Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar

24 d. Pujian Dalam kegiatan belajar, pujian dapat dimanfaatkan sebagai alat motivasi, guru dapat memakai pujian untuk menyenangkan perasaan anak didik. Namun pujian harus diberikan sesuai dengan hasil kerja anak didik. e. Hukuman Hukuman sebagai reinforcement yang negative, tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus memehami prinsip-prinsip pemberian hukuman. f. Memberi Ulangan Para siswa giat belajar apabila mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu memberi ulangan merupakan sarana motivasi. Tetapi guru jangan terlalu sering memberi ulangan karena bisa membosankan. Dalam hal ini guru harus terbuka, bila ada ulangan harus memberi tahu muridnya. g. Kerja Sama Bersama-sama melakukan tugas dapat mempertinggi kegiatan belajar. Kerjasama dilakukan dalam metode proyek akan tetapi dalam mata pelajaran siapapun dapat dicari pokok-pokok yang dapat memupuk hubungan sosial yang sehat. Mengingat demikian penting motivasi bagi siswa dalam belajar. Maka guru diharapkan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa-siswanya. Dalam usaha ini banyak cara yang dapat dilakukan. Sehubungan dengan pemeliharaan dan peningkatan motivasi siswa, menurut Slameto fungsi pengajar adalah: 1. Menggairahkan Siswa Dalam kegiatan rutin di kelas sehari-hari pengajar berusaha menghindari hal-hal yang monoton dan membosankan. Guru selalu memberikan pada siswa cukup banyak hal-hal yang perlu dipikirkan dan dilakukan. Guru harus memelihara minat siswa dalam belajar, yaitu dengan memberikan kebebasan tertentu untuk berpindah dari satu aspek ke 25 lain aspek pelajaran dalam situasi belajar “discovery learning” dan metode sumbang saran. Memberikan kebebasan semacam ini dapat meningkatkan kegairahan siswa, guru harus mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai keadaan awal siswa-siswanya. 2. Memberikan Harapan Realistis Guru memelihara harapan-harapan siswa yang realistis,dan memodifikasikan harapan-harapan yang kurang atau tidak realistis. Untuk itu guru memiliki pengetahuan yang cukup mengenai keberhasilan atau kegagalan akademis siswa pada masa lalu, dengan demikian pengajar dapat membedakan antara harapan-harapan yang realistis,pesimis atau terlalu optimis. Bila siswa telah banyak mengalami kegagalan, maka guru harus memberikan sebanyak mungkin keberhasilan pada siswa. 3. Memberikan Intensif Bila siswa mengalami keberhasilan,pengajar diharapkan memberikan hadiah pada para siswa dapat berupa pujian, angka yang baik dan sebagainya atas keberhasilannya, sehingga siswa terdorong untuk melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Sehubungan dengan hal ini umpan balik merupakan hal yang sangat berguna untuk meningkatkan usaha siswa. 4. Mengarahkan Pengajar harus mengarahkan tingkah laku siswa, dengan memberikan teguran, nasehat dan bimbingan serta guru melakukan pendekatan secara individual atau kelompok. Salah satu ciri guru yang memberikan motivasi adalah “antusiasme, berarti guru peduli terhadap apa yang mereka ajarkan dan mengkomunikasikan kepada murid-muridnya, bahwa apa yang mereka ajarkan adalah penting dan sikap semangat ini terpancar dalam sikap guru terhadap siswanya”. 27 27 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta; PT. Rineka Cipta, 1991, h.175-181. 26 Dapat penulis simpulkan bahwa peranan guru sebagai motivator sangat penting dalam interaksi belajar mengajar, karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial, penampilan dalam arti personalisasi dan sosialisasi diri. Selain itu guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan untuk mendinamiskan potensi siswa, menumbuhkan swadaya aktivitas sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar. 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode deskriptif kualitatif. Menurut Loncon dan Gumba sebagaimana dikutip oleh Nana Syaodih. Bahwa: ”penelitian kualitatif sebagai penelitian yang bersifat naturalistik. Penelitian ini bertolak dari paradigma naturalistik, bahwa ”kenyataan itu berdimensi jamak” peneliti dan yang diteliti bersifat interaktif, tidak bisa dipisahkan, suatu kesatuan terbentuk secara simultan, dan bertimbal balik, tidak mungkin memisahkan sebab dengan akibat, dan penelitian ini melibatkan nilai-nilai”. 1

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat yang menjadi objek penelitian adalah SMP Fatahillah, Jln. Ciputat Raya No. 5 Pondok Pinang, Jakarta Selatan. Ada beberapa alasan mengapa peneliti mengambil SMP Fatahillah-Pondok Pinang sebagai objek penelitian di antaranya: a. SMP Fatahillah-Pondok Pinang adalah tempat Peneliti melaksanakan kegiatan Praktek Profesi Keguruan Terpadu PPKT, sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian skripsi. 1 Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005. h.60-61 28 b. SMP Fatahillah-Pondok Pinang merupakan salah satu tempat yang tepat dan layak untuk dijadikan sebagai objek penelitian, yang terkait tentang “Upaya Guru IPS dalam Memotivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS”. c. SMP Fatahillah-Pondok Pinang memiliki lokasi yang tidak terlalu jauh dan letaknya pun strategis. Sehingga mudah dijangkau, seperti motor serta mobil.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan bertahap mulai dari perencanaan sampai dengan penyusunan laporan penelitian. Adapun tahap-tahap penelitian sebagai berikut: Tabel 3.1 Tahap-tahap Perencanaan Penelitian No Kegiatan Waktu 1 Pembuatan proposal skripsi 14 Januari 2010 2 Observasi lokasi penelitian 6 Februari 2010 3 4 Menyebarkan angket ke siswa kelas VII SMP Fatahillah Pengumpulan data 3 April 2010 17 April 2010 a Meminta izin kepada pihak sekolah 6 Maret 2010 b Wawancara dengan kepala sekolah 1 April 2010 c Wawancara dengan guru IPS 7 April 2010 d Meminta dokumentasi dengan staf tata usaha terkait tentang tenaga pengajar Guru dan 10 April 2010