Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Adanya hukum sebagai kaidah sosial tidak berarti bahwa pergaulan antar manusia dan masyarakat hanya diatur oleh hukum. Selain oleh hukum, kehidupan manusia dalam masyarakat yang bermoral, manusia juga di atur pula oleh agama, kaidah-kaidah susila, kesopanan, adat kebiasaan dan kaidah-kaidah lainnya. 1 Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini tentu akan timbul pula berbagai masalah baru yang kesemuanya ini membutuhkan peninjauan baik dari segi hukum, kesusilaan serta kaidah-kaidah sosial lainnya. Salah satunya masalah yang sangat mengkhawatirkan generasi penerus adalah meningkatnya praktik perdagangan orang. Perdagangan orang korban utamanya yaitu perempuan dan anak-anak ini merupakan salah satu kejahatan yang terorganisasi yang melibatkan berbagai kalangan dan bangsa. Perdagangan orang adalah salah satu bentuk dari kejahatan antar bangsa yang terorganisasi transnational organized crime di samping tindak kejahatan terorganisasi lainnya seperti penyelundupan imigran, penyelundupan senjata api, korupsi, pencucian uang money loundring dan sebagainya. Isu tentang perdagangan perempuan dan anak pertama kali dikemukakan pada sebuah konvensi internasional yang diadakan di Paris pada tahun 1885, pada 1 Chaidir Ali, Filsafat Hukum, Memories Book, Bandung 1972, hal. 5 konvensi ini belum ada konstitusi mengenai perdagangan orang dalam peraturan negara-negara peserta maupun dari konvensi yang sudah ada. Selain itu juga belum terdapat pula tindakan-tindakan preventif apalagi perlindungan bagi korban- korban trafficking in women. 2 Hal ini dapat dilihat pada konvensi tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan Convention for the Elemination of Diskrimination Againts Women CEDAW . Kemudian isi CEDAW tersebut diratifikasikan oleh indonesia dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 7 tahun 1989 dalam pasal 6 yang berbunyi : “ Negara-negara peserta wajib membuat peraturan yang tepat, termasuk pembuatan Undang-undang untuk memberantas segala bentuk perdagangan perempuan eksploitasi pelacuran .” Konvensi Internasional tanggal 30 September 1921 untuk penghapusan perdagangan perempuan dan anak International Convention for the Suppression of Traffic in Women and Children, seperti yang di amandemen dengan protokol yang disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa PBB pada tanggal 20 Oktober 1947. 3 Banyak kejadian sehari-hari yang membuat banyak orang peduli masalah hak- hak asasi manusia adalah semakin meningkatnya bentuk-bentuk pelanggaran hak anak didepan mata, dapat disaksikan bagaimana anak-anak kecil yang seharusnya 2 Benniger Carin et. All, Violence Againts Women, A Report, Swistzerland: OMCT, 1999, hal. 185 3 LBH Apik, Perisai Perempuan: Kesepakatan Internasional untuk Perlindungan Perempuan, Yogyakarta: Yayasan Galang, 1999, h. 4 duduk manis dibangku sekolah terpaksa mengemis dan remaja-remaja yang putus sekolah terpaksa menjadi pedagang asongan untuk bisa bertahan hidup dan semakin banyak anak-anak remaja putri yang dilacurkan. 4 Secara umum, pada dasarnya hak anak adalah hak asasi manusia. Hak anak seperti yang digambarkan pada konvensi PBB tentang hak-hak anak, pada dasarnya menyangkut hak-hak yang melekat pada anak sebagai karunia Tuhan. 5 Hal ini sesuai dengan Undang-undang No. 39 tahun 1999 tantang hak Asasi Manusia pada pasal 65 menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari kegiatan eksploitasi dan pelecehan seksual, penculikan, perdagangan anak, serta berbagai bentuk penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya. 6 Salah satu yang menjadi isu Nasional dan yang harus diperhatikan oleh pemerintah mengenai masalah perdagangan manusia human trafficking terutama pada perempuan dan anak-anak. Kriminalisasi perdagangan manusia bukanlah masalah yang baru, tetapi perdagangan manusia ini merupakan masalah yang berlarut-larut dan tidak ada titik penyelesaian yang dilakukan secara kongkrit. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan pemahaman masyarakat pada tingkat akar rumput permasalahan perdagangan manusia, yang pada dasarnya keterbatasan tersebut berkaitan dengan keterbatasan dana yang pada akhirnya menghambat 4 Mansoer Fakih, Bebas dari Neoliberalisme, Jakarta: Insist Press, 2003, Cet. Ke-1, h. 87 5 Ibid., h. 89 6 Undang-undang Hak Asasi Manusia HAM tahun 1999, Jakarta: Sinar Grafika, 2001, h. 21 upaya penindakan hukum bagi para pelaku perdagangan manusia dan upaya pencegahannya. Perdagangan manusia berkaitan erat dengan hubungan antar negara, karena perdagangan tersebut dilakukan di daerah perbatasan negara dan modus operasi yang dilakukan adalah pengiriman ke berbagai negara penerima seperti Malaysia dan Singapura. Lemahnya penjagaan dan keamanan daerah perbatasan menjadikan faktor utama perdagangan manusia, sehingga dengan mudah seseorang dapat melakukan transaksi perdagangan tersebut. Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi terjadinya perdagangan manusia diantaranya adalah kemiskinan, daya tarik standar hidup di tempat lain yang dirasakan lebih tinggi, lemahnya struktur sosial dan ekonomi, kurangnya kesempatan kerja, kejahatan yang terorganisir, kekerasan terhadap wanita dan anak-anak, diskriminasi terhadap wanita, kurang kewaspadaan korban untuk mendapatkan pekerjaan, kultur yang menempatkan wanita pada tingkat yang lebih rendah, kurangnya keamanan aparat penegak hukum dalam penjagaan daerah perbatasan serta minimnya perhatian pemerintah. Selain itu, kurangnya pendidikan yang bersifat menyeluruh, yang terutama meliputi pendidikan dalam ilmu pengetahuan, pendidikan moral, pendidikan agama, dan pendidikan kewarganegaraan. Di berbagai belahan dunia, perdagangan manusia dalam berbagai bentuk telah terjadi. Bahkan, semenjak manusia mengenal tulisan, telah dikenal bentuk-bentuk perdagangan manusia atau dengan kata lain, perdagangan manusia sama tua atau bahkan lebih tua dari sejarah. Sebagai buktinya, hukum yang mengenai perbudakan yang merupakan salah satu bentuk perdagangan manusia telah diatur dalam hukum tertulis pertama, Codex Hammurabi, yang diperkirakan berasal abad ke 18 SM. Hal ini menandakan telah ada sebelum hukum tersebut dibentuk. 7 Berbicara tentang Hukum Islam mengenai masalah perdagangan manusia sudah barang tentu tidak terlepas dari dua komponen pokoknya yaitu: 1. Alqur’an dan As-Sunnah sebagai wahyu yang keberadaanya bersifat absolut mutlak dan keberlakuannya bersifat permanen dan universal. 2. Fiqh sebagai wahyu yang telah diintervensi oleh pemikiran Ijtihad para ulama. Kebenarannya bersifat relative atau nisbi, sementara keberlakuanya bisa tidak permanen dan boleh jadi bersifat universal. Tujuan utamanya adalah mengatur manusia mencapai kesejahteraan hidup mashlahah dengan indicator utamanya yaitu mendatangkan manfaat dan menghindarkan mudharat. Ada beberapa hal yang utama dalam menegakkan ketertiban dan kesejahteraan hidup manusia yang diatur dan dilindungi oleh syariat Islam diantaranya: 8 a. Bahwa perempuan dan laki-laki memiliki derajat yang sama di hadapan Allah SWT. Hal ini dapat dilihat dalam Surah An-Nahl pada ayat 97, yang berbunyi: 7 http:www.suara merdeka.comharian050317nas04.htm, diakses pada 13 Maret 2010 8 H. Hasanudin AF, Perdagangan Perempuan dalam Perspektif Hukum Islam, Jakarta: Jurnal Ahkam 2003, h. 129                    : لحنلا ٧١ Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan ” . QS. An-Nahl: 97 b. Perlindungan terhadap jiwa dan nyawa manusia. Firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah ayat 178.                                          : رق لا ٧١١ Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka Barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah yang memaafkan mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah yang diberi maaf membayar diat kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik pula. yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih. QS. Al-Baqarah: 178 c. Perlindungan terhadap akal manusia. Manusia memiliki nilai dan harga dalam kehidupan bila akalnya waras. Firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 90.                : دئاملا ٧٩ Artinya:. “Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya meminum khamar, berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan- perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan ”. QS. Al-Maidah Ayat: 90 d. Perlindungan Terhadap kehormatan diri dan kesucian keturunan. Firman Allah dalam surat Al-Isra ayat 32.          رسِاا ٲ : ٢٣ Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk”. QS. Al-Isra Ayat: 32 Baik di dalam Hukum Positif maupun dalam Hukum Islam, masalah perdagangan manusia terutama bagi perempuan dan anak yang menjadi korban dalam permasalahan ini merupakan pelanggaran yang paling hakiki terhadap hak asasi manusia. Padahal dalam hukum Islam maupun hukum positif tidak membeda-bedakan antara laki-laki dan perempuan dalam memperoleh hak-haknya Satu hal yang ironis jika kita melihat data yang ada tak tampak terlalu mengkhawatirkan, tetapi harus disadari bahwa data yang muncul hanyalah data yang terlihat secara kasat mata saja. Sementara yang tak terlihat justru jauh lebih banyak. Seperti contoh kasus yang terjadi di daerah Tangerang, tepatnya di Kota modernland yang di lakukan oleh terdakwa Sumijati Makmur Tuhar als. Sumi als Ati binti Makmur Tuhar yang menjual saudari Wirdaningsih Sugara kepada Mr. Lee Jung Sam untuk bersetubuh dengannya atau untuk di pekerjakan sebagai pekerja Seks komersial dengan di beri upah sebesar Rp. 300.000 kemudian datanglah beberapa anggota Kepolisian Polres Metro Tangerang yang langsung menangkap terdakwa, sehingga terdakwa di tahan dan di proses di Pengadilan Negeri Tangerang dan di jatuhi hukuman 8 delapan tahun penjara. Kemudian terdakwa secara sah dan terbukti melakukan pelanggaran hukum tentang Tindak Pidana perdagangan orang sehingga terdakwa di tahan atau di penjara selama 8 delapan tahun dan di keluarkannya surat Putusan Pengadilan Negeri Tangerang NOMOR : 1905PID.B2009PN.TNG. Dari permasalahan di atas, maka penulis melihat adanya alasan sehingga permasalahan ini menarik untuk dijadikan sebuah tulisan dengan mengambil tema dan judul skripsi sebagai berikut: “TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM ANALISIS PUTUSAN NO. 1905PID.B2009PN.TANGERANG ”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah