Konsep Maqasid Al-Syariah KECANTIKAN, KOSMETIK, DAN BERHIAS TABARRUJ

nash yang menyatakan kebolehan atau tidak kebolehannya. 28 Imam al-Ghazali, sebagaimana yang dikutip oleh Nasrun Haroen memandang bahwa kemaslahatan harus sesuai dengan tujuan syara sekalipun bertentangan dengan tujuan-tujuan manusia, karena kemaslahatan manusia tidak selamanya didasarkan kepada kehendak syara, tetapi sering didasarkan pada kehendak hawa nafsu. Tujuan syara yang harus dipelihara tersebut ada lima bentuk yaitu: memelihara agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Apabila seseorang melakukan suatu perbuatan yang pada intinya untuk memelihara kelima aspek tujuan syara diatas, maka dinamakan maslahah. Disamping itu, upaya untuk menolak segala kemudharatan yang berkaitan dengan kelima aspek tersebut juga dinamakan maslahah. 29 2. Tingkatan Maqasid al-Syariah Penulis telah mengemukakan bahwa dari segi substansi, maqasid al-syariah adalah kemaslahatan. Kemaslahatan itu dapat diwujudkan apabila lima unsur pokok tersebut dapat diwujudkan dan dipelihara. kelima unsur tersebut adalah agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Lima unsur pokok diatas dalam literatur-literatur hukum Islam lebih dikenal dengan Ushul al-Khamsah. Guna kepentingan menetapkan hukum, Yusuf Qardawi membagi dalam tiga urutan pokok yaitu: daruriyyat, hajiyyat, dan tahsiniyyat. 30 a. Maslahah al-Dharuriyyat 28 Abd al-Wahhab Khallaf, Ilm Ushul al-Fiqh, Quwait: Dar al-Qalam, 1398 H 1978 M, hal.84. 29 Nasrun Haroen, Ushul Fiqh 1, Jakarta: logos, 1996, cet ke-1, jilid 1, hal 114. 30 Yusuf Qardawi, Fiqih Prioritas; Urutan Amal Yang Terpenting Dari Yang Terpenting, Jakarta: Gema Insani Press, 1996, hal 15. Yaitu kemaslahatan yang berhubungan dengan kebutuhan pokok umat manusia di dunia dan di akhirat. kemaslahatan itu ada lima yaitu : memelihara agama,, memelihara jiwa, memelihara akal, memelihara keturunan dan memelihara harta. 31 b. Maslahah al-Hajiyyat Yaitu kemaslahatan yang dibutuhkan dalam penyempurnaan kemaslahatan pokok mendasar. Kebutuhan ini dapat menghindari manusia dari kesulitan dalam kehidupan. Tidak terpeliharanya kelompok ini akan mengancam eksistensi kelima pokok diatas, tetapi hanya akan menimbulkan kesulitan bagi mukallaf. Kelompok ini erat kaitannya dengan ruksah atau keringanan dalam hukum fiqh. Misalnya dalam bidang ibadah diberi keringanan meringkas qasr shalat dan berbuka puasa bagi orang yang sedang musafir, dalam bidang muamalah dibolehkan berburu binatang dan memakan makanan yang baik-baik, dibolehkan melakukan jual beli pesanan bay al-salam. semua ini disyariatkan oleh Allah SWT utuk mendukung kebutuhan mendasar al-mashalih al-khamsah di atas. 32 c. Maslahah al-Tahsiniyyat Yaitu kemaslahatan yang sifatnya pelengkap berupa keleluasaan yang dapat melengkapi kemaslahatan sebelumnya. Misalnya dianjurkan untuk memakan makanan yang bergizi, berpakaian yang bagus-bagus, melakukan ibadah-ibadah sunat 31 Nasrun Haroen, Ushul Fiqh 1..., Op.Cit., hal 115. 32 Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, Jakarta: logos wacana ilmu, 1997, hal 127. sebagai amalan tambahan. 33 Pada hakikatnya baik kelompok daruriyyat, hajiyyat, tahsiniyyat, dimaksudkan untuk memelihara maupun mewujudkan kelima pokok seperti yang disebutkan diatas. Penulis menyimpulkan bahwa maqasid al-daruriyyat dimaksudkan untuk memelihara lima unsur pokok diatas dalam kehidupan manusia. Maqasid al-hajiyyat dimaksudkan untuk agar manusia dapat melakukan yang terbaik untuk penyempurnaan pemeliharaan lima unsur pokok. Tidak terwujudnya aspek daruriyyat dapat merusak kehidupan di dunia dan di akhirat secara keseluruhan. Pengabaian terhadap aspek hajiyyat tidak sampai merusak keberadaan lima usur pokok, akan tetapi hanya membawa kepada kesulitan bagi manusia sebagai mukallaf dalam merealisasikannya. Sedangkan pengabaian aspek tahsiniyyat membawa upaya lima unsur pokok tidak sempurna. Sebagai contoh, dalam pemeliharaan unsur agama, aspek daruriyyat antarra lain mendirikan shalat. Shalat merupakan aspek daruriyyat, kehrusan menghadap kiblat merupakan aspek hajiyyat, dan menutup aurat merupakan aspek tahsiniyyat. Selama ini konsep maslahat yang kita kenal adalah maslahah mursalah dan maslahah mu‟tabarah . jika yang pertama merupakan kemaslahahtan yang tidak memiliki sumber-sumber tekstual dari al- Qur‟an maupun al-hadits, maka yang kedua merupakan kemaslahatan yang ditetapkan Allah SWT untuk melaksanakannya sesuai dengan petunjuk dalil-dalil yang ada. 34 Abd al-Wahab Khallaf merumuskan beberapa persyaratan yang harus 33 Ibid, Nasrun Haroen, hal 116. 34 M. Abu Zahrah, Ushul Fiqih, Al-Qahirah: Dar al-Fikr al-Araby, t.th, hal 279. dipenuhi untuk menerapkan konsep maslahah, yaitu pertama, bahwa maslahah itu harus ada secara hakiki dan bukan hanya sebatas diangankan. Artinya, bahwa maslahat itu benar-benar untuk menarik manfaat dan menolak kemudharatan. Kedua, bahwa maslahat itu bersifat umum demi kepentingan umum dan bukan untuk kepentingan pribadi. Ketiga, bahwa kemaslahatan itu tidak boleh bertentangan dengan prinsip yang dikandung oleh nash. Namun perlu diingat bahwa maslahah secara simplisit bisa dimaknai sebagai meraih kelezatan dan kenikmatan, tapi bukan berarti hanya semata-mata untuk memenuhi keinginan-keinginan nafsu syahwat dan naluri jasmani. Dari sini lalu syara‟ memberi batasan untuk mendapatkan berbagai maslahah dan cara menikmatinya. Meskipun dengan keterbatasan, kemampuan pandangan manusia terkadang terkungkung dalam pencampuran antara mafsadah dan maslahah. 35 Dengan pengertian lain, bahwa ada kalanya suatu perbuatan di satu sisi merupakan maslahah tapi di sisi lain menjadi mafsadah atau sebaliknya. Dalam masalah duniawi, yang perlu diperhatikan adalah unsur mana yang lebih kuat, jika unsur maslahatnya lebih kuat maka ia disebut maslahah, namun jika yang lebih kuat adalah unsur mafsadahnya, maka ia adalah mafsadah. 36 Dalam permasalahan penggunaan serbuk emas dalam kosmetik, Islam memandang dari segi sebab atau motivasi melakukannya perawatan wajah dengan kosmetik tersebut. Islam sangat memperhatikan kemaslahatan bagi umat manusia. 35 Abd al-Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, al-Qahirah: Dar al-Qalam,1978, hal 83. 36 Khatib Shaleh, Fiqih Kemaslahatan; Menimbang Maqasid Asy‟ariyyah Syathibi, Surabaya: elSAD, 1999, edisi 003, hal 109. Sehingga tercapai tujuan syari‟ah maqasid al-syari‟ah yang lima yaitu, memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta, dan Islam menjadikannya haram apabila mendatangkan lebih banyak kemudharatan dibanding manfaatnya. 52

