Diagram Sebab Akibat Pengukuran Sistem Kerja Pengukuran Sistem Kerja ditujukan untuk mendapatkan waktu baku

perusahaan, metode produksi yang diterapkan serta kondisi dan jenis mesinperalatan yang digunakan. Menurut nakajima, terdapat beberapa kondisi dasar yang harus dipenuhi dalam pengembangan prinsip-prinsip TPM untuk dapat diterapkan dalam perusahaan. Secara umum, untuk berhasil dalam penerapan TPM ada 5 tahap kegiatan pengembangan TPM yang harus dilakanakan yaitu : 1. Mengeliminasi six big losses untuk meningkatkan efektifitas mesinperalatan dengan cara menganalisa mengunakan diagram sebab akibat. 2. Program kegiatan pemeliharaan mandiri autonomous maintenance 3. Membujat jadwal program maintenance bagi departemen maintenance 4. Meningkatkan skill operator mesinperalatan dan personel maintenance. 5. Merancang kegiatan manajemen mesinperaralat. Lima kegiatan tersebut diatas merupkan kegiatan dasar dalam penerapan TPM dalam perusahaan industri. Kegiatan pengembangan tersebut merupakan tuntunan kegiatan minimal yang harus dilaksanakan dalam pengembangan TPM.

3.9. Diagram Sebab Akibat

Cause and Effects Diagram Diagram ini dikenal dengan istilah diagram tulang ikan fish bone diagram diperlukan pertama kalinya oleh Prof. Kaoru Ishikawa Tokyo University tahun 1943. Diagram ini berguna untuk menganalisa dan menemukan factor-faktor yang berpengaruhi secara signifikan didalam menentukan karakteristik kualitas output kerja. Dalam hal ini metode sumbang saran Universitas Sumatera Utara brainstorming method akan cakup efektif digunakan untuk mencari faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan kerja secara detail. Untuk mencari faktor-faktor penyebab terjadinya pernyimpangan kualitas hasil kerja, maka orang selalu akan mendapatkan bahwa ada 5 faktor penyebab utama yang signifikan yang perlu diperhatikan, yaitu: 1. Manusia Man 2. Metode Kerja Work Method 3. Mesin atau peralatan kerja lainnya MachineEquipment 4. Bahan-bahan baku Raw Material 5. Lingkungan Kerja Work Environment Berikut adalah contoh penggambaran siagram sebab akibat dapat dilihat pada Gambar 3.2. Lingkungan Kerja Bahan Baku Mesin dan Peralatan Metode Kerja Manusia Efisiensi Produksi Gambar 3.1. Diagram Sebab Akibat Cause and Effecs Diagram

3.10. Pengukuran Sistem Kerja Pengukuran Sistem Kerja ditujukan untuk mendapatkan waktu baku

penyelesaian pekerjaan yaitu waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk mengerjakan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Universitas Sumatera Utara Secara garis besar, teknik–teknik pengukuran waktu dibagi ke dalam dua bagian, yaitu : 1. Teknik pengukuran waktu secara langsung Yaitu pengukuran dilakukan secara langsung di tempat dimana pekerjaan yang bersangkutan dijalankan. Dua cara yang termasuk di dalamnya adalah cara jam henti stop watch time study dan sampling pekerjaan work sampling 2. Teknik pengukuran waktu secara tidak langsung Yaitu pengukuran waktu kerja dilakukan tanpa sipengamat harus berada di tempat dimana pekerjaan dilaksanakan, yaitu dengan membaca tabel–tabel yang tersedia asalkan mengetahui jalannya pekerjaan melalui elemen–elemen pekerjaan atau elemen–elemen gerakan. Yang termasuk dalam teknik ini adalah data waktu baku dan data waktu gerakan. Pengukuran waktu kerja merupakan pekerjaan yang mengamati pekerjaan dan mencatat waktu–waktu kerjanya untuk setiap elemen atau siklus kerja dengan menggunakan alat pengukur yang teklah disiapkan. Apabila pekerja telah siap di tempat kerjanya, dimana waktu kerjanya akan diukur maka pengukur dapat memilih posisi berdirinya yang sesuai dan tepat sehingga dapat mengamati dan mencatat waktu kerja dengan baik. Posisi pengukur juga tidak boleh mengganggu pekerja yang sedang diamati. Jadi posisi pengukur ini sangat berpengaruh terhadap hasil pengukuran waktu kerja. Pengukuran waktu kerja ini disebut sebagai pengukuran pendahuluan. Tujuan melakukan pengukuran pendahuluan adalah untuk mengetahui berapa kali pengukuran harus dilakukan untuk tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan. Universitas Sumatera Utara

