BAB III TINJAUAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG MENURUT
HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM
A. Perlindungan Hukum Terhadap Hak Perempuan, Anak serta Kerangka
Normatif Perlindungan Perempuan dan Anak
Setiap manusia berhak atas hak asasinya sebagai manusia dan perlindungan perlindungan terhadap hak itu dari undang-undang Negara
kediamannya. Menurut Undang-undang Hak Asasi Manusia, baik perempuan maupun laki-laki berhak atas hak asasi manusia dan kebebasan fundamental
tanpa pandang bulu, jenis kelamin dan ras terlepas dari partikularitas Kekhususan, keistimewaan budaya tertentu, ajaran-ajaran agama dan level-
level pembangunan. Paling tidak, ada tiga alas an mengapa kita harus memperhatikan hak-hak perempuan.
1
1. Untuk menginformasi kepada perempuan bahwa mereka mempunyai hak-hak
fundamental dan mereka berhak menikmatinya. 2.
Untuk membongkar dan menghapuskan pelanggaran hak-hak perempuan berbasis jenis kelamin sex atau gender.
1
Moh. Yasir Alimi,et. all, Advokasi Hak-hak Perempuan Membela Hak Mewujudkan Perubahan, Jakarta : LKIS, 1999, h. 2
3. Untuk membentuk praktek HAM baru yang sepenuhnya memperdulikan hak-
hak perempuan.
2
Hak-hak Perempuan a.
Hak-hak perempuan dalam bidang politik
Hak-hak politik adalah hak-hak individu menjadi efektif dalam keuntungan politik, sosial dan ekonominya. Perempuan juga dapat menentukan
peraturan pemerintah, organisasi dan tatakaramanya serta mengambil bagian secara langsung dalam arus pelaksanaan hukum dan perundang-undangan,
hukum dan abolisinya.
3
Salah satu ayat yang seringkali dikemukakan oleh para pemikir Islam dalam kaitan dengan hak-hak politik kaum perempuan yang tertera dalam surat
At-Taubah ayat 71:
4
: ةبوتلا
١٧
Artinya: Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka adalah menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka
menyuruh mengerjakan yang maruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan
Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. QS. At-Taubah: 71
2
Ibid., h. 3
3
S.M. Khamaeni, Risalah Hak Asasi Wanita, Jakarta: Al-Huda, 2004, cet. Ke-1, h. 77
4
Quraish Shihab, Membumikan Al- Qur’an, Jakarta: Mizan, 1993, cet ke-IV, H. 275
Hak-hak politik ini meliputi
5
1. Baiat atau Hak memberikan suara Firman Allah SWT dalam surat Al-Mumtahanah ayat 12 :
:ةنحتمملا ٧٣
Artinya: “Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang
beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tiada akan menyekutukan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan
membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada- adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu
dalam urusan yang baik, Maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
”. QS. Al-Mumtahanah :12
2. Hak berserikat Hak menghadiri perkumpulan politik dan keagamaan juga merupakan bukti
lain dari kemerdekaan politik wanita. Islam memandang wanita sama dengan pria dan memperbolehkan untuk berpartisipasi dalam perkumpulan-
perkumpulan dan dalam shalat berjamaah, kecuali bila ia sedang haid. Hal ini sampai batas-batas tertentu, dapat berkhotbah, mengajar, dan bahkan sebagai
imam bagi wanita.
5
S.M Khamaeni, op.cit, h. 78-79
3. Hak berperang dan mempertahankan diri Berperang merupakan salah satu jenis mempertahankan kemerdekaan dan
kebebasan individu. Wanita dapat ikut serta dalam mempertahankan dan menyerang demi mempertahankan wilayah, idiologi dan diri mereka. Partisipasi
aktif wanita dibelakang medan perang adalah salah satu inovasi Islam. 4. Hak obligasi
Setiap muslim memiliki hak dibawah syarat-syarat yang diperlukan untuk menawarkan suaka politik atas nama syariah Islam, dan pemerintah diwajibkan
untuk menerima penawaran tanggung jawabnya. Hak yang besar dan sesnsitif ini, yang menjadikan orang yang menawarkan suaka sebagai semacam wakil
dari pemerintah, telah diberikan kepada wanita sejak datangnya Islam. Dan dunia Internasional pun telah mengadakan suatu konvensi internasional
tentang hak politik dan sipil yang sama dan termasuk kebebasan, kesetaraan dan integritas fisik yang berfokus pada hak-hak kebangsaan, kebebasan
berorganisasi, partisipasi politik dan sipil.