BAB III PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN DI INDONESIA

A. Pengawasan Obat dan Makanan Di Indonesia Sebelum Tahun Berdirinya

Sejauh ini kita mengenal Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM hanya sebatas badan pemerintah yang memiliki kewenangan mengawasi peredaran produk makanan dan obat-obatan, padahal ada juga BPOM Kosmetik yang bertanggung jawab terhadap peredaran produk kecantikan dan perawatan kulit. Badan Pengawas Obat dan Makanan sudah terbentuk sejak zaman Belanda dengan nama Dv.G De Dients van De Valks Gezonheid yang dalam organisasi tersebut ditangani oleh Inspektorat Farmasi hingga tahun 1964. Dilanjutkan oleh Inspektorat Urusan Farmasi pada tahun 1967 dan oleh Direktorat jenderal Farmasi hingga tahun 1976, dengan tugas pokok mencukupi kebutuhan rakyat akan perbekalan farmasi. Pada tahun 1975, pemerintah mengubah Direktorat Jenderal Farmasi menjadi Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan, dengan tugas pokok melaksanakan pengaturan dan pengawasan obat, makanan, kosmetika dan alat kesehatan, obat tradisional, narkotika serta bahan berbahaya. Untuk melaksanakan tugas tersebut dibentuk unit pelaksanaan teknis yaitu Pusat Pemeriksaan Obat dan Makanan di Pusat dan Balai Pengawas Obat dan Makanan di seluruh provinsi. Berdasarkan keputusan Presiden No. 166 tahun 2000 yang kemudian diubah dengan Kepres No 1032002 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintahan Non Departemen. Badan POM ditetapkan sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen LPND yang bertanggung jawab kepada presiden dan dikoordinasikan dengan Menteri Kesehatan. Pembentukan Badan POM ini ditindaklanjuti dengan Keputusan Kepala Badan Pengawa Obat dan Makanan Nomor : 02001SKKBPOM, tanggal 26 Februari 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan setelah mendapat persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : 34M.PAN22001 tanggal 1 Februari 2001. Setelah semua keputusan ini dikeluarkan, Badan POM menjadi Badan yang di tujukan Independensinya dalam mengawasi peredaran obat dan makanan di tengah masyarakat serta menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia. 1

