C. Tugas Pokok dan Fungsi Badan POM
Badan Pengawas Obat dan Makanan mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan obat dan makanan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. Mengacu pada model suatu lembaga yang efektif ditingkat internasional,
maka dalam melaksanakan tugas sebagaimana disebut di atas Badan Pengawas Obat dan Makanan menyelengarakan fungsinya yang mencakup pengawasan full
spectrum, melalui berbagai kegiatan sebagai berikut : 1.
Penyusunan kebijakan, regulasi, dan standardisasi. Regulasi adalah peraturan. Semua obyek yang di teliti atau dalam pengawasan BPOM
itu berdasarkan pada peraturan perundang-undangan, misalnya dalam pengawasan kosmetik itu pada Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia No. HK.03.1.23.04.11.03724 Tahun 2011 tentang Pengawasan Pemasukan Kosmetika. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia No. HK.03.1.23.07.11.6662 tahun 2011 tentang Persyaratan Cemaran Mikroba dan Logam Berat dalam Kosmetika. Peraturan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.03.1.23.12.11.10052 tahun 2011 tentang Pengawasan Produksi dan Pewredaran Kosmetika. Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.03.1.23.12.11.10719 tahun 2011 tentang Tata Cara Pemusnahan Kosmetika.
Standardisasi merupakan suatu alat kebijakan pemerintah dalam menata struktur ekonomi secara lebih baik dan memberikan perlindungan terhadap konsumen.
2. Lisensi dan sertifikasi industri di bidang obat dan makanan berdasarkan Cara
Pembuatan yang Baik. 3.
Evaluasi produk sebelum diizinkan beredar dalam rangka registrasi produk Nomor Izin Edar.
Evaluasi produk merupakan sebuah pengawasan yang dilakukan sebelum mendapatkan nomor izin edar atau notifikasi yang dimulai dari pengawasan importir,
pengawasan distributor, industri kosmetik dan industri farmasi. Izin edar ialah bentuk persetujuan pendaftaran obat, obat tradisional, suplemen makanan, dan kosmetik
yang diberikan oleh Kepala Badan untuk dapat diedarkan di wilayah Indonesia. 4.
Post marketing control, pemeriksaan sarana produksi, sarana distribusi, dan sarana penyerahan, termasuk sampling dan pengujian laboratorium, serta penegakan hukum.
Pre Market Control adalah pengawasan yang dilakukan sebelum produk kosmetik diedarkan, antara lain standardisasi, pembinaan dan audit cara produksi kosmetik
yang baik serta penilaian dan pengujian atas mutu keamanan sebelum kosmetik diedarkan. Post Market Control adalah pengawasan yang dilakukan setelah produk
kosmetik diedarkan di masyarakat, antara lain inspeksi sarana produksi dan distribusi, sampling dan uji laboraturium untuk kosmetik, penilaian dan pengawasan iklan
kosmetik atau promosi, monitoring efek samping kosmetik serta penyebaran informasi melalui edukasi masyarakat dan public warning.
5. Pre-audit dan pasca-audit iklan dan promosi produk.
Maksudnya ialah pengawasan iklan. Untuk melindungi masyarakat dari klaim yang menyesatkan, maka Badan POM melakukan pengawasan terhadap iklan obat, obat
tradisional, suplemen makanan, kosmetik dan pangan yang beredar. Khusus terhadap obat, obat tradisional, suplemen makanan juga dilakukan pre-review terhadap
kebenaran klaim iklan sebelum ditayangkan atau diedarkan, yang dilakukan oleh Tim Penilai Iklan yang terdiri dari tenaga ahli.
Klaim adalah segala bentuk uraian yang menyesatkan, menyarankan atau secara tidak langsung menyatakan perihal karakteristik tertentu yang berkenaan dengan asal-usul,
kandungan gizi, sifat, produksi, pengolahan, komposisi atau faktor mutu lainnya. 6.
Riset untuk mendukung kebijakan pengawasan obat dan makanan. Riset penelitian yang dilakukan oleh Badan POM meliputi pengawasan produsen,
pengawasan konsumen dan pengawasan masyarakat. 7.
Komunikasi, informasi dan edukasi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan terhadap keamanan, khasiat atau manfaat, dan mutu produk.
Komunikasi, informasi dan edukasi masyarakat itu dilakukan oleh Humas BPOM, misalnya melalui call center BPOM atau unit layanan pengaduan konsumen yang
memberikan fungsi berupa komunikasi dan informasi untuk masyarakat agar lebih teliti dalam memilih suatu produk.
2
D. Prinsip Dasar SISPOM
1. Tindakan pengamanan cepat, tepat, akurat dan profesional.
Semua pengamatan atau pengawasan yang dilakukan dengan cepat, tepat, akurat dan profesional. Dalam artian selama pengawasan itu tidak terjadi
2
Wawancara dengan Bapak Adam Wibowo, ketua Biro Hukum BPOM
setelah adanya korban, misal dalam hal penggunaan kosmetik tidak dilakukan pengamatan setelah adanya korban yang mengalami kerusakan wajah akibat
bahan berbahaya. 2.
Tindakan dilakukan berdasarkan atas tingkat risiko dan berbasis bukti-bukti ilmiah.
Tindakan yang dilakukan oleh BPOM itu berdasarkan bukti-bukti ilmiah atau fakta-fakta yang terjadi di masyarakat. Misalnya kosmetik yang mengandung
merkuri itu berbahaya dan dalam hal ini sudah ada bukti-bukti ilmiah. 3.
Lingkup pengawasan bersifat menyeluruh, mencakup seluruh siklus proses. Bahwa pengawasan yang dilakukan oleh BPOM itu di mulai dari tugas dan
fungsi BPOM secara menyeluruh jadi BPOM tidak melakukan pengawasan apabila ada produk yang beredar melainkan melalui proses pengawasan dari
cara memproduksi, dan distribusi. 4.
Berskala nasionallintas propinsi, dengan jaringan kerja internasional. Berskala Nasional maksudnya BPOM melakukan pengawasan tidak hanya
pada satu propinsi melainkan seluruh propinsi yang ada di Indonesia serta jaringan kerja internasional jadi pengawasan suatu produk yang akan di
edarkan dari luar negeri sebelum masuk ke Indonesia itu sudah melalui proses pengawasan yang ada di sana.
5. Otoritas yang menunjang penegakan supremasi hukum.
6. Memiliki jaringan laboratorium nasional yang kohesif dan kuat yang
berkolaborasi dengan jaringan global.