Menggunakan bahan yang berbahaya

qashada yang berarti menghendaki, kesengajaan atau tujuan. Sedangkan syariah secara bahasa ء ا ا ح عضا ا yang berarti jalan menuju sumber air. Dari definisi secara bahasa tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa di antara syariah dengan air sangat berkaitan yaitu kaitan antara cara dan tujuan, syariah sebagai cara dan air sebagai tujuan. Jalan menuju sumber air ini dapat pula dikatakan sebagai jalan ke arah sumber pokok kehidupan. 22 Sedangkan secara istilah Syeikh al-Azhar Mahmoud Syaltout memberikan pengertian bahwa syariah adalah aturan-aturan Tuhan yang diciptakan oleh Allah untuk dipedomani manusia baik sesama muslim maupun non muslim dan seluruh kehidupan. 23 Menurut Ushul Fiqh, yang dimaksud dengan maqasid al-syariah adalah berbagai tujuan dan sasaran yang menjadi perhatian syara dan ingin mewujudkan dalam keseluruhan hukum-hukumnya dan berbagai rahasia yang diciptakan oleh Allah sebagai pembuat syariah pada setiap hukum-hukumnya. 24 Dalam karyanya al-Muwafaqat, al-Syathibi mempergunakan kata yang berbeda berkaitan dengan maqasid al-syariah. kata itu adalah maqasid al-syariah, maqasid al-syariah fi al-syariah, dan maqasid min syari al-hukm. 25 Hemat penulis walaupun dengan kata-kata yang berbeda, mengandung pengertian yang sama yakni 22 Fazhurahman, Islam, Bandung: Pustaka, 1984, hal 140. 23 Mahmoud Syaltoud, Islam; Aqidah wa Syariah, al-Qahirah: Dar al-Qolam, 1966,jilid 1, hal 12. 24 Ahmad Qarib, ushul fiqh 2, Jakarta: PT. Nimas Multinas, t.th, hal 170. 25 Al-Syathibi, al-Muwafaqat Fi Ushul al-Syariah, Selanjutnya Disebut Dengan Al-Muwafaqat, Kairo: Mustofa Muhammad, t.th, hal 21. tujuan hukum yang diturunkan oleh Allah. Sedangkan tujuan-tujuan syariah adalah tujuan akhir serta rahasia-rahasia yang diberikan oleh Allah di dalam hukum- hukumnya. 26 Tujuan syariah itu pada hakikatnya adalah tujuan pencipta syariah itu sendiri, yang menjadi arah setiap perilaku dan tindakan manusia dalam rangka mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat dengan mentaati semua hukum-hukumnya. Tujuan pokok dari pencipta syariah tersebut adalah maslahat manusia. Dengan demikian antara maqasid al-syariah dengan maslahah menjadi istilah yang dapat dipertukarkan. Di bawah ini penulis jelaskan pengertian maslahah dan macam-macamnya. Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa maslahat artinya sesuatu yang mendatangkan kebaikan, faedah dan guna. Sedangkan kemaslahatan berarti kkegunaan, kebaikan, manfaat, kepentingan. 27 Secara tekhnis, term maslahah dipahami sebagai pemeliharaan terhadap makna atau prinsip-prinsip dari syariah yaitu memelihara kemanfaatan atau mencegah kemudharatan dari kehidupan manusia. Namun, apabila term al-maslahah al-mursalah dipergunakan, maka term tersebut bermakna kepentingan kemaslahatan manusia yang tidak atau belum diatur ketentuannya oleh syara dan tidak ditemukan 26 Wahbah Zuhaili, Konsep Darurat Dalam Huum Islam, Study Banding Dengan Hukum Positif, Jakarta: Gaya Medika Pratama, 1997, cet ke-1, hal 92. 27 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996, cet ke-2, hal 634. nash yang menyatakan kebolehan atau tidak kebolehannya. 28 Imam al-Ghazali, sebagaimana yang dikutip oleh Nasrun Haroen memandang bahwa kemaslahatan harus sesuai dengan tujuan syara sekalipun bertentangan dengan tujuan-tujuan manusia, karena kemaslahatan manusia tidak selamanya didasarkan kepada kehendak syara, tetapi sering didasarkan pada kehendak hawa nafsu. Tujuan syara yang harus dipelihara tersebut ada lima bentuk yaitu: memelihara agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Apabila seseorang melakukan suatu perbuatan yang pada intinya untuk memelihara kelima aspek tujuan syara diatas, maka dinamakan maslahah. Disamping itu, upaya untuk menolak segala kemudharatan yang berkaitan dengan kelima aspek tersebut juga dinamakan maslahah. 29 2. Tingkatan Maqasid al-Syariah Penulis telah mengemukakan bahwa dari segi substansi, maqasid al-syariah adalah kemaslahatan. Kemaslahatan itu dapat diwujudkan apabila lima unsur pokok tersebut dapat diwujudkan dan dipelihara. kelima unsur tersebut adalah agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Lima unsur pokok diatas dalam literatur-literatur hukum Islam lebih dikenal dengan Ushul al-Khamsah. Guna kepentingan menetapkan hukum, Yusuf Qardawi membagi dalam tiga urutan pokok yaitu: daruriyyat, hajiyyat, dan tahsiniyyat. 30 a. Maslahah al-Dharuriyyat 28 Abd al-Wahhab Khallaf, Ilm Ushul al-Fiqh, Quwait: Dar al-Qalam, 1398 H 1978 M, hal.84. 29 Nasrun Haroen, Ushul Fiqh 1, Jakarta: logos, 1996, cet ke-1, jilid 1, hal 114. 30 Yusuf Qardawi, Fiqih Prioritas; Urutan Amal Yang Terpenting Dari Yang Terpenting, Jakarta: Gema Insani Press, 1996, hal 15.