B. Pengawasan Obat dan Makanan di Indonesia Setelah Tahun Berdirinya BPOM

Kemajuan teknologi telah membawa perubahan-perubahan yang cepat dan signifikan pada industri farmasi, obat asli Indonesia, makanan, kosmetika dan alat kesehatan. Dengan menggunakan teknologi modern, industri-industri tersebut kini mampu memproduksi dalam skala yang sangat besar mencakup berbagai produk dengan range yang sangat luas. Dengan dukungan kemajuan teknologi transportasi dan entry barrier yang makin tipis dalam perdagangan internasional, maka produk-produk tersebut dalam 1 www.kedaiobatcocc.com sejarah badan pengawasan obat dan makanan diakses pada tanggal 17 Maret 2015. waktu yang amat singkat dapat menyebar ke berbagai negara dengan jaringan distribusi yang sangat luas dan mampu menjangkau seluruh strata masyarakat. Konsumsi masyarakat terhadap produk-produk termaksud cenderung terus meningkat, seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat termasuk pola konsumsinya. Sementara itu pengetahuan masyarakat masih belum memadai untuk dapat memilih dan menggunakan produk secara tepat, benar dan aman. Di lain pihak iklan dan promosi secara gencar mendorong konsumen untuk mengkonsumsi secara berlebihan dan seringkali tidak rasional. Perubahan teknologi produksi, sistem perdagangan internasional dan gaya hidup konsumen tersebut pada realitasnya meningkatkan resiko dengan implikasi yang luas pada kesehatan dan keselamatan konsumen. Apabila terjadi produk sub standar, rusak atau terkontaminasi oleh bahan berbahaya maka risiko yang terjadi akan berskala besar dan luas serta berlangsung secara amat cepat. Untuk itu Indonesia harus memiliki Sistem Pengawasan Obat dan Makanan SisPOM yang efektif dan efisien yang mampu mendeteksi, mencegah dan mengawasi produk-produk termaksud untuk melindungi keamanan, keselamatan dan kesehatan konsumennya baik di dalam maupun di luar negeri. Untuk itu telah dibentuk Badan POM yang memiliki jaringan nasional dan internasional serta kewenangan penegakan hukum dan memiliki kredibilitas profesional yang tinggi. Berdasarkan Keppres No. 166 Tahun 2000 Nomor 103 Tahun 2001 dibentuklah badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM. Badan Pengawas Obat dan makanan BPOM adalah sebuah lembaga di Indonesia yang bertugas mengawasi peredaran obat-obatan dan makanan di Indonesia. BPOM merupakan lembaga pemerintah Non Departemen, yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden dan dalam melaksanakan tugasnya berkoordinasi dengan Menteri Kesehatan. Koordinasi yang dimaksud meliputi koordinasi dalam perumusan kebijakan yang berkaitan dengan instansi pemerintah yang lainnya serta penyelesaian permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan yang dimaksud. BPOM memiliki tugas pokok melaksanakan Pengawasan Obat dan Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berfungsi sebagai unsur yang melakukan subsistem pengawasan pemerintahan dalam Sistem Pengawasan Obat dan Makanan SisPOM . Berdasarkan Peraturan Kepala BPOM RI No. HK.00.05.21.3529 Tahun 2007 Menetapkan bahwa dalam melaksanakan tugas teknisnya BPOM dibantu oleh Unit Pelaksanaan Teknis UPT yang terdiri Balai Besar POM dan Balai POM. Bidang kerja yang dilakukan oleh BBPOM atau sebagai UPT BPOM meliputi pengujian produk terapeutik, narkotika, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya serta mikrobiologi, pemeriksaan dan penyelidikan kepada kasus pelanggaran hukum dibidang pengadaan serta distribusi obat dan makanan serta sertifikasi dan layanan informasi konsumen.