Penggolongan Kosmetik menurut sifat dan cara pembuatan sebagai berikut : Penggolongan Kosmetik menurut kegunaan bagi kulit sebagai berikut :
tujuan memperindah diri agar terlihat menarik di hadapan semua orang baik itu laki- laki maupun perempuan.
Berhias dapat dimaknai sebagai upaya setiap orang untuk memperindah diri dengan berbagai busana, aksesoris ataupun yang lainnya yang dapat memperindah
diri bagi pemakainya, sehingga memunculkan kesan indah bagi yang menyaksikan serta menambah rasa percaya diri penampilan untuk suatu tujuan tertentu. Berhias
tidak hanya sebatas memakai perhiasan akan tetapi juga termasuk berpakaian, memakai wewangian dan sebagainya. Berhias dapat dikategorikan akhlak terpuji,
sebagai perbuatan yang dibolehkan bahkan dianjurkan, selama tidak bertentangan dengan prinsip dasar Islam.
7
Adapun salah satu ciri perempuan yang salehah adalah yang menjaga kehormatannya dengan cara menjaga aurat dan perhiasannya. Dengan ia menjaga
aurat dan perhiasannya, maka ia akan terhindar dari beberapa godaan syetan yang mengganggu.
Perempuan selalu ingin terlihat cantik dan menawan dimanapun ia berada, maka apapun caranya akan dilakukan oleh perempuan untuk memperolehnya.
Berpakaian dan berhias merupakan keindahan tersendiri bagi manusia. Di dalam hadits disebutkan:
7
Badawi Mahmud Syaikh, Taman Wanita-wanita Salehah, Terj. Dari Riyadhu ash- Shalihat, oleh Yadi Indrayadi, Jakarta: Qisthi Press, 2007, cet. Ke-1, h. 125.
ا ج ا ح ج ٰ ا “Sesungguhnya Allah itu maha indah dan mencintai keindahan.”
Oleh karena itu, Rasulullah SAW selalu menganjurkan umatnya untuk selalu berpakaian dan berhias dengan rapi dan serasi sehingga enak dipandang.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al- A‟raf:26 sebagai berikut:
“Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. dan pakaian takwa. Itulah
yang paling baik. yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-
mudahan mereka selalu ingat. . . .”QS. Al-A‟raf:26 Kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari pakaian. Sebagaimana makan
dan minum, pakaian merupakan kebutuhan pokok manusia. Hanya saja, tidak sedikit manusia yang tidak menyadari tentang fungsi sebenarnya pakaian. Akibatnya,
pakaian yang mereka kenakan tidak memenuhi fungsi tersebut. Islam memiliki pandangan khusus tentang pakaian. Ayat ini adalah di antara yang menjelaskan
tentang fungsi pakaian. Dijelaskan pula tentang pakaian terbaik bagi manusia. Fungsi Pakaian :
Allah Swt berfirman: Yâ Banî Âdam qad anzalnâa „alaykum libâs[an] hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu
pakaian. Ayat ini terdapat dalam rangkaian ayat yang menceritakan kisah Adam mulai diciptakan hingga diturunkan di bumi. Dikisahkan pula bahwa diturunkannya
Adam beserta istrinya itu tidak lepas dari peran Iblis yang berhasil
menggodanya.Kemudian ditegaskan, bumi menjadi tempat kediaman dan kesenangan bagi manusia hingga waktu yang ditetapkan. Di bumi itu pula, manusia hidup, mati,
dan dibangkitkan lihat ayat 24-25. Setelah itu, dalam ayat ini diberitakan bahwa Allah SWT telah memberikan pakaian
bagi manusia. Sebuah perangkat amat penting bagi manusia hidup di dunia, baik untuk keperluan agama maupun keperluan dunia.
Disebutkan: Ya Bani Adam hai anak Adam. Yang dimaksudkan adalah seluruh manusia.
Kepada mereka ditegaskan: anzalnâa „alaykum libâs[an] sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian. Pengertian anzalnâ
Kami turunkan di sini adalah khalaqnâ lakum Kami ciptakan untuk kamu.Demikian dikatakan al-Syaukani. Bisa pula yang dimaksudkan adalah
hujan.Dengan diturunkannya hujan, maka berbagai tumbuhan bisa tumbuh. Termasuk tumbuhan yang menjadi bahan untuk pakaian bagi manusia.
Ibnu Jarir mengutip dari Mujahid yang mengatakan bahwa ayat ini berkaitan dengan orang-orang Arab melakukan thawaf di Baitullah dalam keadaan telanjang,
dan tidak ada seorang pun yang mengenakan baju ketika thawaf. Maka ayat ini mengingatkan kepada mereka akan besarnya nikmat Allah dan kekuasaan-Nya atas
mereka agar mereka ingat, lalu beriman, berIslam, serta meninggalkan syirik dan kemaksiatan. Di antara nikmat-Nya adalah diturunkannya pakaian bagi mereka.
