Perlindungan Hukum Terhadap Hak Perempuan, Anak serta Kerangka

BAB III TINJAUAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG MENURUT

HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

A. Perlindungan Hukum Terhadap Hak Perempuan, Anak serta Kerangka

Normatif Perlindungan Perempuan dan Anak Setiap manusia berhak atas hak asasinya sebagai manusia dan perlindungan perlindungan terhadap hak itu dari undang-undang Negara kediamannya. Menurut Undang-undang Hak Asasi Manusia, baik perempuan maupun laki-laki berhak atas hak asasi manusia dan kebebasan fundamental tanpa pandang bulu, jenis kelamin dan ras terlepas dari partikularitas Kekhususan, keistimewaan budaya tertentu, ajaran-ajaran agama dan level- level pembangunan. Paling tidak, ada tiga alas an mengapa kita harus memperhatikan hak-hak perempuan. 1 1. Untuk menginformasi kepada perempuan bahwa mereka mempunyai hak-hak fundamental dan mereka berhak menikmatinya. 2. Untuk membongkar dan menghapuskan pelanggaran hak-hak perempuan berbasis jenis kelamin sex atau gender. 1 Moh. Yasir Alimi,et. all, Advokasi Hak-hak Perempuan Membela Hak Mewujudkan Perubahan, Jakarta : LKIS, 1999, h. 2 3. Untuk membentuk praktek HAM baru yang sepenuhnya memperdulikan hak- hak perempuan. 2 Hak-hak Perempuan a. Hak-hak perempuan dalam bidang politik Hak-hak politik adalah hak-hak individu menjadi efektif dalam keuntungan politik, sosial dan ekonominya. Perempuan juga dapat menentukan peraturan pemerintah, organisasi dan tatakaramanya serta mengambil bagian secara langsung dalam arus pelaksanaan hukum dan perundang-undangan, hukum dan abolisinya. 3 Salah satu ayat yang seringkali dikemukakan oleh para pemikir Islam dalam kaitan dengan hak-hak politik kaum perempuan yang tertera dalam surat At-Taubah ayat 71: 4                            : ةبوتلا ١٧ Artinya: Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka adalah menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh mengerjakan yang maruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. QS. At-Taubah: 71 2 Ibid., h. 3 3 S.M. Khamaeni, Risalah Hak Asasi Wanita, Jakarta: Al-Huda, 2004, cet. Ke-1, h. 77 4 Quraish Shihab, Membumikan Al- Qur’an, Jakarta: Mizan, 1993, cet ke-IV, H. 275 Hak-hak politik ini meliputi 5 1. Baiat atau Hak memberikan suara Firman Allah SWT dalam surat Al-Mumtahanah ayat 12 :                                         :ةنحتمملا ٧٣ Artinya: “Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tiada akan menyekutukan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada- adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, Maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ”. QS. Al-Mumtahanah :12 2. Hak berserikat Hak menghadiri perkumpulan politik dan keagamaan juga merupakan bukti lain dari kemerdekaan politik wanita. Islam memandang wanita sama dengan pria dan memperbolehkan untuk berpartisipasi dalam perkumpulan- perkumpulan dan dalam shalat berjamaah, kecuali bila ia sedang haid. Hal ini sampai batas-batas tertentu, dapat berkhotbah, mengajar, dan bahkan sebagai imam bagi wanita. 5 S.M Khamaeni, op.cit, h. 78-79 3. Hak berperang dan mempertahankan diri Berperang merupakan salah satu jenis mempertahankan kemerdekaan dan kebebasan individu. Wanita dapat ikut serta dalam mempertahankan dan menyerang demi mempertahankan wilayah, idiologi dan diri mereka. Partisipasi aktif wanita dibelakang medan perang adalah salah satu inovasi Islam. 4. Hak obligasi Setiap muslim memiliki hak dibawah syarat-syarat yang diperlukan untuk menawarkan suaka politik atas nama syariah Islam, dan pemerintah diwajibkan untuk menerima penawaran tanggung jawabnya. Hak yang besar dan sesnsitif ini, yang menjadikan orang yang menawarkan suaka sebagai semacam wakil dari pemerintah, telah diberikan kepada wanita sejak datangnya Islam. Dan dunia Internasional pun telah mengadakan suatu konvensi internasional tentang hak politik dan sipil yang sama dan termasuk kebebasan, kesetaraan dan integritas fisik yang berfokus pada hak-hak kebangsaan, kebebasan berorganisasi, partisipasi politik dan sipil. 6

