Tabel. 3.1. Tujuh Langkah …….. Lanjutan Tindakan
Kegiatan
4. melaksanakan pemeriksaan menyeluruh Mengikuti instruksi yang terdapat pada
petunjuk pemeriksaan pada mesinperalatan; memmperbaiki kerusakan minor jika
ditemukan
5. Melaksanakan ppemeriksaan mandiri Menggunakan cheeksheet pemeriksaan dan
tetap berusaha mengembangkan kegiatan yang dilakukan pada pemeriksaan mandiri.
6. Pengorganisasian dan kerapian Menetapkan standar kategori pengawasan
yang dilakukan individu dilungkungan kerjanya masing-masing; melaksanakan
system pengendalian maintenance yang terperinci
• Standar inspeksi untuk pembersih dan pelumasan
• Penerapan standar pembersihan dan pelumasan diarea kerja
• Penetapan standar untuk mencatat data
• Penetapan standar maintenance untuk part dan peralatan
7. Pemeliharaan mandiri secara penuh Pengembangan kebijakan dan tujuan
perusahaan untuk tahap lebih lanjut; meningkatkan kegiatan pengembangan secara
tertentu
3.6. Manfaat dari
Total Productive Maintenance TPM
Manfaat dari penerapan TPM secara sistematik dalam rencana kerja jangka panjang mempunyai pengaruh pada perusahaan khususnya menyangkut factor-
faktor berikut : a. Peningkatan produtivitas dengan menmggunakan prinsip-prinsip TPM akan
meminimalkan kerugian-kerugian pada perusahaan. b. Meningkatkan kualitas dengan TPM, meminimalkan kerusakan
mesinperalatan dan downtime mesin dengan metode yang terfokus c. Biaya produksi rendah karena rugi-rugi dan pekerjaan yang tidak memberi
nilai tambah dikurangi.
Universitas Sumatera Utara
d. Waktu delivery ke konsumen dapat ditepati, karena produksi yang tanpa ganguan lebih mudah untuk dilaksanakan.
e. Kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja lebih baik f. Meningkatkan motivasi tenaga kerja, karena hak dan tanggung jawab
didelegasikan pada tiap orang.
3.7. OEE
Overall Equipment effectiveness
Overall equipment effectiveness OEE merupakan produk dari six big losses pada mesinperalatan. Keenam faktor dalam six big losses seperti telah
dijelaskan diatas, dikelompokkan menjadi 3 komponen utama dalam OEE untuk dapat digunakan dalam mengukur kinerja mesinperalatan sebagai berikut :
1. Availability
a. Equipment failure
b. Setup and adjustment
2. Ferformance Efficiency
a. Idling and Minor Stoppages
b. Reduced Speed
3. Rate of Quality Produtcs
a. Process defects
b. Reduced yield
Overall Equipment effectiveness OEE merupakan ukuran menyeluruh yang mengindikasikan tingkat mesinperalatan dan kinerjanya secara teori.
Pengukuran ini sangat penting untuk mengetahui area mana yang perlu untuk
Universitas Sumatera Utara
ditingkatkan produktifitas ataupun efisiensi mesinperalatan dan juga dapat menunjukkan area bottleneck yang trerdapat pada linntasan produksi. OEE juga
merupakan alat ukur untuk mengevaluasi dan memberikan cara yang tepat untuk menjamin peningkatan produktifitas penggunaan mesinperalatan.
Formula matematis dari Overall Equipmment Effectiveness OEE dirumuskan sebagai berikut :
3.1 OEE = Availabilit x Performance Eficiency x Eficiency x Rate of quality Product x 100
Kondisi operasi mesinperalatan produksi tidak akan akurat ditunjukan jika hanya berdasarkan pada perhitungan satu faktor, misalnya availability saja. Dari
keenam faktor yang terdapat dalam six big losses baru downtime losses saja yang dihitung pada avalibility mesinperalatan. Rugi-rugi lainnya seperti speed Losses
dan defect losses belum lagi dihitung untuk daspat menunjukkan kondisi aktual dari mesinperalatan secara akurat, keenam factor six big losses harus diikuti
dalam perhitungan OEE. TPM mengikutkan seluruh faktor yang terdapat dalam six big losses dalam
perhitungan OEE. OEE diperoleh dengan mengalikan availability dan performance efficiency, juga mengalikannya dengan rate of quality products.
