pertemuan kedua  pada  siklus  ini  sebanyak  20 orang.  Kegiatan  diskusi  dan presentasi  yang  dilakukan  oleh  siswa  sebagian  besar  sudah menunjukkan
peningkatan.  Namun  tetap  saja  masih  ada  dua  atau  tiga  orang  siswa yang mengobrol dan  tidak  ikut  serta  dalam mengerjakan  LKS  dalam kelompoknya.
Siswa yang  aktif  pada  pertemuan  kedua siklus  II  ini  sebanyak  20 orang. Presentase  siswa  aktif  pada  siklus  II  ini  meningkat  dari  siklus  I  namun masih
belum mencapai indikator yang telah ditetapkan sebesar 75 . Pada  siklus  III, siswa  sudah  sangat  antusias  dalam  mengikuti  pembelajaran.
Aktivitas  bertanya  siswa  kepada  guru  meningkat  disebabkan  siswa  sudah  mulai terbangun  rasa  percaya  diri  sehingga  tidak  segan  ataupun  malu  untuk  bertanya
terhadap  materi  pembelajaran  yang  belum  difahami. Siswa  yang  melakukan aktivitas  lain  dalam  kelompoknya  juga  sudah  berkurang,  terlihat  lebih
bersemangat  untuk  mengerjakan  LKS  dengan  diskusi  kelompok  karena  ingin menjadi  kelompok yang  mendapatkan  penghargaan.  Pada  pertemuan  pertama  di
siklus  III  ini,  siswa  yang  dikatakan  aktif  lebih  banyak  dari  siklus  sebelumnya yaitu 22 orang. Guru  terus menerus  memberikan  bimbingan  kepada  kelompok-
kelompok yang masih terlihat belum memahami, sehingga waktu diskusi menjadi lebih  panjang. Pada pertemuan  kedua,  siswa  aktif berjumlah  25 orang.  Diskusi
dan presentasi kelompok berjalan dengan lancar, siswa termotivasi ingin menjadi kelompok terbaik, sehingga aktivitas siswa meningkat. Pada siklus III  ini ternyata
persentase siswa aktif meningkat dari siklus II dan sudah melebihi indikator yang ditetapkan yaitu 75 .
Data persentase siswa yang aktif pada pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dilihat pada grafik 1.
Gambar 1. Grafik Persentase Siswa aktif
b. Hasil Belajar
Data  hasil  belajar  siswa  diperoleh  dari nilai  tes pada  setiap  akhir  siklus.  Tes dilakukan  pada pertemuan  ketiga  setiap siklusnya.  Soal  yang  diberikan  kepada
siswa  pada  tes  akhir  siklus  I  terdiri  dari 5  soal  esai  yang  mencakup 8 indikator kognitif, untuk siklus II terdiri terdiri dari 4 soal esai yang mencakup 8 indikator
kognitif  dan untuk  siklus  III  terdiri  dari  3 soal yang  mencakup 10 indikator kognitif.
Persentase siswa tuntas pada siklus I hanya sebesar 56, 25. Hanya ada 18 orang siswa  yang  tuntas  dari  32  siswa  pada  siklus  I  ini. Nilai  persentase  siswa  tuntas
37.95 61.04
76.99
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
60.00 70.00
80.00 90.00
Siklus I Siklus II
Siklus III
mengalami  peningkatan sebesar  15,  62  dari  persentase  siswa  tuntas  pada  saat nilai awal siswa.
Pada siklus II, jumlah siswa yang tuntas adalah 20 orang dari 29 orang siswa dan rata-rata  hasil  belajar  siswa  adalaht 70,07. Berarti, besar  persentase  siswa  tuntas
adalah  68,  96.  Nilai ini  meningkat  sebesar 12,  71  jika  dibandingkan  dengan persentase siswa  tuntas  pada  tes akhir siklus I.  Rata-rata hasil  belajar  siswa  pun
mengalami  peningkatan  sebesar. 6,  16 dari  rata-rata  hasil belajar  siswa  pada  tes akhir siklus I.