b. Hak-hak Ekonomi

1. Hak Kepemilikan Disepanjang sejarah perempuan tidak menikmati hak untuk memiliki, malah perempuan dianggap sebagai barang milik orang lain. Dalam kasus-kasus ketika perempuan dianggap sebagai pemilik, ia pun tidak dapat menikmatinya. 7 6 Moh. Yasir Alimi, op.ci., h. 44 7 S.M. Khaimaeni, op.ci., h. 75 Islam mengakui kemerdekaan wanita dalam kepemilikan, memiliki dan menikmati kekayaannya sebagaimana pria. Firman Allah SWT dalam Surah An-Nisa ayat 32:          : ءاسنلا ٢٣ Artinya: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. karena bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita pun ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia- Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.QS. An- Nisa: 32. Ayat ini secara tegas menjelaskan bahwa apa yang perempuan usahakan adalah hak miliknya. Suami tidak bisa menganggap dirinya sebagai pemilik. 2. Hak Warisan Hak warisan juga bagian dari hak milik perempuan dan dalam kebanyakan peradaban, khususnya selama datangnya Islam, hak ini dirampas dari wanita. Tidak seorangpun yang berani menyebutkan persoalan ini, adat istiadat ini terus berlanjut bahkan sampai berabad-abad setelah itu. Islam menggulingkan kebiasaan ini dan menuntut hak-hak untuk perempuan menerima warisan separuh dari hak laki-laki dalam banyak kasus. Selain hak-hak umum diatas ada hak-hak khusus bagi perempuan yaitu: a. Hak-hak finansial 1. Bagian pernikahan 2. Tunjangan nafaqoh b. Hak-hak spiritual 1. perilaku yang baik 2. Hak untuk kesejahteraan dan pelayanan 3. Hak untuk hidup bersama Berbicara masalah hak perempuan tentu masih banyak lagi yang dapat dikemukakan menyangkut hak-hak kaum perempuan dalam berbagai bidang. Oleh karena itu kedudukan dan hak-haknya hampir dikatakan sama dengan laki-laki, kalaupun ada tetapi berbeda maka itu hanyalah akibat fungsi dan tugas-tugas utama yang dibebankan tuhan kepada perempuan dan laki-laki. - Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga karena didalam dirinya terletak harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-undang Dasar 1945 dan konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB tentang hak-hak anak Sebelum membahas mengenai hukum perlindungan anak, ada baiknya diketahui secara pintas mengenai apa yang dimaksud dengan perlindungan anak. Perlindungan anak dalam arti luas adalah semua usaha yang melindungi anak agar dapat melaksanakan hak dan kewajibannya secara seimbang dan manusiawi. 8 Tentang aspek hukum perlindungan anak, 2 sarjana memberi batasan- batasan seperti terurai di bawah ini: Menurut Arif Gosita, hukum perlindungan anak adalah hukum tertulis maupun tidak yang menjamin anak benar-benar dapat melaksanakan hak dan kewajibannya. 9 Binary Siregar, menyebutkan aspek hukum perlindungan anak lebih dipusatkan kepada hak-hak anak yang diatur hukum dan bukan kewajiban, mengingat secara hukum yuridis anak belum dibebani kewajiban. 10 Upaya perlindungan anak perlu dilaksanakan sedini mungkin, yakni sejak dari janin dalam kandungan sampai anak berumur 18 tahun. Bertitik tolak dari konsepsi perlindungan anak yang menyeluruh, utuh, dan komprehensip, maka kewajiban memberikan perlindungan kepada anak berdasarkan sebagai berikut: 11 1. Non diskriminasi 2. Kepentingan hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan 3. Penghargaan terhadap anak 8 Arif Gosita, Masalah Pekerja Anak di Indonesia, sebagian bagian dari Sistem Kesejahteraan Anak suatu makalah workshop pekerja anak, Jakarta , 15-16 Juli 1988, h. 110 9 Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak, Jakarta: Akademia Pressindo, 1989, cet. Ke-1 h.53 10 Mulyono W. Kusumah ed Hukum dan Hak-hak Anak