Pengukuran OEE ini merupakan kombinasi dari faktor waktu, kecepatan produksi dan kualitas pengoperasian mesinperalatan yang digunakan.
3.7.1. Availability
Availability merupakan rasio operation time terhadap waktu loading timenya.Sehingga untuk dapat menghitung availability mesin dibutuhkan nilai-
nilai dari :
Universitas Sumatera Utara
1. Operation time
2. Loading time
3. Downtime
Nilai availability dihitung dengan rumusnya sebagai berikut : Availability =
100 X
e LoadingTim
ime OperationT
= 100
x e
loadingtim Downtime
Time Loading
−
Loading time adalah waktu yang tersedia available time perhari atau perbulan dikurangi dengan waktu downtime mesin yang direncanakan planned
downtime. 3.3 Loading time total available time – planned downtime
Planned downtime adalah jumlah waktu downtime yang telah direncanakan dalam rencana produksi termasuk didalamnya waktu downtime
mesin untuk pemeliharaan scheduled maintenance atau kegiatan manajemen lainnya.
Operation time merupakan hasil pengurangan loading time dengan waktu downtime mesin non-operation time, dengan kata lain operation time adalah
waktu opersi yang tersedia available time setelah waktu-waktu downtime mesin dikeluarkan dari total available time yang direncanakan. Downtime mesin adalah
waktu proses yang seharusnya digunakan mesin akan tetapi karena adanya gangguan pada mesinperlatan equipment failures mengakibatkan tidak ada out
put yang dihasilkan. Downtime meliputi mesin berhenti beroperasi akibat
Universitas Sumatera Utara
kerusakan mesinperalatan, penggantian cetakan dies, pelaksanaan prosedur set–up dan adjustment dan lain sebagainya.
3.7.2. Performance Efficiency
Performance Efficiency merupakan hasil perkalian dari operating speed rate dan operating rate, atau rasio kuantitas produk yang dihasilkan dikalikan
dengan waktu siklus idealnya terhadap waktu yang tersedia untuk melakukan proses produksi operation time.
Operating speed rate merupakan perbandingan antara kecepatan ideal mesin berdasarkan kapasitas mesin sebenarnya theoreticalideal cycle time
dengan kecepatan aktual mesin actual cycle time. Persamaan matematikanya ditunjukkan sebagai berikut :
3.3 Operation Speed Rate = 100
x time
e Actualcycl
CycleTime ideal
3.4 net operating rate = 100
Pr x
time Operation
Time ocess
Actual
Net operating rate merupaka perbandingan antara jumlah produk yang diproses processed amount dikalikan dengan actual cycle time dengan operation
time. Net oprating rate berguna untuk menghitung rugi-rugi yang diakibatkan oleh minor stoppages dan menurunnya kecepatan produksi reduced speed.
