Peran Guru Dalam Memotivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Di SMP PGRI 2 Ciledug

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

Soraya Dwi Kartika

NIM : 1111015000044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

PERAN GURU DALAM NIEMOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP PGRI2 CILEDUG

SKRIPSI

Di ajukan Unt',tk Memenuhi PLrsyarat an M emperol eh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Bidang Ilmu Pegetahuan Sosial

Oleh:

Soraya Dwi Kartika NIM : 1111015000044

Menyetujui, Pembimbing

Dr. IwaliPurwanto, M.Pd

NIP : 19730424 200807

|

012

I

I

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERi SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

LEMBAR PENGESAIIAN PENGUJI SIDANG

Skripsi berjudul Peran Guru Dalam Memotivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Di, SMP PGRI

2

Ciledug disusun oleh Soraya Dwi Kartika, Nomor Induk Mahasiswa 1111015000A44, diajukan kepada Fakultas

Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan

UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah

dinyatakan

lulus

dalam

Ujian

Munaqasah pada tanggal

28

Oktober 2016 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan IPS.

Jakarta, 30 Oktober 2016

Panitia Ujian Munaqasah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)

Dr.Iwan Purwanto. M.Pd

NIP. 19730424 2008At 1 012

S ekretaris (S ekretaris Jurusan/Prodi)

Drs. Svaripulloh. M.Si NIP: 19670909 200701 1 003

Penguji I

Dr. Ulfah Faiarini. M.Si NIP: 19670828 T99303 2 006

Penguji

ll

Andri Noor Ardiansvah. M.Si NIP: 19840312201503 1 002

Tanggal Tanda Tangan

:

t/a/tau


(4)

Yang bertanda Nama

NIM Jurusan

Alamat

Nama Pembimbing

NIP

: Dr. Iwan Purwanto, M.Pd

:19730a21 200801 1 012

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

tangan dibawah ini: Soraya Dwi Kartika

1 1 1 1015000044

Pendidikan IPS/Pendidikan Ekonomi Akuntansi

Jl. Raden Fatah, Kp. Dukutr RT.01 RW.06 No. 54, Sudimara Selatan, Ciledug Kota Tangerang.

MENI-YATAKAN DENGAi\ SESI]NGGUHI\"YA

Bahwa skripsi yang berjudul Peran Guru Dalam Memotivasi Belajar Siswa Pada

Mata Pelajaran IPS Terpadu

Di

SMP PGRI 2 Ciledug adalah benar hasil karya sendiri dibawah bimbingan dosen:

Jurusan/ProgramStudi

:PendidikanIPS/EkonomiAkuntansi

Demikian surat pernyataan

ini

saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

20t6

iii

NIM: 1111015000044


(5)

iv

Jakarta: Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. 2016.

Pembelajaran akan berhasil ketika seorang guru menggunakan media, metode dan model pembelajaran yang tepat pada saat mengajar, serta guru memahami betul perannya sebagai seorang pendidik. Salah satu peran guru adalah memberikan motivasi kepada siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran guru dalam memotivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu di SMP PGRI 2 Ciledug. Penelitian ini dilaksanakan di SMP PGRI 2 Ciledug kepada siswa kelas VII yang berjumlah 135 siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Selanjutnya data-data yang diperoleh dianalisis dan disajikan ke dalam tabel-tabel frekuensi sehingga lebih mudah dipahami dan dimengerti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru IPS berperan cukup baik di dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa cukup termotivasi di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Peran guru IPS dalam memotivasi belajar siswa sudah berjalan dengan baik dapat terlihat ketika guru memberikan ice breaking sebelum menyampaikan materi. Selain itu guru IPS juga memberikan pujian ataupun reward yang dapat memotivasi belajar siswa serta menciptakan kondisi atau proses belajar yang membuat siswa tertarik dan bersemangat mengikuti kegiatan belajar dengan penggunaan metode yang bervariasi. Dengan demikian, peranan guru sangat penting di dalam memberikan motivasi pada saat kegiatan belajar mengajar. Sehingga dampak dari pemberian motivasi tersebut yaitu adanya rasa ketertarikan dan kesenangan siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran IPS.


(6)

v

SORAYA DWI KARTIKA. Teacher’s Role in Motivating Students Learning in

Integrated Social Sciences Subjects in SMP PGRI 2 Ciledug. Minithesis. Jakarta: Departement of Educations Social Sciences Faculty of Tarbiyah and Teaching State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah. 2016.

Learning will be successful when a teacher uses media, methods and models appropriate learning when teaching, and teachers fully understand his role as an educator. One of the teacher's role is to give motivation to students. This study aims to determine the role of teachers in motivating students in the Integrated Social Science subjects in SMP PGRI 2 Ciledug. The research was conducted in SMP PGRI 2 Ciledug to seventh grade students totaling 135 students. The method used is descriptive qualitative data collection techniques used include observation, interviews, questionnaires and documentation. Furthermore, the data obtained are analyzed and presented in frequency tables so it's easier to be understood.The results showed that the social studies teacher plays quite well in learning activities, so that students are motivated enough in participating in learning activities. Social sciences teacher's role in motivating student learning is already well underway can be seen when teachers provide ice breaking before delivering the material. Besides social studies teachers also give praise or rewards that can motivate students to learn and create a condition or learning that keep students interested and eager to follow the learning activities with the use of various methods. Thus, the role of teachers is crucial in providing the motivation at the time of study. So the impact of the provision that motivation is a sense of interest and excitement of students to participate in learning activities social sciences.


(7)

vi

Puji serta syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT dan Rasulullah SAW beserta keluarganya. Saya sebagai penulis berucap syukur telah diberi nikmat iman, islam dan kesehatan dalam menyelesaikan skripsi sebagai syarat kelulusan pada semester akhir. Dalam hal ini penulis telah secara maksimal mencurahkan segala pikiran dan daya upaya dalam penyusunan skripsi ini. Penulis telah melakukan penelitian terkait Peran Guru Dalam Memotivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Di SMP PGRI 2 Ciledug. Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil, maka penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan sekaligus sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan saran dalam pembuatan skripsi ini.

3. Drs. H. Syaripulloh, M.Si, selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Teuku Ramli Zakaria, M.A, Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan, motivasi dan semangat kepada penulis selama menjadi mahasiswa.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.


(8)

vii

6. Ungkapan terimakasih penulis ucapkan dengan rendah hati dan rasa hormat kepada Papa Teguh SNK Baroto dan yang tercinta Mama Dede Robaya serta keluarga penulis (Aa Aditya Bayu Nugroho dan Teteh Ayu Aprianih) yang selalu memberikan kasih sayang, motivasi dan doa dengan segala pengorbanannya yang telah diberikan untuk penulis. Semua merupakan dorongan moril yang paling efektif bagi kelanjutan penulis sampai saat ini.

7. Seluruh Civitas Akademi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Pimpinan dan Staff Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Kepala Sekolah beserta staffnya, guru-guru, dan siswa/i SMP PGRI 2 Ciledug-Tangerang yang telah bekerjasama, meluangkan waktu dan tenaganya dalam penelitian yang dilakukan penulis.

10.Terkhusus untuk Muchtar, S.Pd, yang selalu menemani, memberikan saran, menghilangkan stres dan kesulitan serta memberikan motivasi penuh selama proses penyusunan skripsi. Terimakasih atas ketersediaannya dalam memberikan dukungan, serta perhatiannya selama ini.

11.Sahabat-sahabat terbaik (Rahmi Utami, Zusrini, Nida Nurazizah dan Nur Indah Sari) yang selalu memberikan bantuan, dukungan, dan menghibur penulis ketika merasa tidak mampu dalam menyelesaikan berbagai tugas. 12.Teman-teman seperjuangan Pendidikan IPS 2011, terlebih khusus untuk

Pendidikan Ekonomi Akuntansi 2011 kalian semua telah memberikan motivasi dan warna dalam hidup penulis.

13.Rekan-rekan mengajar di Bimbel Visi Barito yang selalu mengingatkan, memberikan motivasi dan tidak pelit berbagi ilmunya hingga terselesaikannya skripsi ini.


(9)

viii

Atas bantuan mereka yang sangat berharga, penulis berdo’a semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda sebagai amal shaleh dan ketaatan kepada-Nya. Aamiin.

Harapan penulis, semoga penyusunan skripsi ini akan dapat membantu mahasiswa dalam penyusunan skripsi di semester akhir dan menjadi acuan pula bagi adik-adik kelas yang hendak pula akan mengerjakan skripsi.

