Perdagangan perempuan dan anak di Indonesia ternyata tidak hanya untuk eksploitasi seks semata tetapi masih banyak lagi bentuk lain seperti
perdagangan perempuan dan anak untuk pengemis, narkoba, adopsi palsu, phedophilia, pekerja jermal, dan terakhir yang kita ketahui untuk perkawinan
trans-nasional. Pada kita tahu bahwa perkawinan adalah suatu hal yang sacral dan suci, jadi ironis sekali jika perkawinan dijadikan sebagai ladang bisnis dan
hanya untuk memperoleh keuntungan semata. Disisi lain trafficking perempuan dan anak untuk tujuan eksploitasi
seksual mendatangkan keuntungan terbear ke tiga setelah perdagangan senjata dan obat. Sesuai dengan tekad bangsa Indonesia untuk meningkatkan kualitas
dan sumber daya manusia serta penegasan HAM, trafficking perempuan dan anak harus menjadi isu utama yang harus diatasi.
D. Modus Kejahatan Perdagangan Orang
Umumnya pelaku yang biasanya sudah berupa jaringan atau sindikat mencari korbannya ditempat-tempat ramai, seperti pusat pertokaan, mall, café-café ada
pula disekolah-sekolah dan tempat kursus. Banyak pula yang mencari didaerah pinggiran kota atau desa-desa miskin.
17
17
LBH Apik, Lembar Info, seri 19, h. 1
Dan pola-pola perdagangan perempuan dan anak perempuan sebagai berikut:
18
1. Perdgangan perempuan dan anak untuk tujuan prostitusi dipersiapkan oleh
orang tua dibantu oleh masyarakat pada saat perekrutan. 2.
Untuk pembantu rumah tangga dengan merekrut anak-anak perempuan dari desa untuk menjadi pembantu rumah tangga di kota, dengan penipuan, janji-
janji untuk diberi pelatihan dan gaji besar. 3.
Sebagai pengedar narkoba, anak-anak yang sudah ketergantungan narkoba ternyata tidak ditolong untuk mendapatkan pengobatan dan rehabilitasi justru
dimanfaatkan oleh jaringan-jaringan besar untuk mengedarkan dan menjual narkoba.
4. Penyalahgunaan kekuasaan yaitu, orang yang mempunyai kekuasaan yang
sangat besar, menyuruh perempuan dan anak-anak untuk mengikuti seseoranguntuk bekerja ke suatu tempat yang ternyata perempuan dan anak
tersebut dijual.
19
Penyebab maraknya tindak pidana trafficking di Indonesia disebabkan karena „cantiknya’ tehnik yang dilakukan para trafficker dalam merekrut dan membujuk
para korban, agar masuk dalam perangkap mereka apalagi dengan kekuasaan
18
Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan, Konsep Naskah Ademik Tentang Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak trafficking, Jakarta : November, 2002, h. 10
19
Koalisi Perempuan Indonesia KPI, Sosialisasi Tentang Perdagangan Perempuan, Jakarta, h. 3
yang dimiliki oleh seseorang. Tentu saja itu semua tidak terlepas dari lemahnya perempuan dalam menolak dan menghindari bujukan trafficker.
E. Akibat-akibat Perdagangan Orang
1. Perempuan mengalami kekerasan fisik dan mental meskipun kadang tidak
disadari banyak situasi yang sebenarnya perdagangan orang, misalnya pembantu rumah tangga yang tidak digaji selama bertahun-tahun.
Kekerasan mental terjadi ketika korban terisolasi dari luar karena ia tidak
dapat berhubungan dengan keluarga, teman maupun lawan jenis. Mendapatkan makian yang merendahkan martabat kemanusiaannya.
Kekerasan fisik sudah terjadi ketika seseorang harus bekerja diluar jam
kerja, dipukul, dijambak selain bentuk yang lebih jelas seperti perkosaan. 2.
Perempuan sebagai bagian dari masyarakat makin terpinggirkan sebagai korban perdagangan, karena tidak adanya penghornatan terhadap hak-hak
asai nasyarakat khususnya hak asasi perempuan. 3.
Akibat kekerasan, pemerasan apalagi pemaksaan terhadap perempuan untuk melakukan hubungan seksual, menimbulkan penderitaan yang sangat dalam
dan membekas sepanjang hidupnya serta merusak masa depan untuk bertahan hidup seorang perempuan.
4. Mengakibatkan perempuan dan anak-anak perempuan terjebak dalam bisnis
pelacuran.
5. Stigmasiasi yang dikenakan pada perempuan dan anak yang pernah
dieksploitasi dalam pelacuran misalnya merupakan hambatan yang cukup berat bagi para korban untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan dan
kehidupan masyarakat.
20
Akibat yang ditimbulkan oleh trafficking sangat besar dampaknya terhadap kehidupan dan masa depan perempuan dan anak, perempuan dan anak merasa
dirinya sudah tidak berharga lagi karena hak asasinya sebagai manusia telah dirampas. Merekapun harus menerima berbagai macam stigma yang buruk dari
masyarakat, dan karena stigma itu pula bisa menghambat perkembangan psikologis dan kehidupan sosialnya.
20
Ibid., h. 4-5
BAB III TINJAUAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG MENURUT