Pada siklus III, jumlah siswa yang tuntas adalah 25 orang dari 31 orang siswa dan rata-rata  hasil  belajar  siswa  adalah 70,  11.  Berarti,  besar  persentase  siswa  tuntas
adalah 77,  42. Nilai  ini  rneningkat  sebesar 8,  45 jika  dibandingkan  dengan persentase  siswa tuntas  pada  siklus  II. Rata-rata  hasil  belajar  siswa  mengalami
peningkatan sebeasar 0, 04 dari rata-rata hasil belajar pada siklus II. Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa persentase siswa tuntas pada akhir siklus III
telah  memenuhi  indikator  yang  ditetapkan  sebesar  75  sehingga  penelitian berhenti pada siklus III.
Berdasarkan hasil  penelitian,  setelah  dilakukan  analisis  skor  tuntas  hasil  belajar untuk tiap indikaror kognitif diketahui pencapaian indikator kognitif pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat dilihat pada tabel beriknt.
Tabel.4.1 Rata-rata nilai siswa dan Persentase siswa Tuntas
Siklus I Siklus II
Siklus III Rata-rata nilai siswa
63, 91 70, 07
70, 11 Jumlah siswa yang tuntas
18 20
24 Persentase siswa tuntas
56, 25 68, 96
77, 42
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian, terlihat bahwa persentase aktivitas siswa pada siklus I  masih  rendah.  Hal  ini  terjadi  karena  hanya  sedikit  siswa  yang  aktif  dalam
pembelajaran. Ketidakaktifan siswa dalam pembelajaran disebabkan karena siswa baru  pertama  kali  diperkenalkan  dengan  pembelajaran  kooperatif  tipe  STAD
sehingga kegiatan utama yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran masih terpaku  pada  mendengarkan  penjelasan  guru,  diskusi  dalam  kelompok,  dan
mengerjakan  LKS.  Diskusi  yang  dilakukan  oleh  siswa  belum  berjalan sebagaimana  mestinya.  Sebagian  siswa  belum  bisa  bekerja  sama  dengan  teman
satu  kelompoknya.  Selain  itu  sebagian  siswa  yang  lain  tidak  ikut  mengerjakan LKS.  Mereka  melakukan  aktivitas  lain  seperti  bermain-main,  menggambar,  dan
mengganggu teman-teman yang lain. Pada  pertemuan ke  tiga  siklus I  guru  melaksanakan tes  akhir  siklus  I,  jumlah
siswa yang tuntas hanya 18 siswa dari 32 siswa. Untuk siklus II persentase keaktifan siswa mengalami peningkatan dibandingkan
dengan  persentase  aktivitas  siswa  pada  siklus I. Pada  siklus  ini,  siswa  terlihat antusias mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru memberikan penghargaan berupa
hadiah kepada kelompok yang mempresentasikan hasil diskusinya. Hal ini sejalan dengan pendapat Maslow  dalam  Nurul,  2009:  l, bahwa  kebutuhan  akan
penghargaan esteem  needs  sebagai  suatu  kebutuhan  psikologis  yang  harus dipenuhi. Pemenuhan  kebutuhan  akan  penghargaan rnenjurus  pada  timbulnya
kepercayaan akan  diri  sendiri.  Sejalan  dengan  pendapar  tersebut,  adanya pemberian penghargaan memotivasi seluruh siswa untuk belajar lebih giat lagi.
Jika  pada  pertemuan  sebelumnya  ketua-ketua  kelompok  terlihat  tidak  begitu semangat,  namun  pada  siklus  II  ini  antusiasme  mereka  semakin  meningkat.
Mereka  dengan  sabar membimbing  teman-temannya  dalam  satu  kelompok  agar dapat memahami setiap materi yang dibahas.