Wassalmu’alaikum, Wr. Wb

Jakarta, 28 Maret 2016


(10)

ix

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SIDANG ... ii

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Pengertian Dan Peran Guru ... 9

1. Pengertian Guru ... 9

2. Peran Guru ... 11

B. Motivasi Belajar ... 23

1. Pengertian Motivasi ... 23

2. Pengertian Belajar ... 25

3. Motivasi Belajar ... 28

4. Macam-Macam Motivasi ... 29

a. Motivasi Intrinsik ... 30


(11)

x

D. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 37

1. Pengertian Pendidikan IPS ... 37

2. Tujuan Pendidikan IPS ... 38

E. Hasil Penelitian yang Relevan ... 39

F. Kerangka Berpikir ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 41

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 41

1. Tempat Penelitian ... 41

2. Waktu Penelitian ... 41

B. Metode Penelitian... 41

C. Populasi dan Sampel ... 42

1. Populasi ... 42

2. Sampel ... 43

D. Teknik Pengumpulan Data ... 43

1. Observasi ... 43

2. Wawancara ... 44

3. Angket (Kuesioner) ... 44

4. Dokumentasi ... 45

E. Instrumen Pengumpulan Data ... 45

1. Definisi Konseptual ... 45

2. Definisi Operasional ... 46

3. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 46

a. Observasi ... 46

b. Wawancara ……… 48

c. Angket (Kuesioner) ………... 48


(12)

xi

F. Teknik Analisis Keabsahan Data ... 51

1. Teknik Analisis Keabsahan Data Wawancara dan Observasi .. 51

2. Teknik Analisis Keabsahan Data Angket ... 52

a. Uji Validitas ... 52

b. Uji Reliabilitas ... 53

c. Editing ... 54

d. Skoring ... 54

G. Teknik Analisa Data ... 54

1. Editing ... 55

2. Coding ... 56

3. Tabulating ... 56

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 61

A. Kondisi Umum SMP PGRI 2 Ciledug ... 61

1. Sejarah Singkat SMP PGRI 2 Ciledug ... 61

2.Visi dan Misi SMP PGRI 2 Ciledug ... 62

3. Identitas SMP PGRI 2 Ciledug ... 63

4. Sarana dan Prasarana SMP PGRI 2 Ciledug ... 63

5. Kegiatan Ekstrakulikuler SMP PGRI 2 Ciledug ... 64

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 64

1. Hasil Observasi ... 64

a. Observasi Guru ... 64

b. Observasi Siswa ... 65

2. Hasil Wawancara ... 66

3. Hasil Angket ... 69

a. Pembahasan Hasil Data Angket ... 69

b. Analisa Hasil Penelitian Dan Pembahasan ... 109

1) Tabulasi Angket Peran Guru IPS ... 109

2) Tabulasi Angket Motivasi Belajar Siswa ... 110


(13)

xii

DAFTAR PUSTAKA ... 119 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(14)

xiii

Tabel 3.1 Kisi-kisi instrumen observasi peran guru IPS ... 46

Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen observasi motivasi belajar siswa ... 47

Tabel 3.3 Kisi-kisi instrumen angket peran guru IPS ... 49

Tabel 3.4 Kisi-kisi instrumen angket motivasi belajar siswa ... 50

Tabel 3.5 Kisi-kisi instrumen dokumentasi ... 50

Tabel 3.6 Indeks reliabilitas ... 53

Tabel 4.1 Guru IPS dapat mengkondisikan kelas sebelum memulai pelajaran ... 69

Tabel 4.2 Guru IPS mampu mengendalikan emosi atau menahan amarah ... 70

Tabel 4.3 Guru IPS melarang siswa untuk bekerjasama apabila mengalami kesulitan dalam belajar ketika di kelas ... 71

Tabel 4.4 Guru IPS memberikan dorongan kepada siswa untuk bekerjasama dengan temannya apabila mengalami kesulitan dalam belajar ... 72

Tabel 4.5 Guru IPS memberikan hadiah kepada siswa yang berprestasi ... 73

Tabel 4.6 Guru IPS memberikan hukuman berupa tugas kepada siswa yang tidak mengikuti pelajaran atau mengerjakan tugas ... 74

Tabel 4.7 Guru IPS memberikan metode pembelajaran yang bervariasi ... 75

Tabel 4.8 Guru IPS memberikan nasihat ketika ada siswa yang berperilaku kurang sopan ... 76

Tabel 4.9 Guru IPS memberikan pujian ketika ada siswa yang bersikap baik atau positif dalam belajar ... 77

Tabel 4.10 Guru IPS memberikan ulangan setiap sub pokok bahasan selesai ... 79

Tabel 4.11 Guru IPS memberitahukan hasil atau nilai ulangan kepada siswa ... 80

Tabel 4.12 Guru IPS memberitahukan terlebih dahulu apabila akan mengadakan ulangan ... 81

Tabel 4.13 Guru IPS memiliki sifat dan bertutur kata yang santun ... 82

Tabel 4.14 Guru IPS menangani perilaku siswa yang tidak diinginkan secara positif ... 83

Tabel 4.15 Guru IPS memberikan teguran ketika ada siswa yang tidak memperhatikan pelajaran di kelas ... 84


(15)

xiv

belum hadir ... 87

Tabel 4.19 Guru IPS menguasai materi pelajaran dengan baik ketika penyampaian materi ... 88

Tabel 4.20 Guru IPS menunjukkan sifat proporsional (tidak membawa masalah pribadi ke dalam kelas) ... 89

Tabel 4.21 Guru IPS pernah memberikan hukuman ... 90

Tabel 4.22 Guru IPS pernah memberikan penghargaan ... 91

Tabel 4.23 Guru IPS pernah menyebutkan nama siswa secara langsung pada saat memberi teguran ... 92

Tabel 4.24 Guru IPS ramah dengan siswa pada saat di luar kelas ... 93

Tabel 4.25 Guru IPS mengucapkan salam dan memulai pelajaran dengan berdoa ... 94

Tabel 4.26 Guru IPS semangat dalam mengajar ... 95

Tabel 4.27 Guru IPS tidak bisa menjawab pertanyaan dengan baik ketika ada siswa yang bertanya ... 96

Tabel 4.28 Guru IPS tidak pernah mempersiapkan kondisi kelas sebelum memulai pelajaran ... 97

Tabel 4.29 Guru IPS tidak pernah mengevaluasi kegiatan siswa setiap pertemuannya ... 98

Tabel 4.30 Belajar IPS atau mengerjakan tugas-tugas IPS demi menghindari hukuman yang diancamkan ... 99

Tabel 4.31 Belajar IPS karena ingin dipuji guru ... 100

Tabel 4.32 Belajar IPS karena ingin dipuji orangtua ... 101

Tabel 4.33 Belajar IPS karena ingin menambah pengetahuan ... 102

Tabel 4.34 Belajar IPS untuk mendapatkan nilai yang bagus agar mampu bersaing dengan siswa lainnya ... 103


(16)

xv

Tabel 4.37 Merasa malas mencatat pelajaran IPS ... 105

Tabel 4.38 Rajin belajar IPS karena ingin mendapatkan hadiah yang disajikan guru ... 106

Tabel 4.39 Senang ketika mengerjakan tugas-tugas IPS ... 107

Tabel 4.40 Tertarik menyelesaikan PR atau tugas yang diberikan guru IPS ... 108

Tabel 4.41 Angket peran guru IPS ... 109


(17)

xvi

Lampiran 3 Hasil Angket Uji Coba Motivasi Belajar Siswa Lampiran 4 Hasil Angket Peran Guru IPS

Lampiran 5 Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa

Lampiran 6 Tabulasi Data Peran Guru IPS dan Motivasi Belajar Siswa Lampiran 7 Distribusi Frekuensi Peran Guru IPS

Lampiran 8 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siswa Lampiran 9 Uji Validitas Peran Guru IPS

Lampiran 10 Uji Validitas Motivasi Belajar Siswa Lampiran 11 Uji Reliaibilitas Peran Guru IPS Lampiran 12 Uji Reliabilitas Motivasi Belajar Siswa Lampiran 13 Angket Uji Coba

Lampiran 14 Angket Penelitian

Lampiran 15 Instrumen Wawancara Guru IPS Lampiran 16 Instrumen Wawancara Siswa Lampiran 17 Hasil Wawancara Guru IPS Lampiran 18 Hasil Wawancara Siswa

Lampiran 19 Hasil Observasi Peran Guru IPS

Lampiran 20 Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa Lampiran 21 Lembar Dokumentasi

Lampiran 22 RPP Lampiran 23 Foto

Lampiran 24 Uji Referensi

Lampiran 25 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 26 Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 27 Surat Izin Penelitian Dari Sekolah


(18)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak merupakan investasi yang sangat penting bagi penyiapan sumber daya manusia (SDM) di masa depan. Dalam rangka mempersiapkan SDM yang berkualitas untuk masa depan, pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk diberikan sejak usia dini.

Dalam undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa fungsi Pendidikan Nasional adalah

“mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab”.1

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran. Salah satu faktor dari dalam diri yang menentukan berhasil tidaknya dalam proses belajar-mengajar adalah motivasi belajar. Dalam belajar masing-masing siswa memiliki motivasi belajar yang berbeda-beda. Ada siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan ada pula siswa yang memiliki motivasi belajar rendah.

Menurut Hamzah B. Uno, “motivasi juga dapat dikatakan sebagai perbedaan antara dapat melaksanakan dan mau melaksanakan. Motivasi lebih dekat pada mau melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya”.2

Motivasi belajar sering dikenali sebagai daya dorong untuk mencapai hasil yang baik yang biasanya diwujudkan dalam bentuk tingkah laku belajar

1

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS.

2

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), cet. Ke-3, h. 1.


(19)

atau menunjukkan usaha-usaha untuk mencapai tujuan belajar. Betapa pentingnya sebuah motivasi bagi setiap orang dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam kegiatan proses belajar-mengajar.