Jakarta:CV. Rajawali, 1986, h.3 11 Undang-undang Perlindungan Anak, Jakarta:Pustaka Widyatama, 2004 cet. Ke1, h.58 Adapun macam-macam bentuk kegiatan perlindungan anak antara lain sebagai berikut: 12 a. Mengusahakan perlakuan adil terhadap anak, mencegah pengambilan tindakan yang diskriminatif. b. Mengusahakan kesejahteraan anak di dalam dan di luar lingkungan keluarga. c. Mengusahakan penyuluhan dan pembinaan mengenai perlindungan anak. d. Pengasuhan asah, asih, asuh anak yang terutama menyandang permasalahan mental, fisik, sosial. e. Mengembangkan pendidikan formal yang bertujuan mendukung perlindungan anak. f. Mengembangkan komunikasi antar keluarga untuk mencegah pertentangan yang dapat menimbulkan korban antar anggota keluarga. g. Permasyarakatan, partisipasi sosial. h. Pencegahan dari segala sesuatu yang dapat merugikan dan mengorbankan anak. i. Pengawasan agar anak dapat bertumbuh kembang dengan baik intern dan ekstern. j. Pembinaan anak mempersiapkan kedewasaannya menghadapi tantangan hidup. k. Pengembangan, pernyataan dan pendampingan dalam melindungi diri sendiri. l. Pengadaan pengaturan dan jaminan hukum yang mengatur dan menjamin pelaksanaan perlindungan anak secara tuntas. 12 Arif Gosita, Masalah Pekerja Anak di Indonesia, sebagian bagian dari Sistem Kesejahteraan Anak, op.cit, h. 114 m. Perlindungan dari bentuk eksploitasi Di Indonesia kegiatan perlindungan anak tersebut meliputi sektor-sektor sebagai berikut: 13 1. Perlindungan anak disektor kesehatan 2. Perlindungan anak disektor pendidikan 3. Perlindungan anak disektor agama 4. Perlindungan anak disektor kesejahteraan sosial Adapun yang menjadi tujuan dari perlindungan anak adalah agar dapat tercipta suatu kesejahteraan anak. Dalam upaya pencapaian kesejahteraan anak tersebut, di Indonesia telah dibentuk Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia, suatu Yayasan yang memantau dan melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan usaha pewujudan kesejahteraan anak. 1. Hak Anak dalam Hukum Islam a. Hak nasab Yaitu hubungan darah antara seorang anak dengan ayahnya, karena menurut syara, jika anak dilahirkan atas dasar perkawinan dan dalam masa kandungan tertentu yang oleh syara diakui keabsahannya. Setiap anak yang lahir, langsung dinasabkan kepada ayahnya, baik dalam keadaan orang tua bercerai atau meninggal dunia. 13 Ibid, h. 116-120 Nasab berakibat timbulnya hubungan hukum antara anak dengan ayahnya dan menimbulkan adanya hak bagi anaknya seperti waris, nafkah, wali dan sebagainya. b. Hak Radha’ah Yaitu hak atas susuan pada periode pertama dan merupakan fitrah bagi anak atau bagi bayi. Untuk menambahkan air susu ibunya karena mengandung unsur-unsur penting dan vital bagi bayi, serta dapat memberikan kekebalan bagi bayi terhadap berbagai macam penyakit. c. Hak Hadhanah pemeliharaan Yaitu hak mendapat pendidikan dan pemeliharaan untuk mengurus makan, minum, pakaian dan kebersihan anak. Menurut ahli fiqh, hadhanah adalah melakukan pemeliharaan anak yang masih kecil, lai-laki atau perempuan baik yang sudah besar ataupun yang belum tamyiz, dari segi macam hal yang menyakiti dan merusaknya, serta mendidik jasmani rohani dan akalnya agar mampu berdiri sendiri menghadapi hidup memikul tanggung jawab. 14 d. Hak mendapat perwalian Perwalian ini menyangkut masalah pemeliharaan, perawatan dan perhatian tehadap benda si anak. e. Hak mendapat nafkah 14 Sayid Sbiq, Fiqh Al-Sunnah, Beirut: Dar al-fikr, 1983, Jilid ke-2, h 134 dan 228 Yaitu pemenuhan kebutuhan pokok, berupa sandang, pangan dan papan untuk melangsungkan hidup dan memlihara kesejahteraan. Anak mendapatkan hak ini disebabkan adanya nasab dengan ayahnya. 15 2. Hak anak dalam peraturan perundang-undangan Di Indonesia terdapat beberapa peraturan yang memuat hak-hak seorang anak. Peraturan-peraturan tersebut antara lain: a TAP MPR No. IIMPR1998 Bab IV. F bagian anak dan remaja b Undang-undang No. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, dimana didalamnya memuat mengenai hak-hak anak.  Hak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang pasal 2 ayat 1.  Hak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya pasal 2 ayat 2.  Hak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan pasal 1 ayat 3.  Hak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan menghambat pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar pasal 1 ayat4.  Hak mendapat pertolongan, bantuan dan perlindungan pertama-tama dalam keadaan yang membahayakan pasal 3. 15 Ibid, h.134  Hak memperoleh bantuan dan pelayanan yang bertujuan mewujudkan kesejahteraannya tanpa membedakan jenis kelamin, agama, pendidikan, politik dan kedudukan social pasal 8. c. Selain hak-hak diatas, ada juga Deklarasi dan konvensi yang berkaitan dengan hak-hak anak.  Di Jenewa Swiss pada tahun 1924, dikeluarkan Gebeve Declaration one the Rights of the Child, dimana didalamnya dinyatakan lebih mengenai hak-haknya sebagai seorang manusia yang lemah. Hal tersebut kemudian diwujudkan dalam deklarasi hak-hak anak Declaration one the Rights of the Child, yang memuat hak-hak anak, dikeluarkan Perserikatan Bangsa- Bangsa pada tanggal 20 November 1989. Konvensi ini merupakan langkah lanjut dari deklarasi hak-hak anak. Ketika berbicara masalah perlindungan hukum terhadap anak, paling tidak ada beberapa peraturan perundanmg-undangan dalam berbagai bidang hukum yang berkaitan dengan masalah tersebut. 1. Undang-undang Dasar 1945 sebagai dasar hukum Di dalam Undang-undang Dasar 1945, terdapat pasal-pasal yang dapat kita jadikan dasar hukum untuk perlindungan anak, misalnya: a. Bagian pembuka Undang-undang Dasar 1945 yang memuat pancasila. b. Paal 27 ayat 3: tiap=tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan. c. Pasal 31 ayat 1: tiap-tiap warga Negara berhak memperoleh pengajaran. d. Pasal 34 : fakir miskin dan anak-anak jalanan dipelihara oleh Negara. 2. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP Pasal-pasal dalam KUHP yang berkaitan dengan perlindungan anak diantaranya adalah: a. Pasal 290, 291, 292, 293, 294, 295, 296, 297, 300 ayat 1 sub 2 merupakan pasal yang melindungi anak terhadap viktimasi oleh orang dewasa. b. Pasal 301, 305, 307, 308, 330, 331, 341, 342, 346, 347, 348, 356 dan 481 ayat 2 adalah pasal-pasal yang melindungi kepentingan dan nyawa anak dari perbuatan orang dewasa untuk menjadikan anak sebagai korban tindak pidana mereka. - Kerangka Normatif Perlindungan Perempuan dan Anak 4. Perubahan keempat Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 G Ayat 2 : setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain. 5. Undang-Undang No. 7 tahun 1999 tentang ratifikasi konvensi ILO 1381997. Tentang usia minimum untuk diperbolehkan bekerja, dimana konvensi ini dimaksudkan untuk menghapus segala bentuk praktek mempekerjakan anak serta meningkatkan perlindungan dan penegakan hukum secara efektif sehingga akan menjamin perlindungan anak dari eksploitasi ekonomi, pekerjaan yang membahayakan keselamatan dan kesehatan anak, mengganggu pendidikan, serta mengganggu perkembangan fisik dan mental anak. 6. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP Pasal 297 : Perdagangan perempuan dan perdagangan anak laki-laki yang belum cukup umur, diancam dengan pidana penjara paling lama 6 enam tahun. 