Kemudian dijelaskan tentang kegunaan pakaian: yuwârî sawtikum wa rîsy[an] untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Menurut ayat ini, ada
dua kegunaan pakaian bagi manusia. Pertama, yuwârî saw`âtikum, untuk menutupi auratmu. Kata saw`âta merupakan bentuk jamak dari kata saw`ah. Pengertian al-
saw`ah adalah al- „awarah aurat. Menurut al-Syaukani, ini merupakan perkataan para
ulama salaf. Disebutnya al- „awrah dengan al-saw`ah karena membuat pelakunya
menjadi buruk ketika terbuka. Sehingga, sebagaimana dijelaskan para mufassir, seperti Ibnu Jarir al-Thabari, al-Baghawi dan lain-lain, pengertian ayat ini adalah:
yastaru „awrâtikum menutupi auratmu.
Dikatakan pula oleh Imam al-Qurthubi, sebagian besar ulama berpendapat bahwa ayat ini menjadi dalil atas wajibnya menutup aurat. Memang ada yang
mengatakan, ayat ini hanya menunjukkan pemberian nikmat. Namun, menurut al- Qurthubi, pendapat yang pertama lebih shahih. Alasannya, termasuk dalam cakupan
pemberian nikmat adalah menutup aurat. Maka Allah SWT menerangkan telah menjadikan bagi anak cucu Adam menutupi aurat mereka dan menunjukkan perintah
untuk menutup aurat. Di samping itu juga tidak ada perbedaan di kalangan ulama mengenai wajibnya menutup aurat dari pandangan manusia.
Kedua, sebagai risy[an]. Artinya, zinah perhiasan. Diambil dari kata risy al- thayr bulu burung. Sebab, bulu itu merupakan perhiasan bagi burung. Demikian
penjelasan Sihabuddin al-Alusi. Ibnu Zaid juga menafsirkannya sebagai al-jamal keindahan.
Dalam surat al- A‟raf ayat : 31 Allah juga berfirman :
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap memasuki mesjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berlebih- lebihan.”QS. Al-A‟raf:31
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa di zaman jahiliyah terdapat seorang wanita thawaf di Baitullah dengan telanjang bulat dan hanya bercawat secarik kain. Ia
berteriak- teriak dengan mengatakan: ”pada hari ini aku halalkan sebagian atau
seluruhnya, kecual i yang kututupi ini”. Maka turunlah ayat ini QS. Al-A‟raf:31 yang
memerintahkan untuk berpakaian rapih apabila memasuki masjid.
8
Berdasarkan surat al- A‟raf ayat 26 dan 31 tersebut, manusia dianjurkan untuk
berpakaian dan berhias sebaik-baiknya yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berlangsung dan tidak berlebih-lebihan. Namun tidak semua perbuatan
perempuan mempercantik diri itu sesuai dengan syari‟at Islam. Untuk itu perempuan harus mengetahui ilmu-ilmu agama agar terlihat cantik tanpa melanggar aturan
syari‟at. Di dalam kehidupan sehari-hari terdapat berbagai macam segi kehidupan yang
memiliki aturan dan tata cara yang harus ditaati. Pakaian merupakan salah satu kebutuhan yang tak bisa lepas dari kehidupan perempuan, begitu juga dengan berhias.
Pengaruh dunia barat sangat besar bagi perempuan. Alat-alat semakin canggih, untuk
8
Qamaruddin Shaleh, dkk, Asbabun Nuzul Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al- Qur‟an, Bandung:Cv. Diponegoro, 1990, cet ke-12, hal 215.
berhiaspun tak jadi hal yang susah bagi kita. Berpakaian dan berhias dianggap hal kecil bagi sebagian besar manusia untuk dipelajari. Kesadaran akan pentingnya aturan
yang telah ada dalam al- Qur‟an terkadang terlupakan bagi perempuan. Mengabaikan
hal-hal kecil yang ujungnya akan berakibat bagi kehidupan sehari-hari. Melewatkan hal-hal kecil secara terus-menerus membuat perempuan membentuk sebuah
kebiasaan buruk sepanjang perempuan lupa akan aturan. Untuk itu, sebagian besar manusia melupakan aturan-aturan yang telah ditetapkan. Berpakaian tidak sesuai
dengan ajaran Islam dan berhias yang berlebihan serta merubah ciptaan Allah SWT.
9
Pakaian dan perhiasan merupakan petanda dari peradaban dan kemajuan, dan tidak mengindahkannya berarti kembali kealam hewanlah atau hidup masa purba atau
primitive. Kehidupan terus berkembang maju sesuai dengan tabiatnya. Ia tidak akan mendapatkan surut kebelakang kecuali jika terjadi kemunduran pikiran dan
perobahan akal tentang kehidupan serta surut kebelakang dari upaya peradaban dan kemajuan kemanusiaan yang dilakukannya karena lupa atau pura-pura lupa.
Jika berpakaian merupakan suatu keharusan bagi orang yang berkemajuan, maka bagi perempuan tentulah lebih menonjol. Karena pakaian dapat menjaga
agamanya, kehormatannya, kemuliaanya, kepekaanya terhadap hal-hal yang kurang sopan dan rasa malunya.