Tugas guru sebagai pendidik tidak hanya menyampaikan materi atau pelajaran di dalam kelas saja, akan tetapi harus bisa memberikan motivasi kepada siswa. Untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa yang tinggi, maka peranan guru dan siswa sangatlah dibutuhkan, sebab hanya seorang gurulah dan siswa itu sendiri yang mampu menumbuhkan motivasi belajar siswa pada saat berada di dalam kelas. Menurut Sardiman A.M, guru adalah “salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar-mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan”.3 Peran guru yang baik akan terlihat dari sejauh mana guru tersebut dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya tersebut maka perlu di dukung oleh seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh guru yaitu kompetensi.

Menurut UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa: kompetensi yang harus dimiliki oleh guru adalah kompetensi guru sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.4 Mengacu pada pengertian tersebut, maka dalam hal ini kompetensi guru dapat diartikan sebagai gambaran tentang apa yang dapat dilakukan seorang guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sehingga akan menghasilkan hasil yang baik.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a menyatakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan

3

Sardiman.A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012), cet. Ke-21, h.125.

4


(20)

pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.5

Sebagai pengajar, guru seharusnya membantu perkembangan siswa untuk dapat menerima dan memahami serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu guru harus memotivasi siswa agar senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan. Pada akhirnya, seorang guru dapat memainkan perannya sebagai motivator dalam proses belajar mengajar bila guru itu menguasai dan mampu melakukan keterampilan-keterampilan yang relevan dengan situasi dan kondisi para siswa. Dengan demikian siswa dapat menyerap apa yang telah diajarkan oleh guru dan besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan potensinya.

Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara saksama dalam meningkatakan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam pengorganisasian kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar-mengajar, penggunaan media pembelajaran, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses pembelajaran. Dalam hal ini motivasi yang digunakan adalah dengan penggunaan metode yang bervariasi. Penggunaan metode yang bervariasi dapat meningkatkan semangat siswa. Penggunaan ini dapat menjembatani gaya-gaya belajar anak didik dalam menyerap bahan pelajaran. Motivasi belajar dari anak didik akan bangkit sejalan dengan penggunaan metode mengajar yang sesuai dengan kondisi psikologis anak didik.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.6 Kompetensi kepribadian merupakan kecakapan atau kemampuan atau wewenang yang berkaitan erat dengan tingkah laku pribadi guru itu sendiri yang memiliki

5

Mulyasa. E, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2008), h. 75.

6


(21)

nilai-nilai yang baik sehingga dapat terlihat dari perilakunya sehari-hari. Fungsi dari kompetensi kepribadian yang dimiliki guru adalah memberikan bimbingan dan contoh teladan, mengembangkan kreativitas dan memotivasi belajar siswanya.

Kompetensi kepribadian menuntut guru untuk berperan yaitu melakukan tindakan yang mampu mendorong kemauan murid untuk mengungkapkan pendapatnya, menerima siswa dengan segala kekurangan dan kelebihannya, mau menanggapi pendapat siswa secara positif, dalam batas tertentu berusaha memahami kemungkinan terdapatnya masalah pribadi dari siswa, menunjukkan perhatian terhadap permasalahan yang dihadapi siswa, dan menunjukkan sikap ramah serta penuh pengertian terhadap siswa.

Dalam hal ini motivasi yang digunakan adalah dengan memberi pujian. Dalam kegiatan belajar, apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. “Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Guru dapat memakai pujian untuk menyenangkan perasaan siswa”.7

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang diterapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.8

Kompetensi profesional guru adalah sejumlah kompetensi yang berhubungan dengan profesi yang menuntut berbagai keahlian dibidang pendidikan atau keguruan. Kompetensi profesional merupakan kemampuan dasar guru dalam pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia, bidang studi yang dibinanya, sikap yang tepat tentang lingkungan proses belajar mengajar dan mempunyai ketrampilan dalam teknik mengajar.

Disini guru harus berperan sebagai pendidik, guru harus menguasai ilmu antara lain mempunyai pengetahuan yang luas, menguasai bahan pelajaran

7

Sardiman.A.M, Interaksi dan MotivasiBelajar Mengajar, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012), cet. Ke-21, h 95.

8


(22)

serta ilmu-ilmu yang bertalian dengan mata pelajaran atau bidang studi yang diajarkan, menguasai teori dan praktek mendidik, teori kurikulum metode pengajaran, teknologi pendidikan, teori evaluasi psikologi belajar dan sebagainya. Motivasi yang dapat diberikan kepada siswa dalam hal ini adalah memberi angka. Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka atau nilai yang baik.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua atau wali peserta didik dan masyarakat sekitar.9 Kompetensi sosial dalam kegiatan belajar mengajar berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam komunikasi dengan masyarakat di sekitar sekolah dan masyarakat tempat guru tinggal sehingga peranan dan cara guru berkomunikasi di masyarakat di harapkan memiliki karakteristik sendiri yang sedikit banyak berbeda dengan orang lain yang bukan guru.

Dalam hal ini, peran guru diharapkan dapat menciptakan hubungan yang serasi dan penuh kegairahan dalam interaksi belajar mengajar di kelas, dalam menunjukkan kegiatan antara lain, menangani perilaku siswa yang tidak diinginkan secara positif, menunjukkan kegairahan dalam mengajar, murah senyum, mampu mengendalikan emosi, dan mampu bersifat proporsional sehingga berbagai masalah pribadi dari guru itu sendiri dapat didudukan pada tempatnya. Motivasi belajar yang dapat diberikan adalah kerja sama. Bersama-sama mengerjakan tugas dapat mempertinggi kegiatan belajar. Kerjasama dilakukan dalam metode proyek akan tetapi dalam mata pelajaran siapapun dapat dicari pokok-pokok yang dapat menumpuk hubungn sosial yang sehat.

Dari keempat kompetensi tersebut mutlak harus dimiliki oleh seorang guru yang profesional. Namun kenyataannya masih banyak guru yang tidak

9


(23)

menekuni profesinya secara utuh, hal ini disebabkan oleh sebagian guru yang bekerja di luar jam kerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga guru tidak memiliki kesempatan untuk meningkatkan diri, baik dalam membaca, menulis, dan membuka internet, menunjukkan penurunan dalam kinerjanya. Hal ini dapat dilihat dari melemahnya motivasi kerja guru dalam bekerja yang bisa dilihat antara lain gejala-gejala guru yang masuk kelas tidak tepat waktu atau terlambat masuk ke sekolah, guru yang persiapannya mengajarnya yang kurang lengkap, tugas guru yang rutin dalam kegiatan belajar mengajar menunjukkan fenomena bahwa guru mengajar hanya sebuah rutinitas belaka tanpa adanya inovasi pengembangan lebih lanjut.

Dalam penelitian ini saya memilih Ibu Nini Yuliati, SE selaku guru IPS sebagai obyek penelitian karena Ibu Nini ini adalah guru yang terkenal dikalangan siswa/i dan sekaligus guru favorit bagi siswa/i di sekolah tersebut. Kelas yang akan saya amati adalah kelas dengan siswa/i yang nilai IPS nya masih ada di bawah KKM. Materi IPS yang akan disampaikan pada saat saya melakukan penelitian adalah IPS Terpadu-Ekonomi tentang usaha manusia memenuhi kebutuhan.

Dari hasil pengamatan saya, kemampuan guru bidang studi IPS Terpadu di SMP PGRI 2 sangatlah bagus namun pada waktu belajar sering kali siswa-siswi dalam satu kelas ada yang giat dan ada pula yang bermalas-malasan untuk belajar, sering berbuat gaduh di dalam kelas dan mengantuk ketika kegiatan proses belajar mengajar berlangsung, ada yang suka bermain-main di dalam kelas dan ada juga yang tidak serius mengikuti pelajaran yang diajarkan oleh guru.

Mungkin siswa tidak memahami apa yang di terangkan oleh guru, atau siswa tidak simpatik terhadap penampilan guru mengajar sehingga tidak timbul motivasi siswa untuk mengikuti pelajaran. Oleh karena itu dibutuhkan kemampuan guru IPS Terpadu tersebut dalam mengajar dan juga sebagai motivator, sehingga diharapkan mampu meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.


(24)

Berdasarkan pejelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa peran guru sangatlah dibutuhkan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di kelas, khususnya pada mata pelajaran IPS Terpadu. Pembelajaran akan berhasil ketika seorang guru menggunakan media, metode dan model pembelajaran yang tepat pada saat mengajar, serta guru memahami benar perannya sebagai seorang pendidik. Selain itu, motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS Terpadu dapat terangsang jika seorang guru terus-menerus memberikan rangsangan atau motivasi yang tinggi pada siswa itu sendiri.

Dengan dasar itulah, penulis memandang perlu untuk membahas masalah ini dengan melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul

“PERAN GURU DALAM MEMOTIVASI BELAJAR SISWA PADA

MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP PGRI 2 CILEDUG”. B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah yang diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Guru kurang berperan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu.

2. Minimnya kemampuan guru dalam memotivasi semangat belajar siswa di SMP PGRI 2 Ciledug.

3. Guru kurang mampu memotivasi siswa untuk belajar dengan baik pada mata pelajaran IPS Terpadu.

4. Guru kurang menguasai strategi dan metode dalam model pembelajaran yang merupakan salah satu pembangkit motivasi belajar siswa.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas, untuk lebih memperjelas dan memberi arah yang tepat dalam pembahasan skripsi ini, maka diberikan batasan yang berkaitan dan sesuai dengan judul yang ada. Penulis hanya akan membahas masalah:


(25)

Peran guru dalam memotivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu di SMP PGRI 2 Ciledug.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, dapatlah penulis rumuskan masalahnya sebagai berikut:

Bagaimana peran guru dalam memotivasi belajar siswa pada proses pembelajaran mata pelajaran IPS Terpadu di SMP PGRI 2 Ciledug?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui peran guru dalam memotivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu di SMP PGRI 2 Ciledug.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Secara umum penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam dunia Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

2. Secara institusional hasil penelitian diharapkan dapat memberikan konstribusi terhadap pengembangan mata pelajaran IPS Terpadu.

