatakan  dalam  bentuk indeks.  Perhitungan  indeks  tingkat  kesukaran  ini  dilakukan  untuk  setiap  nomor
soal. Pada prinsipnya, skor rata-rata yang diperoleh peserta didik pada butir soal yang  bersangkutan  dinamakan  tingkat  kesukaran  butir  soal  itu.  Rumus  yang
dipergunakan  adalah  untuk  perhitungan  tingkat  kesukaran  soal  obyektif,  yaitu
4
Riduwan,  Belajar  Mudah  Penelitian  untuk  Guru,  Karyawan  dan  Peneliti  Pemula,  Bandung: Alfabeta, 2007, hal 108
38 sebagai berikut :
5
tes mengikuti
yang siswa
Jumlah soal
butir benar
menjawab yang
siswa Jumah
TK Kesukaran
Tingkat 
Hasil  perhitungan  dengan  menggunakan  rumus  di  atas  menggambarkan  tingkat kesukaran soal itu. Klasifikasi tingkat kesukaran adalah sebagai berikut :
0,00 - 0,30 soal tergolong sukar 0,31 - 0,70 soal tergolong sedang
0,71 - 1,00 soal tergolong mudah Semakin  besar  indeks  tingkat  kesukaran  yang  diperoleh  dari  hasil  hitungan,
berarti  semakin  mudah  soal  itu.  Suatu  soal  memiliki  TK=  0,00  artinya  bahwa tidak  ada  siswa  yang  menjawab  benar  dan  bila  memiliki  TK=  1,00  artinya
bahwa siswa menjawab benar. Penghitungan  tingkat  kesukaran  bertujuan  untuk  mengetahui  tingkat
kesukaran  dari  tiap  butir  soal  yang  digunakan  sehingga  dapat  diketahui  apakah soal  itu  mudah,  sedang  atau  sukar.  Sedangkan  kegunaannya  adalah  sebagai
pengenalan  konsep  terhadap  pembelajaran  ulang  dan  memberi  masukan  kepada siswa  tentang  hasil  belajar  mereka.  Tingkat  kesukaran  butir  soal  juga  dapat
digunakan untuk mempredikst alat ukur itu sendiri soal dan kemampuan peserta didik  dalam  memahami  materi  yang  diajarkan  guru.  Misalnya  satu  butir  soal
termasuk  kategori  mudah,  maka  prediksi  terhadap  informasi  ini  adalah  seperti berikut :
a.  Pengecoh butir soal itu tidak berfungsi. b.  Sebagian  besar  siswa  menjawab  benar  butir  soal  itu;  artinya  bahwa  sebagian
besar siswa telah memahami materi yang ditanyakan. Bila  suatu  butir  soal  termasuk  kategori  sukar,  maka  prediksi  terhadap  informasi
ini adalah seperti berikut: a.  Butir soal itu mungkin salah kunci jawaban.
b.  Butir soal itu mempunyai dua atau lebih jawaban yang benar.
5
Wendy Wijaya, Panduan Anabut, www.dikmenum.go.id , diakses 12 Maret 2004, hal. 7
39 c.  Materi  yang ditanyakan  belum diajarkan  atau belum  tuntas pembelajarannya,
sehingga kompetensi minimum yang harus dikuasai siswa belum tercapai. d.  Materi yang diukur tidak cocok ditanyakan dengan menggunakan bentuk soal
yang diberikan, misalnya meringkas cerita atau mengarang ditanyakan dalam bentuk pilihan ganda.
e.  Pernyataan atau kalimat soal terlalu kompleks dan panjang. 1.  Pengujian Daya Pembeda
Daya  pembeda  soal  adalah  kemampuan  suatu  soal  untuk  membedakan antara siswa  yang pandai  upper class dengan siswa  yang kurang pandai lower
class. Manfaat daya pembeda butir soal adalah sebagai berikut : a.  Meningkatkan  mutu  setiap  butir  soal  melalui  data  empiriknya.  Berdasarkan
indeks  daya  pembeda,  setiap  butir  soal  dapat  diketahui  apakah  butir  soal  itu baik, direvisi, atau ditolak.
b.  Mengetahui  seberapa  jauh  setiap  butir  soal  dapat  mendeteksimembedakan kemampuan siswa,  yaitu siswa  yang telah memahami atau belum memahami
materi yang diajarkan guru. Apabila suatu butir soal tidak dapat membedakan kedua  kemampuan  siswa  itu,  maka  butir  soal  itu  dapat  dicurigai
kemungkinannya seperti berikut ini: 1  Kunci jawaban butir soal itu tidak tepat.
2  Butir soal itu memiliki dua atau lebih kunci jawaban yang benar 3  Kompetensi yang diukur tidak jelas
4  Pengecoh tidak berfungsi 5  Materi yang ditanyakan terlalu sulit, schingga banyak siswa yang menebak
6  Sebagian  besar  siswa  yang  memahami  materi  yang  ditanyakan  berpikir  ada yang salah informasi dalam butir soalnya.
Indeks daya pembeda setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk proporsi. Semakin  tinggi  indeks  daya  pembeda  soal  berarti  semakin  mampu  soal  yang
bersangkutan membedakan siswa yang telah memahami materi dengan siswa yang belum  memahami  materi  dan  semakin  baik  soal  itu.  Jika  daya  pembeda  negatif
0 berarti lebih banyak kelompok bawah  siswa  yang tidak memahami materi menjawab  benar  soal  dibanding  dengan  kelompok  atas  siswa  yang  memahami
40 materi yang diajarkan guru. Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk pilihan
ganda adalah dengan menggunakan rumus berikut ini :
6
N BB
BA DP
2 1
 
Keterangan : DP = daya pembeda soal,
BA = jumlah jawaban benar pada kelompok atas, BB = jumlah jawaban benar pada kelompok bawah,
N=jumlah siswa yang mengerjakan tes.
I. Hipotesis Statistik
H : µ
1
= µ
2
H
1
: µ
1
≠ µ
2
Keterangan : H
:Tidak  terdapat  perbedaan  hasil  belajar  biologi  antara  siswa  yang  diajar  dengan  pendekatan salingtemas dengan siswa yang diajar dengan metode ceramah-diskusi.
H
1
:  Terdapat  perbedaan  hasil  belajar  biologi  antara  siswa  yang  diajar  dengan  pendekatan salingtemas dengan siswa yang diajar dengan metode ceramah-diskusi.
µ
1
:  Nilai rata-rata kelas yang diajar dengan pendekatan salingtemas µ
2
:  Nai rata-rata kelas yang diajar dengan metode ceramah-diskusi H
: Hipotesis nol H
1
: Hipotesis tandingan alternatif
J. Teknik Analisis Data