Tiga faktor penting yang dibuthkan untuk menghitung ferformanceefficiency : 1. Ideal cycle time waktu siklus idealwaktu standar
2. Processed amount jumlah produk yang diproses 3. Operation time waktu operasi mesin
Universitas Sumatera Utara
Performance efficiency dapat dihitung sebagai berikut : 3.5
Performance efficiency = net operating x operating speed rate
eTime Actualcycl
Time Idealcycle
X ime
OperationT Time
Idealcycle x
unt ocessedAmo
Pr efficiency
e Performanc
=
100 Pr
efficiency e
Performanc 3.6
X ime
OperationT Time
Idealcycle x
unt ocessedAmo
=
3.7.3. Rate Of Quality Pruducts
Rate Of Quality Pruducts adalah rasio jumlah produk yang baik terhadap jumlah produk yang diproses. Jadi Rate Of Quality Pruducts adalah hasil
perhitungan dengan menggunakan dua factor berikut : 1. Processed amount jumlah produk yang diperoses
2. Defect amount jumlah produk yang cacat Rate of quality products dapat dihitung sebagai berikut :
3.6 Rate of quality product =
100 Pr
Pr X
unt ocessedAmo
nt DefectAmou
unt ocessedAmo
−
TPM mereduksi rugi-rugi mesinperalatan aquipment losses dengan cara meningkatkan availability , ferformance efficiency dan Rate Of Quality Pruducts.
Sejalan dengan meningkatnya ketiga faktor yang terdapat dalam OEE maka kapabilitas perusahaan juga meningkat. Untuk dapat meningkatkan TPM dalam
usaha meningkatkan produktivitas perusahaan dan mencapai efisiensi mesinperalatan yang optimal, dibutuhkan dua faktor yang sangat menentukan
keberhasilan penerapannya. Pertama harus dijaga supaya data pengoperasian mesinperalatan dicatat secara akurat sehingga pelaksanaan perencanaan dan
Universitas Sumatera Utara
pengawasan yang tepat terhadap mesinperalatan dapat disiapkan, dan yang kedua adalah kita harus merancang alat ukur yang tepat untuk mengukur kondisi
pengoperasian mesinperalatan. Dengan memasukkan keenam faktor yang terdapat dalam six big losses
dalam perhitungan OEE pada pertama kali umumnya perusahaan hanya mempunyai tingkat OEE sekitar 50 sampai 60, dengan kata lain pabrik hanya
menggunakan setengah dari potensi kapasitas efektifitas mesinperalatan yang mereka miliki.
Berdasarkan pengalaman perusahaan yang sukses menerapkan TPM dalam perusahaan mereka nilai OEE ideal yang diharapkan adalah :
- Availability ≥ 90
- Performance efficiency ≥ 95
- Rate of quality ≥ 90
Maka nilai OEE ideal yang diharapkan adalah : 0,90 x 0,95 x 0,99 x 100 = 85
3.8. Perencanaan dan Penerapan
Total Productive Maintenance TPM
Petunjuk dan prosedur pelaksanaan TPM secara rinci untuk memaksimalkan produktivitas dan efsiensi mesinperalatan harus sesuai dengan
kondisi perusahaan itu sendiri. Tiap perusahaan harus merancang dan mengembangkan rencana kegiatan
maintenance sendiri, karena kebutuhan dan permasalahan yang dihadapai berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya tergantung kepada jenis
Universitas Sumatera Utara
perusahaan, metode produksi yang diterapkan serta kondisi dan jenis mesinperalatan yang digunakan.
Menurut nakajima, terdapat beberapa kondisi dasar yang harus dipenuhi dalam pengembangan prinsip-prinsip TPM untuk dapat diterapkan dalam
perusahaan. Secara umum, untuk berhasil dalam penerapan TPM ada 5 tahap kegiatan pengembangan TPM yang harus dilakanakan yaitu :
1. Mengeliminasi six big losses untuk meningkatkan efektifitas mesinperalatan dengan cara menganalisa mengunakan diagram sebab akibat.
2. Program kegiatan pemeliharaan mandiri autonomous maintenance 3.
Membujat jadwal program maintenance bagi departemen maintenance 4. Meningkatkan skill operator mesinperalatan dan personel maintenance.
5. Merancang kegiatan manajemen mesinperaralat. Lima kegiatan tersebut diatas merupkan kegiatan dasar dalam penerapan
TPM dalam perusahaan industri. Kegiatan pengembangan tersebut merupakan tuntunan kegiatan minimal yang harus dilaksanakan dalam pengembangan TPM.
3.9. Diagram Sebab Akibat