3. Secara praktis diharapkan dapat berdaya guna dalam perbaikan dan meningkatkan kualitas pembelajaran IPS Terpadu, terutama bagi para guru dan calon guru dalam meningkatkan peran dan diharapkan memperoleh cara atau strategi-strategi yang baru dalam memotivasi siswa untuk lebih giat dalam pembelajaran IPS.


(26)

9

KAJIAN PUSTAKA

A.Pengertian Dan Peran Guru 1. Pengertian Guru

Secara garis besar, guru berarti seorang pengajar suatu ilmu. Akan tetapi bidang ilmu itu beraneka macam, sebutan untuk guru pun bisa bermacam-macam. Misalnya guru mengaji, guru musik, guru menari, guru melukis, dan lain sebagainya. Bahkan ada pula guru dalam hal-hal yang bermakna negatif, seperti guru mencopet dan guru merampok.

Pada umumnya orang-orang mengatakan bahwa guru dan pendidik memiliki arti yang sama. Pendidik berasal dari kata dasar didik, dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI) artinya “memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran”. Arti lain dari kata pendidik adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik. Sedangkan guru, dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI)

artinya adalah “orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya)

mengajar”. Tugas utama seorang guru adalah mengajar, yaitu membuat orang lain memahami sesuatu yang belum dipahami sebelumnya.

Dari pengertian keduanya dapat disimpulkan, antara pendidik dan guru memiliki arti yang sama yaitu melaksanakan proses pembelajaran (kegiatan belajar mengajar), serta melatih dan menilai hasil pembelajaran. Jadi, dapat dikatakan bahwa pendidik adalah guru yang menjadi panutan bagi siswa. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa dan disiplin.

Kata guru dalam bahasa arab disebut (mu‟allim) dan dalam bahasa

inggris disebut (teacher) memiliki arti sederhana, yaitu a person whose occupation teaching other. Artinya guru ialah seorang yang pekerjaannya mengajar orang lain.


(27)

Adapun guru dalam bahasa jawa adalah seorang guru yang harus digugu dan ditiru oleh semua muridnya. Harus digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakini kebenarannya oleh semua murid. Segala ilmu pengetahuan yang datangnya dari guru dijadikan sebuah kebenaran yang tidak perlu dibuktikan atau diteliti lagi. Seorang guru juga harus ditiru, artinya seorang guru menjadi suri tauladan bagi semua muridnya. Mulai dari cara berpikir, cara bicara dan cara berperilakunya sehari-hari.

Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, guru adalah “manusia yang memiliki kepribadian sebagai individu” kepribadian guru, seperti halnya kepribadian individu pada umumnya terdiri atas aspek jasmaniah, intelektual, sosial, emosional dan moral.1

Berkaitan dengan hal ini, sebenarnya guru memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks di dalam proses belajar-mengajar, dalam usahanya untuk mengantarkan siswa atau anak didik ke taraf yang dicita-citakan.2

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa guru adalah pendidik profesional, karena ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para orangtua. Mereka ini, tatkala menyerahkan anaknya ke sekolah, berarti sekaligus melimpahkan sebagian tanggung jawab pendidikan anaknya kepada guru. Selain itu, guru adalah pekerjaan operasional dengan tugas utamanya adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

1

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet. Ke-5, h.252.

2


(28)

2. Peran Guru

Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, “peran adalah pemain atau sesuatu yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan yang terutama dalam terjadinya sesuatu hal atau peristiwa”.3

Sedangkan dalam penelitian ini peran yang dimaksud adalah peran guru. Sehingga dapat penulis simpulkan bahwa peran guru adalah pemain yang terlibat (guru) dalam melakukan suatu hal atau kegiatan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Sehubungan dengan fungsinya sebagai “pengajar”, “pendidik”, dan

“pembimbing”, maka diperlukan adanya berbagai peranan pada diri seorang

guru. Peranan guru ini akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya, baik dengan siswa (yang terutama), sesama guru, maupun staf yang lain. Dari berbagai kegiatan interaksi belajar-mengajar, dapat dipandang sebagai sentral bagi peranannya. Sebab baik disadari atau tidak bahwa sebagian dari waktu dan perhatian guru banyak dicurahkan untuk menggarap proses belajar-mengajar dan berinteraksi dengan siswa.

Peran guru sangat menentukan dalam usaha peningkatan mutu pendidikan. Untuk itu guru sebagai agen pembelajaran dituntut untuk mampu menyelenggarakan proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya, dalam kerangka pembangunan pendidikan. Guru mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis dalam pembangunan bidang pendidikan, dan oleh karena itu perlu dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat.4 Mengenai apa peranan guru itu ada beberapa pendapat yang dijelaskan sebagaimana dikutip Sardiman A.M, antara lain:

a. Prey Katz menggambarkan “peranan guru sebagai komunikator, sahabat yang dapat memberikan nasihat-nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan

3

Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern.

4

Yusufhadi Miarso, Peningkatan Kualifikasi Guru dalam Perspektif Teknologi Pendidikan, Jurnal Pendidikan Penabur, 2008.


(29)

sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, orang yang menguasai bahan yang diajarkan”.

b. Havighurst menjelaskan bahwa “peranan guru di sekolah sebagai pegawai (employee) dalam hubungan kedinasan, sebagai bawahan

(subordinate) terhadap atasannya, sebagai kolega dalam hubungannya

dengan teman sejawat, sebagai mediator dalam hubungannya dengan anak didik, sebagai pengantar disiplin, evaluator dan pengganti

orangtua”.

c. James W. Brown mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru

“menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencana dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi

kegiatan siswa”.5

Mulyana A. Z mengatakan “peran guru adalah menciptakan hubungan yang serasi dan penuh kegairahan dalam interaksi belajar mengajar di kelas, dalam menunjukkan kegiatan antara lain, menangani perilaku siswa yang tidak diinginkan secara positif, menunjukkan kegairahan dalam mengajar, murah senyum, mampu mengendalikan emosi, dan mampu bersifat proporsional sehingga berbagai masalah pribadi dari guru itu sendiri dapat didudukan pada tempatnya”.6

Sedangkan Wina Sanjaya mengemukakan “peran guru sebagai berikut: a) Guru sebagai sumber belajar; b) Guru sebagai fasilitator; c) Guru sebagai pengelola; d) Guru sebagai demonstrator; e) Guru sebagai pembimbing; f) Guru sebagai motivator; g) Guru sebagai evaluator”.7

Peran guru sebagai sumber belajar merupakan peran yang sangat penting. Peran sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran. Karena guru yang baik adalah guru yang dapat menguasai

5

Sardiman.A.M, op. cit., h.143.

6

Ibid., h. 145

7

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: PT. Kencana, 2006), EdisiI, Cet. Ke-5, h. 20-31.


(30)

materi pelajaran, sehingga ia dapat dengan benar berperan sebagai sumber belajar bagi anak. Semua yang tidak di ketahui oleh anak dapat di jawab oleh guru dengan penuh keyakinan. Adapun hal-hal yang dapat di lakukan oleh guru sebagai sumber belajar siswa yaitu, guru harus memiliki bahan referensi yang lebih banyak dibandingkan siswa, guru dapat menunjukan sumber belajar yang dapat di pelajari oleh siswa, guru harus melakukan pemetaan tentang materi pelajaran.

Peran guru sebagai fasilitator, guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Fasilitas yang di berikan oleh guru tersebut selain berupa media pembelajaran, metode, dan penguasaan materi agar siswa dapat dengan mudah mendapat informasi mengenai materi belajar yang tidak di pahami oleh siswa dan di dapat pada guru.

Peran guru sebagai pengelola, guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar bagi seluruh siswa. Dalam melakukan pengelolaan pembelajaran ada dua macam yang harus di laksanakan oleh guru yaitu, mengelola sumber belajar dan melaksanakan peran sebagai sumber belajar itu sendiri.

Peran guru sebagai demonstrator, yang dimaksud guru sebagai demonstrator adalah peran untuk mempertunjukan kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan. Ada dua konteks guru sebagai demonstrator. Pertama, guru harus menunjukan sikap-sikap yang terpuji karena guru merupakan sosok ideal dalam setiap aspek kehidupan. Apa yang di lakukan oleh guru akan ditiru oleh setiap siswa. Kedua, guru harus dapat menunjukan bagaimana caranya agar setiap materi pelajaran bisa lebih dipahami dan dihayati oleh setiap siswa. Oleh karena itu sebagai demonstrator erat kaitannya dengan pengaturan strategi pembelajaran yang lebih efektif.


(31)

Peran guru sebagai pembimbing. Kepribadian setiap siswa beragam dari bakat, minat, kemampuan, dan sebagainya. Disamping itu manusia adalah makhluk yang sedang berkembang dan perkembangan para siswa itu tidaklah sama. Perbedaan itulah yang menuntut guru harus berperan sebagai pembimbing. Disinilah peran guru membimbing para siswa agar dapat menemukan berbagai potensi yang dimilikinya sebagai bekal hidup mereka, membimbing siswa agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka.