Sifat-sifat ini lebih patut melekat pada perempuan dari pada laki-laki. Karena itu menjaga kesopanan adalah lebih utama dan berhak bagi perempuan. Kekayaan
9
Muhammad bin ibrahim,dkk, Fatwa-fatwa tentang Wanita, terrj. dari al-Fatawa al- Jami‟ah
Li al- Mar‟ati al-Muslimah, oleh Ahmad Amin Sjihab, Jakarta: Darul Haq, 2008, cet ke-5, hal.
paling tinggi bagi perempuan ialah keutamaan, rasa malu, dan peka terhadap hal-hal yang menyalahi kesopanan. Menjaga baik sifat-sifat agama ini berarti menjaga
kemanusiaan perempuan seluhur-luhurnya.
10
Adapun perhiasan perempuan yang boleh ditampakkan dan yang tidak boleh ditampakkan. Masalah ini ada hubungannya dengan masalah menundukkan
pandangan yang oleh dua ayat disurah an-Nur: 30-31, Allah perintahkan pada laki- laki dan perempuan. Adapun yang khusus untuk orang perempuan dalam ayat kedua
ayat 31 yaitu: Firman Allah :
Artinya : “Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak dari padanya. dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau
putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki- laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara
perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan terhadap wanita
10
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 7, h.134.
atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan
bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” QS. An-Nuur : 31
Dalam suatu riwayat dikemuk akan bahwa Asma‟ binti Murtsid pemilik kebun
kurma, sering dikunjungi wanita-wanita yang bermain-main dikebunnya tanpa berkain panjang sehingga kelihatan gelang-gelang kakinya, demikian juga dada dan
sanggul- sanggul mereka. Berkatalah Asma‟: “Alangkah buruknya pemandangan
ini”. Turunnya ayat ini QS. An-Nuur : 31 sampai “auratinnisa” berkenaan dengan
peristiwa tersebut yang memerintahkan kepada Kaum Mu‟minat untuk menutup aurat mereka. Kemudian ada seorang wanita membuat dua kantong perak yang diisi
untaian batu-batu mutu manikam sebagai perhiasan kakinya. Apabila ia di hadapan sekelompok orang-orang, ia memukul-mukulkan kakinya ke tanah sehingga dua
gelang kakinya bersuara beradu. Maka turunlah kelanjutan ayat ini QS. An-Nuur : 31 dari
“wala yadlribna bi arjulihinna” sampai akhir ayat yang melarang wanita
menggerak-gerakkan anggota tubuhnya untuk mendapatkan perhatian laki-laki.
11
Yang dimaksud dengan perhiasan perempuan ialah apa saja yang dipakai berhias dan untuk percantik tubuh, baik berbentuk ciptaan asli seperti wajah, rambut
dan potongan tubuh, maupun buatan seperti pakaian, perhiasan, dan tata rias. Dalam ayat diatas Allah memerintahkan kepada orang-orang perempuan
supaya menyembunyikan perhiasan tersebut dan melarang untuk menampakannya. Allah tidak memberikan pengecualiaan, melainkan apa yang biasa tampak. Oleh
11
Qamaruddin Shaleh, dkk, Asbabun Nuzul Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al- Qur‟an, hal 356.
karena itu, para ulama kemudian berbeda pendapat tentang arti apa yang biasa tampak dan ukurannya. Apakah artinya apa yang biasa nampak karena terpaksa tanpa
sengaja, misalnya terbuka karena ditiup angin ataukah apa yang biasa tampak dan memang masalahnya tampak? Kebanyakan ulama salaf berpendapat menurut arti
kedua. Misalnya, Ibnu Abbas berkata dalam menafsirkan apa yang tampak itu ialah celak dan cincin. Sahabat yang lain yang berpendapat seperti itu ialah Anas.
Karenanya yang boleh dilihat ialah celak dan cincin, berarti boleh dilihat kedua tempatnya, yaitu muka dan kedua telapak tangan. Demikianlah apa yang ditegaskan
oleh Said bin Jubair,‟Atha‟,Auza‟i dan lain-lain. Disamping satu kelonggaran ini, ada juga yang mempersempit, misalnya
Abdullah bin Mas‟ud dan Nakha‟i. Keduanya menafsirkan perhiasan yang biasa tampak, yaitu selendang dan pakaian yang biasa tampak, yang tidak mungkin
disembunyikan. Tetapi, pendapat yang kami anggap lebih kuat rajih yaitu dibatasinya pengertian apa yang tampak itu pada wajah dan dua tapak tangan serta
perhiasan yang biasa tampak dengan tidak ada maksud kesombongan dan berlebih- lebihan seperti celak di mata dan cincin pada tangan. Begitulah seperti yang
ditegaskan oleh sekelompok sahabat dan tabi‟in. Ini tidak sama dengan tata rias dan cat-cat yang biasa dipakai oleh
perempuan-perempuan zaman sekarang untuk mengecat pipi dan bibir serta kuku kosmetik. Tata rias ini semua termasuk berlebih-lebihan yang sangat tidak baik,
yang tidak boleh dipakai kecuali di dalam rumah. Kebanyakan perempuan sekarang
memakai itu semua diluar rumah, untuk menarik perhatian laki-laki. Jadi, jelaslah hukumnya adalah haram.
12