penculikan, penipuan, tipu muslihat, bujukan, penyalahgunaan kekerasan atau posisi kerentanan termasuk situasi dimana seseorang tidak memiliki pilihan
bebas, atau dengan memberikan atau menerima pembayaran atau keuntungan- keuntungan guna mencapai keinginan untuk menguasai orang lain”.
5
B. Pemicu Praktek Perdagangan Orang
Ada 2 dua factor yang menjadi pemicu perdagangan perempuan dan anak : yaitu faktor pendorong dan penarik.
1. Faktor Pendorong.
6
a. Meningkatnya jumlah keluarga miskin
Arus globalisasi dan kemiskinan yang semakin meluas sebagai dampak dari krisis ekonomi yang berkepanjangan adalah faktor yang
berkontribusi besar dalam peningkatan jumlah trafficking. Jika dilihat dari posisi perempuan yang selalu terpinggirkan, tersubordinat dari laki-
laki dan nilai ptriarki yang telah melekat dalam masyarakat, maka dapat dipastikan bahwa berpotensi besar menjadi korban trafficking adalah
perempuan dan anak. Saat ini 37 juta jiwa dari 225 juta penduduk Indonesia hidup di
bawah garis kemiskinan. Sejumlah 83 keluarga perkotaan dan 99 keluarga perdesaan membelanjakan kurang dari Rp 5.000,- hari.
5
LBH Apik, Suara Apik, Jakarta, Edisi 20, h. 10
6
Apik, Suara Apik, Jakarta, Edisi 20, h. 3
b. Keterbatasan Lapangan Kerja
Faktor keterbatasan lapangan kerja bagi para perempuan, ditunjang dengan minimnya kesempatan untuk bekerja, juga telah menciptakan
kemiskinan yang semakin meluas bagi perempuan feminisme kemiskinan sehingga mendorong perempuan untuk berimigrasi
feminisme migrasi. c.
Lemahnya Negara dalam Menegakkan Hukum Faktor lain yang menjadi pemicu trafficking adalah lemahnya Negara
dalam penegakkan hukum dan pemenuhan hak-hak dasar asasi warga negara seperti hak untuk hidup bebas, bebas dari rasa takut dan hak atas
pekerjaan yang layak. Lemahnya penegakkan hukum di Indonesia menyebabkan arus
perdagangan perempuan dan anak meningkat. Sehingga tidak heran bila Komisi Hak Asasi PBB memasukkan Indonesia dalam daftar hitam
sebagai Negara yang tidak melakukan tindakan apa-apa untuk menghapus perbudakan dan perdagangan manusia.
d. Meningkatnya angka putus sekolah diberbagai tingkat pendidikan
e. Maraknya konflik sosial diberbagai daerah
f. Keluarga tidak harmonis
g. Perceraian akibat pernikahan dini
7
7
Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan, Konsep Naskah Ademik Tentang Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak trafficking, Jakarta : November, 2002, h. 8
2. Faktor Penarik
8
a. Glamornya kehidupan di kota-kota besar
b. Mudahnya mendapatkan uang di kota-kota besar dan luar negeri
c. Adanya janji-janji yang menggiurkan dari para calo tentang mudahnya
mencari uang di kota d.
Kecanduan narkoba e.
Mudahnya mengakses informasi dan komunikasi Selain 2 dua faktor di atas, ada juga faktor lain yang tidak kalah pentingnya
yaitu adanya kepercayaan para konsumen laki-laki hidung belang bahwa berhubungan seks dengan anak-anak dapat sebagai obat kuat, obat awet muda,
mendatangkan hoki tertentu. Ada juga yang memandang bahwa anak-anak masih bersih dari penyakit
kelamin karena belum banyak yang “ memakainya” sehingga lebih menambah selera konsumen.
Orang tua kadangkala memandang anak-anak sebagai asset yang mendatangkan keuntungan besar, karena tingginya tingkat harga keperawanan.
9
Permintaan pasar yang cukup tinggi, telah membuat sebagian orang tua tergiur untuk menjual anaknya kepada calo pelacuran. Di sisi lain kondisi ini, karena
kondisi keluarga yang sangat kekurangan, terdapat indikasi bahwa anak sendiri
8
Ibid, h. 10
9
Suryanto, bekerjanya Sindikat Perdagangan Anak Perempuan, Jakarta : Child Trafficking News, 2002, edisi 11, h. 28
yang menawarkan kepada calo pelacuran dengan harapan uang yang diperolehnya dapat digunakan untuk membiayai hidupnya.
C. Bentuk-bentuk Perdagangan Orang