Peran guru sebagai motivator, dalam proses pembelajaran motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, tetapi di karenakan tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya. Dengan demikian guru dituntut untuk lebih kreatif dalam membangkitkan motivasi belajar siswa. Diantaranya dengan memperjelas tujuan yang ingin di capai, membangkitkan minat siswa, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dalam belajar, memberi pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa, berikan penilaian, berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa, dan ciptakan persaingan dan kerjasama antar siswa dan guru.

Peran guru sebagai evaluator. Sebagai evaluator guru berperan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Terdapat dua fungsi dalam memerankan fungsinya sebagai evaluator. Pertama, untuk menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Kedua, untuk menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang telah di programkan.

Dari beberapa pendapat di atas, maka secara rinci peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar yaitu, a) Informator; b) Organisator; c) Motivator;


(32)

d) Pengarah/Director; e) Inisiator; f) Transmitter; g) Fasilitator; h) Mediator, dan; i) Evaluator 8, secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut:

Guru sebagai informator harus dapat memberikan informasi-informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. Informasi yang baik dan efektif diperlukan dari guru. Kesalahan informasi dari guru adalah racun siswa. Untuk menjadi informator yang baik dan efektif, pengusaan bahasalah sebagai kuncinya. Didukung dengan pengusaan bahan yang akan diberikan kepada siswa. Informator yang baik adalah guru yang mengerti apa kebutuhan siswa dan mengabdi untuk anak didik.

Guru sebagai organisator, adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan dari guru. Dalam bidang ini guru memiliki kegiatan pengolahan kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik, dan sebagainya semuanya diorganisasikan, sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri siswa.

Peranan guru sebagai motivator ini penting artinya dalam rangka meningkatkan semangat dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru harus memberikan dorongan untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan aktivitas dan daya cipta sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar. Guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bersemangat dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat menganalisis motif-motif yang melatar belakangi siswa malas belajar dan menurun prestasinya disekolah. Setiap saat guru harus bertindak sebagai motivator, karena dalam interaksi edukatifnya tidak mustahil ada diantara siswa yang malas belajar dan sebagainya. Motivasi dapat efektif bila dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan siswa. Penganekaragaman cara belajar memberikan penguatan dan sebagainya, juga dapat memberikan motivasi pada siswa untuk lebih bergairah dalam

8


(33)

belajar. Peranan guru sebagai motivator sangat penting dalam interaksi edukatif, karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial, menyangkut performance dalam personalisasi dan sosialisasi diri.

Jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih menonjol. Guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan. Peranan ini harus lebih dipentingkan, karena kehadiran guru disekolah adalah untuk membimbing siswa menjadi manusia dewasa. Tanpa bimbingan, siswa akan mengalami kesulitan dalam menghadapi perkembangan dirinya. Kekurangmampuan siswa menyebakan lebih banyak tergantung pada bantuan guru. Tetapi semakin dewasa, ketergantungan siswa semakin berkurang. Jadi, bagaimanapun juga bimbingan dari guru sangat diperlukan pada saat siswa belum mampu berdiri sendiri (mandiri).

Guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar. Sudah tentu ide-ide itu merupakan ide-ide-ide-ide yang kreatif yang dapat dicontoh oleh peserta didiknya. Proses interaksi edukatif yang ada sekarang harus diperbaiki sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang pendidikan. Kompetensi guru harus diperbaiki, keterampilan penggunaan media pendidikan dan pengajaran harus diperbaharui sesuai dengan kemajuan media komunikasi dan informasi abad ini. Guru harus menjadikan dunia pendidikan, khususnya interaksi edukatif agar lebih baik dari dulu. Bukan mengikuti terus tanpa mencetus ide-ide inovasi bagi kemajuan pendidikan dan pengajaran.

Dalam kegiatan belajar guru juga akan bertindak selaku penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan. Sejak adanya kehidupan, sejak itu pula guru telah melaksanakan pembelajaran, dan memang hal tersebut merupakan tugas dan tanggung jawabnya yang utama dan utama. Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari susuatu yang sedang diketahuinya, membentuk kompetensi, dan memahami materi standar yang dipelajari.


(34)

Selain itu juga, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar, misalnya saja dengan menciptakan suasana kegiatan belajar yang sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi kegiatan belajar-mengajar akan berlangsung secara efektif.

Guru dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa. Misalnya dengan menengahi atau memberikan jalan keluar atau kemacetan dalam kegiatan diskusi kelas. Mediator juga diartikan sebagai penyedia media, cara memakai dan mengorganisasikan penggunaan media.

Kecenderungan guru dalam perannya sebagai evaluator, guru harus mempunyai otoritas untuk menilai prestasi siswa dalam bidang akademis maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana siswanya berhasil atau tidak.

Dari semua peranan guru yang di jelaskan di atas, pada hakikatnya peranan guru di sekolah ialah membimbing proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan kata lain tugas dan peranan guru bukan hanya mengajar akan tetapi juga mendidik.

Guru berperan dalam proses pembelajaran dalam hal mengajar dan mendidik, guru juga mempunyai tugas managerial didalam kelas, yaitu guru bertugas membina disiplin dan menyelenggarakan tata usaha kelas. Disiplin kelas yang di maksud adalah tata tertib kelas, yaitu guru dan siswa dalam satu kelas taat dalam tata tertib yang telah ditetapkan dengan sebenar-benarnya.

Menurut Sardiman A.M, Guru berperan untuk memberikan motivasi dengan cara:

a. Hadiah, hadiah juga dapat dikatakan sebagai motivasi.

b. Pujian, apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baikperlu dierikan pujian. Pujian ini adalah bentuk Reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik.


(35)

c. Hukuman, hukuman sebagai reinforment yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa jadi alat motivasi.

d. Memberi ulangan dan nilai. e. Bekerjasama.9

Perkembangan baru terhadap pandangan belajar-mengajar membawa konsekuensi kepada guru untuk menigkatkan peranan dan kompetensinya karena proses belajar-mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal.

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan (memutuskan sesuatu).10 Sedangkan Menurut Undang-Undang No 14 Tahun 2005 Pasal 1 Ayat 10, kompetensi adalah “seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam

melaksanakan tugas keprofesionalan”.11

Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru menurut Nurhalda dan Radito, sebagaimana dikutip oleh Yunus Abu Bakar, yaitu: “a) memiliki pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia; b) mempunyai sifat yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, rekan sejawat, dan bidang studi yang dibinanya; c) menguasai bidang studi yang diajarkan; d) mempunyai keterampilan mengajar”.12

Sementara itu, menurut Soedijarto, sebagaimana dikutip oleh Yunus

Abu Bakar, kompetensi guru profesional meliputi: “a) merancang dan

merencanakan program pembelajaran; b) mengembangkan program

9

Ibid., h. 144.

10

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

11

Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Pasal 1 Ayat 10

12

Yunus Abu Bakar, dkk., Profesi Keguruan, Learning Assistance Program for Islamic Schools: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 2009), h. 10.


(36)

pembelajaran; c) mengelola pelaksanaan program pembelajaran; d) menilai proses dan hasil pembelajaran, (e) mendiagnosis faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran”.13

Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Pasal 10 Ayat 1

kompetensi guru meliputi “kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,

kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui

pendidikan profesi”.14

a. Kompetensi pedagogik

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan yang dimiliki oleh guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi pedagogik meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) Pemahaman terhadap peserta didik

a) Memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip prinsip perkembangan kognitif

b) Memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kepribadian

c) Mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik 2) Perencanaan pembelajaran

a) Memahami landasan pendidikan

b) Menerapkan teori belajar dan pembelajaran

c) Menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang akan dicapai dan materi ajar d)Menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang

dipilih

3)Pelaksanaan pembelajaran

a) Menata latar (setting) pembelajaran

b) Melaksanakan pembelajaran yang kondusif

13

Ibid.

14


(37)

4)Mengevaluasi hasil belajar

a) Merancang dan melaksanakan evaluasi proses dan hasil belajar secara berkesinambungan

b) Menganalisis hasil evaluasi proses belajar dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar

c) Memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum

5) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki

a) Memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi akademik

b) Memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi nonakademik

b. Kompetensi kepribadian, kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap dan stabil, berakhlak mulia, dewasa, arif, berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik

1) Kepribadian yang mantap dan stabil

a) Bertindak sesuai dengan norma hukum b) Bertindak sesuai dengan norma sosial c) Bangga sebagai guru

d) Memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma 2) Berakhlak mulia dan menjadi teladan

a) Bertindak sesuai dengan norma religius (iman, taqwa, jujur, ikhlas dan suka menolong)

b) Memiliki perilaku yang diteladani peserta didik 3) Kepribadian yang dewasa

a) Menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik b) Memiliki etos kerja sebagai guru


(38)

4) Kepribadian yang arif

a) Menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah dan masyarakat

b) Menunjukkan keterbukaan dalam berfikir dan bertindak 5) Kepribadian yang dewasa

a) Memiliki perilaku yang berpengaruh terhadap peserta didik b) Memiliki perilaku yang disegani

c. Kompetensi sosial, adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.