6
b. Hak-hak Ekonomi
1. Hak Kepemilikan Disepanjang sejarah perempuan tidak menikmati hak untuk memiliki, malah
perempuan dianggap sebagai barang milik orang lain. Dalam kasus-kasus ketika perempuan dianggap sebagai pemilik, ia pun tidak dapat menikmatinya.
7
6
Moh. Yasir Alimi, op.ci., h. 44
7
S.M. Khaimaeni, op.ci., h. 75
Islam mengakui kemerdekaan wanita dalam kepemilikan, memiliki dan menikmati kekayaannya sebagaimana pria. Firman Allah SWT dalam Surah
An-Nisa ayat 32:
: ءاسنلا
٢٣
Artinya: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah
kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. karena bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka
usahakan, dan bagi para wanita pun ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-
Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.QS. An- Nisa: 32.
Ayat ini secara tegas menjelaskan bahwa apa yang perempuan usahakan adalah hak miliknya. Suami tidak bisa menganggap dirinya sebagai pemilik.
2. Hak Warisan Hak warisan juga bagian dari hak milik perempuan dan dalam kebanyakan
peradaban, khususnya selama datangnya Islam, hak ini dirampas dari wanita. Tidak seorangpun yang berani menyebutkan persoalan ini, adat istiadat ini terus
berlanjut bahkan sampai berabad-abad setelah itu. Islam menggulingkan kebiasaan ini dan menuntut hak-hak untuk perempuan menerima warisan
separuh dari hak laki-laki dalam banyak kasus. Selain hak-hak umum diatas ada hak-hak khusus bagi perempuan yaitu:
a. Hak-hak finansial 1. Bagian pernikahan
2. Tunjangan nafaqoh
b. Hak-hak spiritual 1. perilaku yang baik
2. Hak untuk kesejahteraan dan pelayanan 3. Hak untuk hidup bersama
Berbicara masalah hak perempuan tentu masih banyak lagi yang dapat dikemukakan menyangkut hak-hak kaum perempuan dalam berbagai bidang.
Oleh karena itu kedudukan dan hak-haknya hampir dikatakan sama dengan laki-laki, kalaupun ada tetapi berbeda maka itu hanyalah akibat fungsi dan
tugas-tugas utama yang dibebankan tuhan kepada perempuan dan laki-laki.
- Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak
Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga karena didalam dirinya terletak harkat, martabat dan
hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-undang
Dasar 1945 dan konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB tentang hak-hak anak
Sebelum membahas mengenai hukum perlindungan anak, ada baiknya diketahui secara pintas mengenai apa yang dimaksud dengan perlindungan
anak. Perlindungan anak dalam arti luas adalah semua usaha yang melindungi
anak agar dapat melaksanakan hak dan kewajibannya secara seimbang dan manusiawi.
8
Tentang aspek hukum perlindungan anak, 2 sarjana memberi batasan- batasan seperti terurai di bawah ini:
Menurut Arif Gosita, hukum perlindungan anak adalah hukum tertulis maupun tidak yang menjamin anak benar-benar dapat melaksanakan hak dan
kewajibannya.
9
Binary Siregar, menyebutkan aspek hukum perlindungan anak lebih dipusatkan kepada hak-hak anak yang diatur hukum dan bukan kewajiban,
mengingat secara hukum yuridis anak belum dibebani kewajiban.
10
Upaya perlindungan anak perlu dilaksanakan sedini mungkin, yakni sejak dari janin dalam kandungan sampai anak berumur 18 tahun. Bertitik tolak dari
konsepsi perlindungan anak yang menyeluruh, utuh, dan komprehensip, maka kewajiban memberikan perlindungan kepada anak berdasarkan sebagai
berikut:
11
1. Non diskriminasi 2. Kepentingan hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan
3. Penghargaan terhadap anak
8
Arif Gosita, Masalah Pekerja Anak di Indonesia, sebagian bagian dari Sistem Kesejahteraan Anak suatu makalah workshop pekerja anak, Jakarta , 15-16 Juli 1988, h. 110
9
Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak, Jakarta: Akademia Pressindo, 1989, cet. Ke-1 h.53
10
Mulyono W. Kusumah ed Hukum dan Hak-hak Anak Jakarta:CV. Rajawali, 1986, h.3
11
Undang-undang Perlindungan Anak, Jakarta:Pustaka Widyatama, 2004 cet. Ke1, h.58
Adapun macam-macam bentuk kegiatan perlindungan anak antara lain sebagai berikut:
12
a. Mengusahakan perlakuan adil terhadap anak, mencegah pengambilan tindakan
yang diskriminatif. b.