7. Undang-Undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 65 : setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari kegiatan eksploitasi dan pelecehan seksual, penculikan, perdagangan anak, serta dari berbagai bentuk penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya. 8. Undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak Pasal 83 : setiap orang yang memperdagangkan, menjual atau menculik anak untuk diri sendiri atau untuk dijual, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 lima belas tahun dan paling 3 tiga tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000 tiga ratus juta rupiah dan paling sedikit 60.000.000 enam puluh juta rupiah. Pasal 59: pemerintah dan lembaga Negara lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan khusus terhadap anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak yang tereksploitasi secara ekonomi dan atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya napza. Anak korban penculikan, penjualan dan perdagangan, anak korban kekerasan baik fisik maupun mental, anak yang menyandang cacat, anak korban perlakuan salah dan penelantaran. 9. Undang-Undang No. 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Pasal 2 ayat 1 : setiap orang yang melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan eksploitasi orang tersebut diwilayah Negara Republik Indonesia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling lama 15 lima belas tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 120.000.000 seratus dua puluh juta rupiah dan paling banyak Rp 600.000.000 enam ratus juta rupiah. 10. Undang-Undang No. 7 tahun 1984 tentang Ratifikasi Konvensi PBB tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan dalam pasal 6 Menyatakan : “Negara-negara peserta wajib membuat peraturan yang tepat, termasuk pembuatan Undang-undang, untuk memberantas segala bentuk perdagangan wanita dan eksploitasi pelacuran”. 11. Undang-undang no. 1 tahun 2000 tentang ratifikasi konvensi ILO no. 182 tentang pelarangan dan tindakan segala untuk penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk anak, dan Kepres No. 36 tahun 1990 tentang ratifikasi konvensi hak-hak anak. Keduanya mengharuskan negara mengambil langkah-langkah yang diperlukan secara nasional, bilateral dan multilateral untuk mencegah penculikan dan penjualan anak untuk tujuan dan dengan bentuk apapun. 12. Undang-undang No.1 tahun 1979 tentang ekstradisi. Dalam lampiran Undang-undang kejahatan trafficking yang pelakunya dapat diekstradisi diantaranya dalam poin: a. Melarikan wanita dengan kekerasan, ancaman, kekerasan atau tipu muslihat, dengan sengaja melarikan seseorang yang belum cukup umur. b. Perdagangan wanita dan anak laki-laki yang belum dewasa c. Penculikan dan penahanan melawan hukum d. Perbudakan 13. Undang-undang No. 37 tahun 1999 tentang hubungan luar negeri dapat digunakan sebagai isntrumen untuk melindungi perempuan dan anak Indonesia yang menjadi korban trafficking di luar negeri, pasal yang digunakan adalah pasal 19 dan pasal 21: a. Pasal 19: “Perwakilan RI berkewajiban untuk memberikan pengayoman, perlindungan dan bantuan hukum bagi warga negara dan badan hukum Indonesia di luar negeri, sesuai dengan peraturan perundang-undangan nasional serta hukum dan kebiasaan Internasional”. b. Pasal 21: “Dalam hal warga negara Indonesia terancam bahaya nyata, perwakilan Republik Indonesia berkewajiban memberikan perlindungan, membantu dan menghimpun mereka diwilayah yang aman, serta mengusahakan untuk memulangkan mereka ke Indonesia atas biaya negara”. 14. Hukum kesejahteraan sosial Ketentuan mengenai perlindungan anak di bidang kesejahteraan sosial terdapat pada: a. Undang-undang no. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, dimana pada pasal 2, 3, 4, dan 8 dijelaskan tentang hak-hak anak. b. Undang-undang no. 6 tahun 1974 tentang kesejahteraan sosial 15. Hukum kesehatan Di bidang kesehatan juga terdapat ketentuan yang menyangkut perlindungan anak dan perempuan walaupun dikeluarkan untuk tujuan secara umum, misalnya: a. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan b. Undang-undang No. 6 tahun 1962 tentang wabah c. Undang-undang No. 2 tahun 1966 tentang hygine d. Undang-undang No. 3 tahun 1966 tentang kesehatan jiwa e. Undang-undang No. 9 tahun 1976 tentang narkotika

B. Tindak Pidana Perdagangan Orang menurut Hukum Positif