1) Mampu berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik

2) Mampu berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan pendidik dan tenaga kependidikan

3) Mampu berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan orang tua atau wali peserta didik dan masyarakat sekitar

d. Kompetensi profesional, Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara mendalam, yang mencakup penguasaan materi, kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya.

1) Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi a) Memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah b) Memahami hubungan konsep antara mata pelajaran terkait c) Menerapkan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari

2) Menguasai struktur dan metode keilmuan

a) Menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan atau materi bidang studi


(39)

b) Memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar.

Guru mempunyai peranan ganda sebagai pengajar dan pendidik. Kedua peran tersebut bisa dilihat perbedaannya, tetapi tidak bisa dipisahkan. Tugas utama sebagai pendidik adalah membantu mendewasakan anak. Tugas guru sebagai pengajar adalah membantu perkembangan intelektual, afektif dan psikomotor, melalui menyampaikan pengetahuan, pemecahan masalah, latihan-latihan afektif dan keterampilan. Selain sebagai pendidik dan pengajar juga guru punya peran sebagai pembimbing. Sebagai pembimbing, guru perlu memiliki pemahaman yang seksama tentang para siswanya, memahami segala potensi dan kelemahannya, masalah dan kesulitan-kesulitannya, dengan segala latar belakangnya.15

Menurut Fu‟ad bin Abdul Aziz asy-Syalhub, peran dan kewajiban guru adalah:

a. Menanamkan aqidah yang benar dan memantapkan kualitas iman siswa pada proses belajar mengajar;

b. Memberikan nasihat kepada peserta didik;

c. Lembut kepada anak didik dan mengajarnya dengan metode yang bagus;

d. Tidak menyebutkan nama secara langsung ketika memberi teguran; e. Memberi salam kepada anak didik sebelum dan setelah pelajaran; f. Menerapkan sistem sanksi pada saat mengajar;

g. Memberikan penghargaan kepada anak didik.16

15

Nana Syaodih Sukmadinata, op.cit, h.254

16Fu‟ad

bin Abdul Aziz asy-Syalhub, Begini Seharusnya Menjadi Guru Panduan Lengkap Metodologi Pengajaran Cara Rasulullah, (Jakarta: Darul Haq, 2013), cet. Ke-5, h. 53-84


(40)

B.Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi

Motivasi memainkan peran yang penting dalam proses pembelajaran karena belajar adalah suatu kegiatan yang aktif, menuntut usaha yang sengaja, dan dilakukan dengan penuh kesadaran.17

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, motif adalah “alasan (sebab) seseorang melakukan sesuatu”. Sedangkan motivasi adalah “dorongan yg timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu”.18

Motivasi berasal dari kata motif yang berarti “segala sesuatu yang

mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu”. Dalam bahasa

Inggris kata motivasi adalah berasal dari kata “motivation” yang berarti

“daya batin atau dorongan”. Istilah motivasi berasal dari kata “Motif” yang

diartikan segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu guna mencapai tujuan tertentu. Motivasi juga dikatakan sebagai keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan.19

Secara etimologi kata motivasi berasal dari bahasa Inggris, “to motive”, “to provide”, yang artinya memberi alasan untuk berbuat sesuatu dengan tujuan. Secara terminologi motivasi diartikan sebagai suatu persiapan untuk menunjang terwujudnya perbuatan sadar untuk mencapai tujuan tertentu.20

Dengan demikian, motivasi merupakan perwujudan dari potensi motif dalam diri individu yang akan dimanifestasikan dalam bentuk tingkah laku nyata, selaras dengan situasi yang dihadapinya. Jadi dapat dikatakan bahwa motivasi adalah kuatnya dorongan (dari dalam diri) yang membangkitkan semangat pada makhluk hidup, dan kemudian dalam hal itu menciptakan

17

Dina Mustafa, Memotivasi Mahasiswa Untuk Kuliah dan Belajar Sepanjang Hayat, (Jakrta: Pusat Antar Universitas, 2001), cet. Ke-1, h.2

18

Kamus Besar Bahasa Indonesia

19A. Fatih Syuhud, “Meningkatkan Motivasi Belajar”, diakses pada 11 Juni 2015 dari

http://eprints.walisongo.ac.id/1217/5/4101103_Bab2.pdf

20


(41)

adanya tingkah laku dan mengarahkan pada suatu tujuan atau tujuan-tujuan tertentu pula.

Dari beberapa pengertian tentang motivasi yang ada maka dapat diambil kesimpulan bahwa secara harfiah motivasi berarti dorongan, alasan, kehendak atau kemauan, sedangkan secara istilah motivasi adalah daya penggerak kekuatan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu dan memberikan arah dalam mencapai tujuan, baik yang didorong atau dirangsang dari luar maupun dari dalam dirinya.

Pengertian seperti di atas didasarkan pada suatu pemikiran bahwa manusia berbuat mungkin karena faktor-faktor dari luar dirinya atau karena faktor-faktor yang berasal dari dalam diri manusia itu sendiri. Perbuatan-perbuatan itu mungkin juga terjadi karena gabungan kedua faktor tersebut.

Dari beberapa uraian diatas tentang motivasi, beberapa ahli juga berpendapat sebagaimana dikutip Sardiman A.M, motivasi adalah

“perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya

feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”.21 Sedangkan Hamzah B. Uno, menurutnya motivasi merupakan “suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan dari dalam maupun luar sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku atau aktivitas tertentu lebih baik dari keadaan sebelumnya.22

Berbeda dengan Jeanne Ellis Ormrod, menurutnya motivasi adalah

“sesuatu yang menghidupkan (energize), mengarahkan dan mempertahankan perilaku; motivasi membuat siswa bergerak, menempatkan mereka dalam suatu arah tertentu, dan menjaga mereka agar terus

bergerak”.23

Selain itu ada beberapa pendapat menurut para ahli tentang pengertian motivasi sebagaimana dikutip Pupuh Fathurrohman dan Aa Suryana, antara lain:

21

Sardiman.A.M, op. cit., h.73.

22

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), cet. Ke-3, h. 9.

23


(42)

a. Menurut Echols dan Shadily, motivasi didefinisikan sebagai “penguat

alasan, daya batin, dorongan”.

b. Menurut Gibson, Ivancevich, dan Donelly, motivasi adalah “konsep yang menguraikan kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri individu

untuk memulai dan mengarahkan perilaku”.

c. Menurut Sedarmayanti, motivasi adalah “kondisi mental yang mendorong aktivitas dan memberi energi yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan memberi kepuasan atau mengurangi

ketidakseimbangan”.

d. Menurut Hasibuan, motivasi adalah “pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, efektif dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai

kepuasan”.

e. Menurut Gibson, motivasi adalah “kekuatan yang mendorong

seseorang karyawan yang menimbulkan dan mengarahkan perilaku”.24 Dari beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi dapat terjadi karena adanya dorongan baik dari dalam diri maupun dari luar diri seseorang, dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang diinginkan oleh seseorang itu dapat tercapai.

Motivasi juga dapat dikatakan sebagai tenaga pendorong seseorang untuk melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Oleh karena itu motivasi merupakan bagian yang sangat penting dalam diri seseorang untuk mencapai suatu prestasi.

2. Pengertian Belajar

Belajar dan pembelajaran, terdiri dua kata yang hampir sama namun memiliki arti yang sedikit berbeda. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,

24

Pupuh Faturrohman dan Aa Suryana, Guru Profesional, (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), cet. Ke-1, h.52-53.


(43)

belajar adalah “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu” sedangkan

pembelajaran adalah “proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar”.25

Jadi dapat disimpulkan bahwa, belajar adalah proses mencari, memahami, menganalisis suatu keadaan sehingga terjadi perubahan perilaku, dan perubahan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai hasil belajar jika disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara. Sedangkan pembelajaran adalah usaha mengorganisasikan lingkungan belajar sehingga memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan menggunakan berbagai media dan sumber belajar tertentu yang akan mendukung pembelajaran itu nantinya.

Belajar sebagai karakteristik yang membedakan manusia dengan makhluk lain, merupakan aktivitas yang selalu dilakukan sepanjang hayat manusia, bahkan tiada hari tanpa belajar. Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman. Dalam kegiatan sehari-hari baik secara disadari ataupun tanpa disadari, kita pasti mengalami sebuah kegiatan yaitu belajar. Belajar secara teori maupun praktek dari lingkungan sekitar kita. Belajar mengerti arti kehidupan dan belajar menjadi lebih baik.

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan. Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran.

Tidak jauh berbeda dengan uraian diatas tentang pengertian belajar, menurut W.S. Winkel, belajar ialah “suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap”.26

25

Kamus Besar Bahasa Indonesia

26


(44)

Sedangkan menurut Witherington sebagaimana dikutip Nana Syaodih

Sukmadinata, belajar merupakan “perubahan dalam kepribadian, yang

dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru yang berbentuk

keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan”.27

Lain hal menurut Cronbach di dalam bukunya Educational Psychology

sebagaimana dikutip Sumadi Suryabrata “belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami; dan dalam mengalami itu si pelajar

mempergunakan pancainderanya”.28

Ada beberapa pendapat menurut para ahli tentang pengertian motivasi sebagaimana dikutip Aminuddin Rasyad, antara lain:

a. Menurut James L. Mursell, belajar adalah “upaya dilakukan dengan mengalami sendiri, menjelajahi, menelusuri sendiri, dan memperoleh

sendiri.”

b. Menurut Henry E. Garret, belajar merupakan “proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui pelatihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan

cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu”.

c. Menurut Lester D.Crow dan Alice Crow, belajar adalah “upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap-sikap”. d. Menurut Gagne, belajar adalah “perubahan yang terjadi dalam

kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara

terus-menerus, bukan hanya disebabkan proses pertumbuhan saja”.29

Dari beberapa pendapat tersebut dapat di simpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi belajar lebih luas dari pada itu, yaitu mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan

27

Nana Syaodih Sukmadinata, op. cit., h.155.