1. Tahapan Setelah Dilakukan Pengukuran Pendahuluan

Setelah dilakukan pengukuran pendahuluan, terdapat tiga hal yang harus dilakukan, yaitu : 1. Menguji keseragaman data Langkah–langkah dalam pengujian keseragaman data, yaitu : a. Menghitung rata–rata Dimana : x i = besarnya waktu penyelesaian yang teramati selama pengukuran pendahuluan dilakukan n = banyaknya pengukuran yang dilakukan b. Menghitung standar deviasi sebenarnya dari waktu penyelesaian Dimana : = standar deviasi = Waktu rata-rata N = jumlah pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan c. Menentukan Batas Kontrol Atas BKA dan Batas Kontrol Bawah BKB. Untuk tingkat ketelitian 5 dan tingkat keyakinan 95 rumusnya adalah : Universitas Sumatera Utara 2. Menghitung jumlah pengukuran yang sebenarnya diperlukan Untuk menentukan jumlah pengukuran waktu kerja yang sebenarnya diperlukan dengan tingkat ketelitian 5 dan tingkat keyakinan 95 digunakan rumus : N = 2 2 1 2 40 j j j X x X N           − ∑ ∑ ∑ Dimana : N’ = jumlah pengukuran yang sebenarnya diperlukan N = jumlah data setelah dilakukan uji keseragaman data 3. Bila jumlah pengukuran belum mencukupi Jika dari pengujian tersebut diperoleh N’ N, maka perlu dilakukan pengukuran tambahan, tapi jika N’ N maka data pengukuran pendahuluan sudah mencukupi.

2. Tingkat Ketelitian dan Tingkat Keyakinan

Tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan adalah pencerminan tingkat kepastian yang diinginkan oleh pengukuran setelah memutuskan untuk melakukan sampling dalam pengambilan data. Tingkat penelitian menunjukan penyimpangan maksimum yang diijinkan, sedangkan tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukur akan hasil yang diperoleh telah memenuhi syarat ketelitian yang ditentukan. Jadi tingkat ketelitian 5 dan tingkat keyakinan 95 berarti bahwa penyimpangan Universitas Sumatera Utara hasil pengukuran dari hasil yang sebenarnya maksimum sebesar 5 dan kemungkinan berhasil mendapatkan hasil yang demikian adalah 95.

3. Pengujian Keseragaman Data

Selama melakukan pengukuran maka adalah logis mendapatkan data yang tidak seragam. Karena ketidak seragaman muncul tanpa disadari, maka diperlukan suatu alat yang dapat mendeteksi ketidak seragaman tersebut. Alat yang dimaksud adalah Peta Control Shewchart. Prinsipnya adalah stiap data diplot dalam suatu peta kontrol yang telah ditentukan batas kontrol atas dan batas kontrol bawah, kemudian dilihat data yang berada didalam rentang kontrol dan di luar kontrol. Batas-batas kontrol yang dibentuk dari data merupakan batas seragam atau tidak seragamnya data. Data dikatakan seragam apabila berada diluar batas kontrol atas dan batas kontrol bawah. Dalam penentuan batas kontrol atas BKA dan batas kontrol bawah BKB sering digunakan batas 2 σ. Peta kontrol mempunyai batas-batas : BKA σ 2 + = X BKA x X σ 2 + = Universitas Sumatera Utara

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PTPN III Kebun Rambutan Pengolahan Lateks Pekat yang berlokasi di jalan Lintas Sumatera Tebing Tinggi Kota Madya Tebing Tinggi, Provinsi Sumatera Utara. Kantor pusatnya berada di jalan Sei Batanghari. Objek yang diteliti ádalah mesin atau peralatan yang berada pada area pemisahan lateks pada mesin sparator.

4.2. Jenis Penelitian

16 Berdasarkan sifatnya, maka penelitian ini digolongkan sebagai penelitian deskriftif descriptive research yaitu penelitian yang melakukan pemecahan terhadap suatu masalah yang ada sekarang secara sistematis dan faktual berdasarkan data yang ada dan bisa dikatakan juga penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya hartato, penelitian deskriptif. Saturday, 11 April 2009. Best,1982:119.. Pada penelitian ini data yang akan diambil adalah data yang berkaitan dengan gudang Block Skim Rubber dan juga data produksi Block Skim Rubber yang pemecahan masalahnya akan dilakukan secara sistematis. 16 Hartato. Penelitian Deskriptif. hal. 1 Universitas Sumatera Utara