Mengusahakan kesejahteraan anak di dalam dan di luar lingkungan keluarga. c.
Mengusahakan penyuluhan dan pembinaan mengenai perlindungan anak. d.
Pengasuhan asah, asih, asuh anak yang terutama menyandang permasalahan mental, fisik, sosial.
e. Mengembangkan pendidikan formal yang bertujuan mendukung perlindungan
anak. f.
Mengembangkan komunikasi antar keluarga untuk mencegah pertentangan yang dapat menimbulkan korban antar anggota keluarga.
g. Permasyarakatan, partisipasi sosial.
h. Pencegahan dari segala sesuatu yang dapat merugikan dan mengorbankan anak.
i. Pengawasan agar anak dapat bertumbuh kembang dengan baik intern dan
ekstern. j.
Pembinaan anak mempersiapkan kedewasaannya menghadapi tantangan hidup. k.
Pengembangan, pernyataan dan pendampingan dalam melindungi diri sendiri. l.
Pengadaan pengaturan dan jaminan hukum yang mengatur dan menjamin pelaksanaan perlindungan anak secara tuntas.
12
Arif Gosita, Masalah Pekerja Anak di Indonesia, sebagian bagian dari Sistem Kesejahteraan Anak, op.cit, h. 114
m. Perlindungan dari bentuk eksploitasi
Di Indonesia kegiatan perlindungan anak tersebut meliputi sektor-sektor sebagai berikut:
13
1. Perlindungan anak disektor kesehatan 2. Perlindungan anak disektor pendidikan
3. Perlindungan anak disektor agama 4. Perlindungan anak disektor kesejahteraan sosial
Adapun yang menjadi tujuan dari perlindungan anak adalah agar dapat tercipta suatu kesejahteraan anak. Dalam upaya pencapaian kesejahteraan anak
tersebut, di Indonesia telah dibentuk Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia, suatu Yayasan yang memantau dan melakukan kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan usaha pewujudan kesejahteraan anak. 1.
Hak Anak dalam Hukum Islam a.
Hak nasab Yaitu hubungan darah antara seorang anak dengan ayahnya, karena
menurut syara, jika anak dilahirkan atas dasar perkawinan dan dalam masa kandungan tertentu yang oleh syara diakui keabsahannya.
Setiap anak yang lahir, langsung dinasabkan kepada ayahnya, baik dalam keadaan orang tua bercerai atau meninggal dunia.
13
Ibid, h. 116-120
Nasab berakibat timbulnya hubungan hukum antara anak dengan ayahnya dan menimbulkan adanya hak bagi anaknya seperti waris, nafkah,
wali dan sebagainya. b.
Hak Radha’ah Yaitu hak atas susuan pada periode pertama dan merupakan fitrah bagi
anak atau bagi bayi. Untuk menambahkan air susu ibunya karena mengandung unsur-unsur penting dan vital bagi bayi, serta dapat memberikan kekebalan
bagi bayi terhadap berbagai macam penyakit. c.
Hak Hadhanah pemeliharaan Yaitu hak mendapat pendidikan dan pemeliharaan untuk mengurus
makan, minum, pakaian dan kebersihan anak. Menurut ahli fiqh, hadhanah adalah melakukan pemeliharaan anak yang
masih kecil, lai-laki atau perempuan baik yang sudah besar ataupun yang belum tamyiz, dari segi macam hal yang menyakiti dan merusaknya, serta
mendidik jasmani rohani dan akalnya agar mampu berdiri sendiri menghadapi hidup memikul tanggung jawab.
14
d. Hak mendapat perwalian
Perwalian ini menyangkut masalah pemeliharaan, perawatan dan perhatian tehadap benda si anak.
e. Hak mendapat nafkah
14
Sayid Sbiq, Fiqh Al-Sunnah, Beirut: Dar al-fikr, 1983, Jilid ke-2, h 134 dan 228
Yaitu pemenuhan kebutuhan pokok, berupa sandang, pangan dan papan untuk
melangsungkan hidup
dan memlihara
kesejahteraan. Anak
mendapatkan hak ini disebabkan adanya nasab dengan ayahnya.