28

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2014), cet. Ke-21, h. 231.

29

Aminuddin Rasyad. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Uhamka Press. cet. Ke-4. 2003, h.29-32.


(45)

melainkan perubahan kelakuan. Belajar adalah proses perubahan, dalam artian perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan saja, tetapi juga berbentuk kecakapan keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat dan penyesuaian diri yaitu menyangkut segala aspek mental psikologis. Jadi dapat dikatakan belajar merupakan suatu proses aktif melalui suatu latihan dan berakibat pada perubahan tingkah laku yang menuju kepada kedewasaan dan suatu kemajuan.

3. Motivasi Belajar

Dalam kegiatan belajar mengajar, dikenal adanya motivasi belajar. Motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis yang berasal dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan dan pengalaman. Motivasi belajar adalah daya upaya yang mendorong siswa untuk belajar.

Motivasi merupakan modal yang sangat penting untuk belajar. Tanpa ada motivasi, proses belajar akan kurang berhasil. Meskipun seorang peserta didik mempunyai kecakapan belajar yang tinggi, peserta didik akan kurang berhasil dalam belajar jika motivasi belajarnya rendah.

Dari pengertian sebelumnya tentang motivasi dan belajar dapat diambil rumusan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkkan tujuan dapat tercapai. Motivasi belajar juga dapat dikatakan sebagai kondisi psikologis yang mendorong siswa untuk belajar secara sungguh-sungguh, yang pada gilirannya akan terbentuk cara belajar siswa yang sistematis dan penuh konsentrasi.

Selaras dengan pendapat diatas, menurut W.S. Winkel, motivasi

belajar ialah “keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang


(46)

dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu

tujuan”.30

Sedangkan menurut Clayton Alderfer, motivasi belajar adalah

“kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi atauhasil belajar sebaik mungkin”.31 Berdasarkan penjelasan di atas, maka disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah sebuah dorongan yang berasal dari dalam dan luar diri siswa yang mampu memberikan rasa senang dan semangat dalam belajar sehingga siswa mampu mencapai prestasi belajar yang sangat baik.

Adapun ciri-ciri siswa yang memiliki motivasi yang berasal dari luar yaitu adanya dorongan yang positif dari orangtua atau guru, ingin dipuji oleh temannya, ingin mendapat hadiah, takut dimarahi guru, adanya peraturan atau tata tertib sekolah dalam belajar sehingga menjadikan siswa untuk disiplin, adanya variasi metode yang digunakan, adanya sarana dan prasarana belajar serta dukungan dalam komponen-komponen yang terkait dengan pembelajaran.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar memiliki ciri-ciri khusus yang dapat kita amati dalam proses pembelajaran di sekolah, seperti siswa memiliki tanggungjawab terhadap tugasnya, siswa tidak cepat bosan, adanya kemauan untuk mempelajari kembali pelajaran tersebut di rumah, siswa tidak mudah putus asa, siswa tidak cepat puas atas prestasi yang dicapai, adanya antusias belajar yang tinggi, mampu mengontrol diri terhadap lingkungan dan ulet dalam menghadapi kesulitan.

4. Macam-Macam Motivasi

Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian, motivasi atau motif-motif yang aktif itu sangat bervariasi.

30

W.S.Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1999), cet. Ke-5, h.150.

31

Nashar, Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran, (Jakarta: Delia Press: 2004), h. 50.


(47)

Siswa untuk dapat belajar mata pelajaran dengan baik, harus mempunyai motivasi yang tinggi, baik itu motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik, jadi kemungkinan kesalahan-kesalahan dalam pembelajaran teori maupun praktek bisa dikurangi, dengan demikian siswa tersebut mampu mengerjakan tugas dengan baik.32

a. Motivasi Intrinsik

Menurut Sardiman A.M, motivasi intrinsik adalah “motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk

melakukan sesuatu”.33

Menurut W.S. Winkel, motivasi intrinsik adalah “kegiatan belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar itu”.34

Shannon menunjukkan motivasi intrinsik: Dia termotivasi oleh faktor-faktor di dalam dirinya dan interen dalam tugas yang dilakukannya. Siswa yang termotivasi secara intrinsik mungkin terlibat dalam suatu aktivitas karena aktivitas itu memberinya kesenangan, membantu mereka mengembangkan keterampilan yang dirasa penting, atau tampak secara etika dan moral benar untuk dilakukan. Beberapa siswa dengan tingkat motivasi intrinsik yang

tinggi menjadi sangat terfokus dan „hanyut‟ dalam suatu aktivitas

tanpa mempedulikan waktu dan mengabaikan tugas-tugas lainnya.35 Motivasi Intrinsik berisi: (1) penyesuaian tugas dengan minat; (2) perencanaan yang penuh variasi; (3) umpan balik atas respons peserta siswa; (4) kesempatan respons peserta didik yang aktif, dan (5)

32

Muh. Yusuf Mappeasse, Pengaruh Cara dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Programmable Logic Controller (PLC) Siswa Kelas III Jurusan Listrik SMK Negeri 3 Makassar,

Universitas Negeri Makassar (UNM), Makassar, 2009.

33

Sardiman.A.M, op. cit., h. 89.

34

W.S.Winkel, op. cit., h.174.

35


(1)

7. Undang-Undang

No.

14 Tahun 2005 Pasal 1

Ayat

10

-z

8. Yunus Abu Bakar, dkk., Profesi Keguruan, Learning Assistance

Program

for

Islamic Schools: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 2009.

h.

10

9. Undang-Undang

No.

14 Tahun 2005 Pasal 10

Ayat

I

ry7

10. Dina Mustafa, Memotivasi Mahasiswa Untuk

Kuliah

dan

Belajar

Sepanj ang

Hayat,(Jakrta:

Pusat Antar Universitas, 2OO1), cet. Ke- 1,

h.2

z

11. Sardiman.A .M, Int eralcs

i

dan Motivasi B el aj ar Mengaj ar, (Jakarta: PT

Rajagrafi ndo Persada, 2012), cet. Ke-2't, h.7 3

12. Hamzah B. Uno, Teori

Motivasi

dan Pengukurannya, (Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2008), cet. Ke-3, h.

9

'//

13. Jeanne

Ellis

Ormrod, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Erlangga, 2008),

jilid

2, h.

58

t

t4.

Pupuh Faturrohman

dan Aa

Suryana, Guru Profesional, (Bandung: PT

Refika Aditama, 2012), cet.

Ke-l,

h52-53

'z

?{

15. W.S.Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1999), cet. Ke-5,

h.53

t

16. Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2OOg),cet. Ke-5,

h.155

/

17. Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan. (Jakarta: PT Rajagrafindo

Persada, 2014), cet. Ke-21,

h.231

z

18. Aminuddin Rasyad. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Uhamka Press. cet. Ke-4. 2003.h.29-32

19. W.S.Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta'. Grasindo, 1999), cet. Ke-5,

h.ls0

20. Nashar, Peranan

Motivasi

dan Kemampuan

Awal

dalam Kegiatan

Pembelajaran, (Jakarta: Delia Press: 2004) a

2l

S ardiman.A .M, Interaks

i

dan IUI o tiv as i B e I ai ar M en g aj a

r,

(Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada, 2012), cet. Ke-21,

h.89

-/

22. W.S.Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1999), cet. Ke-5,

h.174

23. Jeanne

Ellis

Ormrod, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Erlangga, 2008),

jilid

2, h. 60

ry

24. W.S.Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1999), cet. Ke-5,

h.173

/

d

25. Martinis Yamin, Strategi dan Metode dalam Model Pentbelajaran,

(Jakarta: GP Press Group, 2013) cet.

ke

1,h.227

'/

d

26. Sardiman.A.M,Interaksi dan Motivasi Belajar Mengaiar, (Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada, 2012), cet. Ke-21, h.95

27. Sri Esti, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Grasindo,

2002),h.28

/.1

28. Mulyana A. Z, Rahasia

Menjadi

Guru Hebat, (Jakarla: Grasindo, 2010),


(2)

29. Rudy Gunawan, Pendidiknn IPS (Filosofi, Konsep, dan

Aplikasi),

(Bandung: Alfabeta, 2013), cet. Ke-2, h.104-106

30.

Etin Solihatin

dan Rahrjo, Cooperative Learning: Analisis Model

Pembelaiaran IPS, (Jakarta:

Bumi

Aksara, 2008) cet. Ke-3,

h.

15

I

31. Rudy Gunawan, Pendidiknn IPS (Filosofi, Konsep, dan

Aplikasi),

(Bandung: Alfabeta, 2013), cet. Ke-2, h.18

32.