Pemberian  hadiah  di  awal  siklus  II  benar-benar  memotivasi  masing-masing kelompok untuk bisa menguasai materi dengan sebaik-baiknya agar pada siklus II
ini  mereka  dapat  menjadi  kelompok  dengan  nilai  peningkatan  tertinggi.  Nurul 2009:  l,  mengungkapkan  bahwa  dengan  adanya reward yang  berupa  pujian
ataupun  hadiah  yang  diberikan  kepada  siswa  mampu menunjukkan  kinerja  yang lebih baik lagi dalam belajar. Sejalan dengan pendapat tersebut, adanya pemberian
hadiah di awal siklus memberikan pengaruh terhadap aktivitas siswa. Pada  pertemuan  ke  tiga  siklus  II  guru  melaksanakan  tes  akhir siklus  II,  jumlah
siswa yang tuntas 29 siswa dari 32 siswa. Pada  siklus  III,  siswa  tampak  lebih  antusias  mengikuti  kegiatan  pembelajaran.
Siswa sudah mulai memahami tanggung jawab mereka bersama teman-teman satu kelompoknya  sehingga  lebih  termotivasi  untuk  berbuat  maksimal.  Inilah  nilai-
nilai yang ingin ditanamkan kepada siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe  STAD. Secara  tidak  langsung  siswa  dilatih  untuk  mengernbangkan  skil
kepemimpinannya,  memupuk  rasa  tanggung  jawab  dan meningkatkan
kemampuan interaksi sosial. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan Roger dan  David  Johnson  dalam Lie,  2004:  3l,  bahwa  untuk  mencapai  hasil  yang
maksimal, dalam penerapan model pembelajaran kooperatif harus diterapkan lima
unsur yaitu, saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatapan muka, komunikasi antar anggota, evaluasi proses kelompok.
Dalam  pembelajaran  terlihat  bahwa  siswa lebih  semangat  dalam  menjalankan diskusi  kelompok. Siswa pun  lebih  memperhatikan  dan  lebih  berani  untuk
menanggapi dalam kegiatan presentasi. Pada pertemuan pertama siklus III ini guru Juga memberikan penghargaan berupa hadiah kepada kelompok 3 karena kembali
berhasil  meraih  poin  peningkatan  kelompok  yang  paring  tinggi  pada  hasil  tes siklus II.
Pada pertemuan ke tiga siklus III guru melaksanakan tes akhir siklus, didapatkan data jumlah siswa yang tuntas meningkat menjadi 24 siswa dari 32 siswa.
Secara  keseluruhan,  rata-rata  persentase  aktivitas  siswa  meningkat  setiap siklusnya. Dari siklus I sebesar 37, 96 meningkat menjadi 61, 04 pada siklus
II dan  meningkat  menjadi 80,  64 pada  siklus  III.  Dari  sisi  aktivitas  siswa, penelitian  ini  telah  berhasil  memenuhi  indikalor  keberhasilan  yang  ditetapkan
yaitu 75 siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Adanya peningkatan aktivitas siswa  disebabkan  siswa  mulai  memahani  pentingnya  kerja  sama  dan saling
membantu dalam memahami materi yang diberikan, artinya siswa tersebut sudah mulai  mengerti  tujuan  dari  pembelajaran  kooperatif  tipe  STAD. Pelaksanaan
pembelajaran  kooperatit  tipe STAD  perlu  memperhatikan  alokasi waktu  baik dalam penyajian  materi,  kegiatan  diskusi  kelompok,  maupun  dalam presentasi
hasil  kerja  kelompok.  Guru perlu  memberikan  penjelasan  tentang pelaksanaan pembelajaran,  memberikan  motivasi  kepada  siswa  agar  bekerja  sama dalam
kelompok  dan  berani  mengajukan  pendapat  ataupun  pertanyaan.  Selain  itu guru hendaknya  rnemberikan  arahan  kepada  siswa  agar  bekerja  sama  dan  saling