15
2. Hak anak dalam peraturan perundang-undangan
Di Indonesia terdapat beberapa peraturan yang memuat hak-hak seorang anak. Peraturan-peraturan tersebut antara lain:
a TAP MPR No. IIMPR1998 Bab IV. F bagian anak dan remaja
b Undang-undang No. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, dimana
didalamnya memuat mengenai hak-hak anak.
Hak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang pasal 2 ayat 1.
Hak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan
sosialnya pasal 2 ayat 2.
Hak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan pasal 1 ayat 3.
Hak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat
membahayakan menghambat pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar pasal 1 ayat4.
Hak mendapat pertolongan, bantuan dan perlindungan pertama-tama dalam
keadaan yang membahayakan pasal 3.
15
Ibid, h.134
Hak memperoleh bantuan dan pelayanan yang bertujuan mewujudkan
kesejahteraannya tanpa membedakan jenis kelamin, agama, pendidikan, politik dan kedudukan social pasal 8.
c. Selain hak-hak diatas, ada juga Deklarasi dan konvensi yang berkaitan dengan
hak-hak anak.
Di Jenewa Swiss pada tahun 1924, dikeluarkan Gebeve Declaration one the Rights of the Child, dimana didalamnya dinyatakan lebih mengenai
hak-haknya sebagai seorang manusia yang lemah. Hal tersebut kemudian diwujudkan dalam deklarasi hak-hak anak Declaration one the Rights of
the Child, yang memuat hak-hak anak, dikeluarkan Perserikatan Bangsa- Bangsa pada tanggal 20 November 1989. Konvensi ini merupakan langkah
lanjut dari deklarasi hak-hak anak. Ketika berbicara masalah perlindungan hukum terhadap anak, paling tidak
ada beberapa peraturan perundanmg-undangan dalam berbagai bidang hukum yang berkaitan dengan masalah tersebut.
1. Undang-undang Dasar 1945 sebagai dasar hukum
Di dalam Undang-undang Dasar 1945, terdapat pasal-pasal yang dapat kita jadikan dasar hukum untuk perlindungan anak, misalnya:
a. Bagian pembuka Undang-undang Dasar 1945 yang memuat pancasila.
b. Paal 27 ayat 3: tiap=tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan
kehidupan yang layak bagi kemanusiaan. c.
Pasal 31 ayat 1: tiap-tiap warga Negara berhak memperoleh pengajaran.
d. Pasal 34 : fakir miskin dan anak-anak jalanan dipelihara oleh Negara.
2. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP
Pasal-pasal dalam KUHP yang berkaitan dengan perlindungan anak diantaranya adalah:
a. Pasal 290, 291, 292, 293, 294, 295, 296, 297, 300 ayat 1 sub 2 merupakan
pasal yang melindungi anak terhadap viktimasi oleh orang dewasa. b.
Pasal 301, 305, 307, 308, 330, 331, 341, 342, 346, 347, 348, 356 dan 481 ayat 2 adalah pasal-pasal yang melindungi kepentingan dan nyawa anak
dari perbuatan orang dewasa untuk menjadikan anak sebagai korban tindak pidana mereka.
- Kerangka Normatif Perlindungan Perempuan dan Anak
4. Perubahan keempat Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 G
Ayat 2 : setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia dan
berhak memperoleh suaka politik dari negara lain. 5.
Undang-Undang No. 7 tahun 1999 tentang ratifikasi konvensi ILO 1381997.
Tentang usia minimum untuk diperbolehkan bekerja, dimana konvensi ini dimaksudkan untuk menghapus segala bentuk praktek mempekerjakan anak
serta meningkatkan perlindungan dan penegakan hukum secara efektif sehingga akan menjamin perlindungan anak dari eksploitasi ekonomi,
pekerjaan yang membahayakan keselamatan dan kesehatan anak,
mengganggu pendidikan, serta mengganggu perkembangan fisik dan mental anak.
6. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP
Pasal 297 : Perdagangan perempuan dan perdagangan anak laki-laki yang belum cukup umur, diancam dengan pidana penjara paling
lama 6 enam tahun. 7.
Undang-Undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 65 : setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari
kegiatan eksploitasi dan pelecehan seksual, penculikan, perdagangan anak, serta dari berbagai bentuk penyalahgunaan
narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya. 8.
Undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak Pasal 83 : setiap orang yang memperdagangkan, menjual atau menculik
anak untuk diri sendiri atau untuk dijual, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 lima belas tahun dan paling 3
tiga tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000 tiga ratus juta rupiah dan paling sedikit 60.000.000 enam puluh
juta rupiah. Pasal 59: pemerintah dan lembaga Negara lainnya berkewajiban dan
bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan khusus terhadap anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan
dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi,
anak yang tereksploitasi secara ekonomi dan atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi penyalahgunaan
narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya napza. Anak korban penculikan, penjualan dan perdagangan, anak korban
kekerasan baik fisik maupun mental, anak yang menyandang cacat, anak korban perlakuan salah dan penelantaran.
9. Undang-Undang No. 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang. Pasal 2 ayat 1 : setiap orang yang melakukan perekrutan, pengangkutan,
penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan,
penculikan, penyekapan,
pemalsuan, penipuan,
penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh
persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan eksploitasi orang tersebut diwilayah Negara
Republik Indonesia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling lama 15 lima belas tahun
dan pidana denda paling sedikit Rp 120.000.000 seratus dua puluh juta rupiah dan paling banyak Rp 600.000.000 enam
ratus juta rupiah.
10. Undang-Undang No. 7 tahun 1984 tentang Ratifikasi Konvensi PBB tentang
penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan dalam pasal 6 Menyatakan :
“Negara-negara peserta wajib membuat peraturan yang tepat, termasuk pembuatan Undang-undang, untuk memberantas
segala bentuk perdagangan wanita dan eksploitasi pelacuran”. 11.
Undang-undang no. 1 tahun 2000 tentang ratifikasi konvensi ILO no. 182 tentang pelarangan dan tindakan segala untuk penghapusan bentuk-bentuk
pekerjaan terburuk anak, dan Kepres No. 36 tahun 1990 tentang ratifikasi konvensi hak-hak anak. Keduanya mengharuskan negara mengambil
langkah-langkah yang diperlukan secara nasional, bilateral dan multilateral untuk mencegah penculikan dan penjualan anak untuk tujuan dan dengan
bentuk apapun. 12.
Undang-undang No.1 tahun 1979 tentang ekstradisi. Dalam lampiran Undang-undang kejahatan trafficking yang pelakunya dapat diekstradisi
diantaranya dalam poin: a.
Melarikan wanita dengan kekerasan, ancaman, kekerasan atau tipu muslihat, dengan sengaja melarikan seseorang yang belum cukup umur.
b. Perdagangan wanita dan anak laki-laki yang belum dewasa
c. Penculikan dan penahanan melawan hukum
d. Perbudakan
13. Undang-undang No. 37 tahun 1999 tentang hubungan luar negeri dapat
digunakan sebagai isntrumen untuk melindungi perempuan dan anak Indonesia yang menjadi korban trafficking di luar negeri, pasal yang
digunakan adalah pasal 19 dan pasal 21: a.
Pasal 19: “Perwakilan RI berkewajiban untuk memberikan pengayoman, perlindungan dan bantuan hukum bagi warga negara dan badan hukum
Indonesia di luar negeri, sesuai dengan peraturan perundang-undangan nasional serta hukum dan kebiasaan Internasional”.
b. Pasal 21: “Dalam hal warga negara Indonesia terancam bahaya nyata,
perwakilan Republik Indonesia berkewajiban memberikan perlindungan, membantu dan menghimpun mereka diwilayah yang aman, serta
mengusahakan untuk memulangkan mereka ke Indonesia atas biaya negara”.
14. Hukum kesejahteraan sosial
Ketentuan mengenai perlindungan anak di bidang kesejahteraan sosial terdapat pada:
a. Undang-undang no. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, dimana
pada pasal 2, 3, 4, dan 8 dijelaskan tentang hak-hak anak. b.
Undang-undang no. 6 tahun 1974 tentang kesejahteraan sosial
15. Hukum kesehatan
Di bidang kesehatan juga terdapat ketentuan yang menyangkut perlindungan anak dan perempuan walaupun dikeluarkan untuk tujuan secara umum,
misalnya: a.
Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan b.
Undang-undang No. 6 tahun 1962 tentang wabah c.
Undang-undang No. 2 tahun 1966 tentang hygine d.
Undang-undang No. 3 tahun 1966 tentang kesehatan jiwa e.
Undang-undang No. 9 tahun 1976 tentang narkotika
B. Tindak Pidana Perdagangan Orang menurut Hukum Positif