Abdul Muhaimin,

Upaya Guru dalam Memotivasi

Belajar

Siswa Pada Mata Peiajaran /PS, Skripsi Jurusan Pendidiakan IPS

UIN Syarif

Hidavatullah Jakarta 201

I

%

JJ. Ahrlrrl Pncr;; r \vuJ r9, Povnnnu Crr.r, fPQ )nln- ll,,lominobnllrnn llnthtnci Rol Pnin llintn Polni,

6

Pendidilran IPS ITTN

/P.(

SLrinsi h

(;

Syarif Hidayatullatr Jakarta 2011

r",

34. Ervina Seli Rusiani, Peran Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Motivasi

Belajar

Siswa di

MAN

4 Jakarta, Jurusan Pendidikan Agama Islam

UIN

Syarif Hidayatullah

Jakarta2014

BAB

III

1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012) ,

cet. 15,

h.l5

'/

2 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka

Cipta, 2OO7), cet. Ke-6, h. 36

d

J. S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet. 8, h.1 18.

4. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012) ,

cet. 15,

h)17

't

5. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012) ,

cet. 15,

h.203

Z

-d

6. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012) ,

cet. 15, h.194

7. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012) ,

cet. 15,

h.199

'/

8. Lexy J.

Moleong

Metode

Kualitatif,

(Bandung: Remaja Rosdakarya,

2007),ha1.29

./

9. Masri Singarimbun, Metode P eneli ti an Surv ei, h.250.

r/G

10. Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta'.

Rajwali

Pers,

2004), Cet. 14.

h.206

-/

11 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka

Cipta,2008),

h.192.

./

v

12. I( ocirom l\zfrrhommo A lllorninl noi Pomoli ti n-. P o{l oLoi Pon oo-hn- on

/1,,[ol nr:l n I n oi P on o ] i ti fN,zfa'l en o' I TTN

p

hn*nn ,:ln- P,


(3)

BAB

IV

l.

Sardiman.A.M,Interalci

dan

Motivasi Belajar Mengajar,

(Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada, 2012), cet. Ke-21,

h.143

/

./

2. Hamzah B. Uno, Teori

Motivasi

dan Pengukurannya, (Jakarta: PT

Bumi

Aksara,2008), cet. Ke-3, h. 9

Jakarta,23

Maret2016

Dosen Pembimbing

Dr.Iwan

Purwanto.

M.Pd

NIP.

197304242000801

I

012


(4)

KEMENTERIAN

AGAMA

UIN

JAKARTA

FITK

Jl. lr. H. JuaNe No 95 Clru6,t I 511 2 f?donss&

FORM

(FR)

No. Dokumen

:

FITK-FR-AKD-081 Tgl.

Terbit :

1

Maret 2010

No.

Revisi: :

0'l

Hal 1t1

STJRAT

BIMBINGAN

SKRIPSI Nomor : Un.Olff .

l/I(M

.01.31...12015

Lamp. .:

-Hal

: Bimbingan Skripsi

Nama

NIM

Junrsau Semester

Judul Slripsi

Tembusan:

l.

Dekan FITK

2.

N{ahasisrva ybs.

Soraya Dwi Kartika

I 1 I 1015000044

Pendidikan IPS @konomi)

8 @elapan)

Perm

Guru Dalam Mernotivasi Belajar Siswa pada

Mata

Pelajaran IPS Terpadu

di

SMP

PGRI2

Ciledug

Jakarta, 20 Januari 2015

Kepada Yth.

Dr. Iwan Purwanto, M.Pd

Pembimbing Slaipsi

Falarltas Ilmu Tarbiyah danKegunran .

LJIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

As s alamu' al aihtm wr.wb.

Dengan

ini

dibarapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing (mat€ri/teknis)

penulisan skripsi mahasiswa:

Judul tersebut telah disetujui oleh Junrsan yang bersangkutan pada (diisi tanggal

di

acc nya

proposal skripsi),

abstrakst/outline 1gr'lamFir. Saudara

dapat

melakukan perubahan

redaksional pada

judul

tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap

perhq

mohon

pembimbing menghubungi Junrsan terlebih dahulu.

Bimbingan

skripsi

ini

diharapkau selesai

dalam

waktu

6

(enam)

bulaq

dan

dapat

diperpanjang selama 6 (enam) bulanberikutnya tanpa surat perpanjangan.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

l[/a s s a I amu' al ailatm wr.wb.

a.n. Dekan

M.Pd


(5)

KEMENTERIAN AGAMA UIN

JAKARTA

FITK

Jl. lr. H. J@n& No *5 Ctpubl 15112 htdDtc-*t

FORM

(FR)

No. Dokumen

:

FITK-FR-AKD{82 Tgl.

Terbit

:

1

Maret 2O'lO No.

Revisi: :

02

Hal 111

SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN

Nomor : Un.O I /F.

l/KM.0

1.3/. ...1201 5

Lamp.

: Outline/Proposal

Hal

: Permohonan

Izin

Penelitian KepadaYttr

Kepala

SMP

PGRI2

Ciledug

di

Tempat

As sal amu' al a i kum w r. wb.

Dengan hormat kami sampaikan bahwa,

Tembusan:

l.

Dekan FITK

2-

Pembantu Dekan Bidang Akademik

3.

Mahasiswayang bersangkutan

Jakarta"

l6

Oktober 2015

I

Nama

: SorayaDwi

Kartika

NIM

:1111015000044

Jurusan :PendidikanlPS

.h+..

Sembster

: D( (Sembilan)

Judul

Skripsi

: Peran Guru dalam Memotivasi

Belajar

Siswa

padaMatiPelajaran

IPS Terpadu

di

SMP

PGRI2

Ciledug

adalah benar mahasiswa/i Fakultas

Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan

UIN

Jakarta

yang

sedang menyusun skripsr, dan akan mengadakan

penelitian (riset)

di

SMP

PGRI2

Ciledug yang Bapak/Ibu pimpin.

Untuk

itu

kami

mohon

BapaMbu dapat mengizinkan

mahasiswa

tersebut melaksanakan penelitian

dimaksud-Atas perhatian dan kerja sama Saudarq kami ucapkan terima kasih-Wassalamu' alaikum wr.wb.

I

+ -i:

#

M.Pd

24 2000801

I

0t2


(6)

VAVASAN PEMBINA LEMBAGA PENDIDIKAN ( VPLP ) PGR] ROTA TANGERANG

SATP

DGPT

2

C,][EDUC

NSS

:

202o2o4!6(141

-

NPSN

t

2O6lJ6772

TERAKREDITASI A

Jl. KH. Muh llyas No, 20 Sudimara Barat Clledug Kode Pos 15151 Telp. O2L-73O 7818 Kota Tangerang

Website : smppgri2ciledug.sch.id E-mail r smpgrl2cld@yahoo.co.id

SURAT

I(ETERANGAN

No.

/B001sivlP PCRI 2 Ciledugl20i5

Sa,va ,vang bertanda tangan

di

barvah

ini.

Kepala SMP PGRI

2

Ciledue-Tangerans" mellvatakan:

Nama NIIVI

Fakultas/Juru san JudLLl Skripsi

: Soraya

Dlvi

Kartika

:1111015000041

:

Fakultas

Ilmu

Tarbi),ah dan Kegurr"ran/JLrrLrsan Pendidikan

Il m r-r Pengetahuan Sosial

:

Peran GurLr

dalam Memotivasi Belajar

Sislva pada Mata Pelajaran IPS Terpadu

di

SMP

PCRI2

Ciledug

Bahwa benar bahwa Saudara yang nama tersebut

di

atas telah melakukan penelitian

di kelas

VII

SMP PGRI 2 Ciledug-Tangerang pada tanggal09-2l November 2015.


Dokumen yang terkait

Hubungan antara sikap siswa terhadap mata pelajaran IPS dengan hasil belajar IPS kelas X SMK Attaqwa 05 Kebalen

1 17 97

Upaya guru IPS dalam memotivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS: studi kasus di SMP Fathilah Pondok Pinang Jakarta selatan

6 33 85

Peningkatan hasil belajar siswa dengan metode diskusi pada mata pelajaran IPS di kelas V MI Ta’lim Mubtadi I Kota Tangerang

0 12 121

Keterampilan Bertanya Guru dalam Meningkatkan Aktivitas belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah At-taqwa 06 Bekasi.

1 10 196

Hubungan komunikasi guru-siswa dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di MAN 15 Jakarta

2 46 130

MOTIVASI BELAJAR DITINJAU DARI KOMPETENSI GURU DAN LINGKUNGAN BELAJAR MATA PELAJARAN IPS TERPADU PADA Motivasi Belajar Ditinjau dari Kompetensi Guru dan Lingkungan Belajar Mata Pelajaran IPS Terpadu Pada Siswa Kelas VIII SMP N 2 Kartasura Tahun Ajaran 20

0 3 12

MOTIVASI BELAJAR DITINJAU DARI KOMPETENSI GURU DAN LINGKUNGAN BELAJAR MATA PELAJARAN IPS TERPADU Motivasi Belajar Ditinjau dari Kompetensi Guru dan Lingkungan Belajar Mata Pelajaran IPS Terpadu Pada Siswa Kelas VIII SMP N 2 Kartasura Tahun Ajaran 2014/2

0 2 18

PENGARUH KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 MOJOGEDANG PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

0 0 16

PELAKSANAAN MODEL INQUIRY SOSIAL MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DALAM MEMOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS

0 0 15

PERAN GURU DALAM MEMOTIVASI SISWA YANG KESULITAN BELAJAR PADA PEMBELAJARAN PKN DI KELAS VIII SMP NEGERI 6 PALU

0 0 9